Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka-teki Penjaga Gua
Raka menatap Kristal Bayangan yang bersinar di dalam kantongnya, merasa seolah beban yang selama ini mengikatnya terangkat. “Kita berhasil, Fluffernox. Kristal ini… luar biasa,” ujar Raka, suaranya bergetar penuh antusiasme.
Fluffernox tersenyum, meskipun dengan sedikit keraguan. “Ya, kita berhasil, tetapi jangan terlalu berpuas diri. Sekarang kita harus menemukan jalan keluar dari gua ini. Ingat, ini adalah tempat yang dipenuhi dengan ilusi dan jebakan. Kau harus tetap fokus.”
Raka mengangguk, menekan rasa kagumnya terhadap Kristal Bayangan. “Baiklah, mari kita pergi. Aku tidak ingin terjebak di sini lebih lama lagi.”
Mereka berbalik untuk kembali melewati lorong yang sama, tetapi saat mereka melangkah mundur, suasana di dalam gua mulai berubah. Dinding batu di sekitar mereka bergetar, dan suara gemuruh yang sebelumnya samar kini semakin jelas, seperti suara angin kencang yang menabrak batu. Raka merasakan jantungnya berdegup cepat.
“Fluffernox, ada yang tidak beres!” teriak Raka, berusaha tetap tenang.
Fluffernox memejamkan mata sejenak, mendengarkan suara-suara di sekeliling mereka. “Kita telah mengganggu keseimbangan gua ini dengan mengambil Kristal Bayangan. Sekarang, kita harus cepat sebelum gua ini menutup sepenuhnya.”
Mereka berlari secepat mungkin, tetapi lorong-lorong tampak semakin rumit dan membingungkan. Setiap langkah membuat Raka merasa seperti mereka berputar-putar dalam labirin tak berujung. Cahaya biru dari Kristal Bayangan seolah semakin memudar seiring bertambahnya kekacauan.
“Ke mana kita harus pergi? Semua lorong terlihat sama!” keluh Raka, merasakan kepanikan merayapi dirinya.
Fluffernox berusaha tetap tenang. “Ingat kata-kata penyihir itu. Ia mengatakan bahwa kita harus menjalani ujian terakhir untuk keluar dari gua ini. Kau harus menemukan cara untuk kembali dengan bijak.”
Raka berhenti sejenak dan mencoba mengingat semua informasi yang dia terima. “Ujian terakhir… Mungkin ada petunjuk di ukiran yang kita lewati. Kita harus melihatnya lagi.”
Dengan tekad baru, mereka kembali ke persimpangan di mana mereka memilih lorong ketiga. Raka mengamati ukiran di dinding dengan seksama. Gambar sosok manusia yang berlari, mata besar yang menatap, dan ular melingkar—semua itu sepertinya menyimpan makna yang lebih dalam.
“Mungkin kita tidak hanya harus memilih lorong,” gumam Raka, “tapi juga memahami simbol-simbol ini. Setiap gambar mungkin memiliki artinya sendiri.”
“Coba kau cari tahu apa makna di balik setiap ukiran,” saran Fluffernox. “Mungkin satu dari mereka adalah jalan keluar.”
Raka mengerutkan keningnya, mengingat kembali sosok manusia yang berlari. “Sosok manusia itu tampaknya sedang mengejar sesuatu. Mungkin ini petunjuk untuk bergerak maju.”
Fluffernox mengangguk. “Kalau begitu, kita coba lorong pertama. Ayo!”
Mereka berlari ke lorong pertama, di mana dindingnya dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan sosok manusia berlari. Raka merasakan jantungnya berdetak kencang, tetapi dia berusaha tetap fokus. Saat mereka berjalan lebih jauh, suasana di dalam gua menjadi semakin tenang, dan suara gemuruh itu mulai mereda.
Ketika mereka mencapai ujung lorong, sebuah ruang besar terbuka di depan mereka. Di tengah ruangan, terdapat sebuah batu besar yang tampak menyala dengan cahaya putih yang lembut. Di sekelilingnya, ukiran-ukiran yang berkilau seakan memberi isyarat.
“Itu mungkin sesuatu yang penting,” bisik Raka, menatap batu tersebut dengan rasa penasaran.
Fluffernox mengamati ruangan dengan hati-hati. “Hati-hati, Nak. Batu itu mungkin terhubung dengan ujian terakhir.”
Raka melangkah maju, mendekati batu tersebut. Begitu dia berada cukup dekat, dia merasakan getaran kuat yang mengalir ke tubuhnya, seolah batu itu berusaha berkomunikasi. Dia melihat ke sekeliling dan menemukan sebuah ukiran di dinding yang menggambarkan dua jalan bercahaya—satu ke arah kanan dan satu lagi ke arah kiri.
“Ini sepertinya pilihan yang harus kita buat,” Raka berpikir keras. “Kalau kita memilih salah satu jalan, kita mungkin akan terjebak lagi.”
Fluffernox menatap Raka. “Kau harus mendengarkan suara hatimu. Apa yang kau rasakan ketika melihat kedua jalan itu?”
Raka menutup mata, mencoba merasakan energi dari kedua jalan. Dia mendengar suara desah angin lembut di telinganya, dan saat dia membuka matanya, dia merasakan dorongan kuat untuk bergerak ke arah kanan. “Aku merasa jalan kanan lebih… hangat.”
“Kalau begitu, ayo kita coba,” kata Fluffernox, melangkah di belakang Raka.
Saat mereka melangkah ke jalan kanan, cahaya putih di batu semakin terang, dan Raka merasakan energi yang mengalir dalam dirinya. Sesaat kemudian, mereka memasuki ruang baru di mana cahaya benderang menerangi seluruh tempat. Dinding-dinding gua di sekeliling mereka dipenuhi dengan ukiran yang menunjukkan gambaran alam yang indah—gunung, sungai, dan langit cerah.
“Raka, lihat!” seru Fluffernox, menunjuk ke arah tengah ruangan. Di sana, terdapat sebuah portal berkilau, siap untuk membawa mereka keluar dari gua.
“Portal itu! Kita berhasil!” teriak Raka, rasa lega menyelimuti hatinya.
Namun, saat mereka mendekat, suara rendah bergema di ruangan, menghentikan langkah mereka. “Untuk keluar, kau harus menjawab pertanyaanku,” suara itu menggetarkan dinding-dinding gua.
“Siapa kau?” tanya Raka, mencoba menahan rasa takutnya.
“Aku adalah Penjaga Gua. Siapa pun yang ingin meninggalkan tempat ini harus menjawab teka-teki. Jika kau gagal, kau akan terjebak selamanya,” suara itu menjelaskan.
Raka menatap Fluffernox dengan serius. “Apa teka-tekinya?”
“Berhati-hatilah, Nak,” Fluffernox memperingatkan. “Jawab dengan bijak.”
“Baiklah, aku siap,” Raka menjawab penuh tekad.
Suara itu kembali berbicara. “Dengarkan baik-baik: ‘Aku ada di mana-mana, tetapi tidak terlihat. Aku bisa mengisi ruang, tetapi tidak ada bentukku. Siapakah aku?’”
Raka merenung sejenak, mencoba memahami teka-teki tersebut. “Di mana-mana tetapi tidak terlihat… mengisi ruang…,” gumamnya dalam hati.
“Apakah itu… udara?” jawab Raka, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Suara Penjaga Gua terdiam sejenak, dan Raka merasakan ketegangan menumpuk. Kemudian, suara itu kembali berbicara. “Jawabanmu benar. Udara adalah jawabannya. Kau telah lulus ujian terakhir.”
Raka merasa seolah beban berat terangkat dari bahunya. “Jadi, kita bisa pergi sekarang?” tanyanya, tidak percaya.
“Ya. Masuklah ke dalam portal,” suara itu menjawab.
Raka dan Fluffernox saling berpandangan, lalu melangkah menuju portal yang berkilau. Begitu mereka memasuki portal, cahaya menyilaukan menyelimuti mereka, dan Raka merasakan tubuhnya melayang seolah dikelilingi oleh bintang-bintang.
Ketika cahaya itu memudar, mereka mendapati diri mereka sudah keluar dari Gua Luruh. Mereka berdiri di tepi hutan yang indah, dengan langit cerah di atas mereka dan angin lembut berhembus.
“Kita berhasil, Fluffernox! Kita berhasil keluar!” Raka berteriak gembira.
Fluffernox mengangguk, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Ya, kita berhasil. Tapi ingat, Nak, perjalanan kita belum selesai. Kita masih punya banyak tantangan di depan untuk menyelamatkan Aluna.”
Raka mengangguk mantap, merasakan semangatnya kembali membara. “Apa pun yang terjadi, aku akan melakukannya. Sekarang kita punya Kristal Bayangan, dan kita harus segera kembali ke desa.”
Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, Raka dan Fluffernox mulai beranjak menuju desa, siap menghadapi tantangan berikutnya yang menanti mereka.