Demi untuk menghindari perjodohan dengan seorang juragan tanah oleh pamannya sendiri, Fatimah pergi meninggalkan kampung halamannya, terpaksa meninggalkan sang kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Fatimah beruntung karena sesampainya di kota, dia bertemu dengan nenek yang baik hati yang memintanya untuk bekerja sebagai pengasuh cucunya, Zahra.
Kepribadian dan kecantikan Fatimah rupanya mampu membuat Aditya, majikannya jatuh hati padanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengumuman Besar..
Sebelum Subuh Fatimah sudah bangun, tidurnya tidak terlalu nyenyak, kepergian kakeknya masih teringat di pikirannya, dia juga tidak merasa nyaman karena dia tidak berganti baju seharian kemarin.
Untung saja, waktu dia akan pulang kampung kemarin, dia tidak membawa semua bajunya karena terburu-buru, masih ada beberapa potong baju yang tersimpan dalam lemari di kamarnya bersama Rini.
Setelah mandi kemudian melaksanakan shalat Subuh, kini Fatimah bergegas ke kamar Zahra, dia tidak ingin Zahra terbangun dan mencari dirinya.
Sebelum itu dia membenahi jilbab yang dia kenakan di depan cermin, tapi tiba tiba dia melihat cincin putih bertahtakan berlian melingkar di jari manisnya.
Deg..
Jantung Fatimah berdegup kencang.
Fatimah baru menyadari kalau dirinya kini memang sudah menikah dan yang menjadi suaminya adalah Aditya, tuannya sendiri. Tiba tiba sekelebat bayangan ketika dirinya memeluk Aditya dengan erat terlintas di ingatannya.
Seketika dia terduduk lemas di atas kasur, Rini yang melihat gelagat Fatimah bertanya apa yang terjadi Fatimah hanya menggeleng sambil tersenyum kepada Rini.
Ada dua hal yang Fatimah lupa kemarin.
Pertama kemarin Fatimah tidak mengingat Angga sama sekali, selama menunggu kakeknya sakit, tidak terbersit di pikirannya untuk menghubungi Angga.
Fatimah berfikir kalau saja waktu itu dia menghubungi Angga, dan Angga datang kerumah sakit, mungkin saat ini Angga lah yang menjadi suaminya, bukan Aditya.
Yang kedua sesaat setelah kakeknya meninggal, dia mengingat kalau ada pria yang memeluk erat dirinya, dan itu adalah Aditya.
Fatimah merasa malu bukan kepalang, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rini hanya memperhatikan dengan penuh keheranan.
Fatimah berjalan kearah kamar Zahra dengan sedikit terburu-buru, dia tidak ingin berpapasan dengan Aditya yang kamarnya tidak berada jauh dari kamar Zahra. Mengingat kejadian kemarin membuatnya malu bertemu dengan Aditya.
Fatimah langsung masuk ke kamar Zahra.
Tapi ternyata..
Aditya berada di kamar Zahra dan sedang bermain dengan putrinya yang kelihatan baru bangun dari tidurnya.
Melihat Aditya membuat Fatimah salah tingkah, dia tertunduk malu, pipinya merah merona menahan rasa malu, dengan suara pelan Fatimah mengajak Zahra untuk mandi
Melihat hal itu membuat Aditya keheranan, apa yang terjadi pada Fatimah, apakah Fatimah malu, malu karena apa? kalaupun malu kenapa baru sekarang sedangkan kemarin dia bersikap biasa saja.
Aditya tidak ingin membuat Fatimah semakin salah tingkah, dia segera keluar dari dari kamar putrinya dan pergi menuju meja makan dimana nenek sudah menunggunya.
Ternyata Nenek sudah mengumpulkan semua pegawai yang berada di rumah itu, termasuk tukang kebun dan satpam yang berjaga di depan rumah, semua keheranan tidak biasanya nenek mengumpulkan mereka semua seperti ini.
Akhirnya setelah semuanya berkumpul termasuk Fatimah yang baru datang bersama Zahra.
Nenek menyuruh Fatimah mendekat kepadanya.
"Pagi ini, nenek ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting, Nenek ingin memberitahu kalian semua bahwa Fatimah dan cucu saya Aditya sudah menikah, mereka adalah pasangan suami istri sekarang"
Sontak semua orang merasa kaget, hampir semuanya membelalakkan matanya dan membuka mulutnya, refleks mereka melihat Fatimah, menyadari kalau saja reaksi mereka berlebihan, mereka segera mencoba bersikap normal.
"Walau pernikahannya baru dilakukan secara siri, tapi sesegera mungkin mereka akan melegalkan pernikahannya"
"Mari kita doakan semoga mereka menjadi keluarga Yang Sakinah mawadah warohmah.."
Serentak semuanya mengucapkan Amin secara bersamaan.
Ada satu sosok yang berani bertanya pada penjelasan nenek.
"Nenek..menikah itu apa" Itu adalah Zahra.
Sontan hal ini membuat semua orang tertawa.
"Itu artinya sekarang Zahra,Papah dan mbak Fatimah bisa hidup bersama selamanya.." Kata nenek mencoba menjelaskan.
"Sekarang Zahra harus memanggil Mbak Fatim dengan sebutan mama" Lanjut nenek.
Mendengar hal itu sontak membuat Zahra berteriak sambil loncat loncat kegirangan.
"Hore, Zahra sekarang punya mama sekarang" teriak Zahra yang sambil kemudian meminta Fatimah menggendongnya
.
Fatimah yang terharu menggendong Zahra lalu menciumnya.
Aditya tersenyum bahagia, begitu juga nenek dan tentu saja semua orang yang melihatnya.
Begitulah hari pertama Fatimah dirumah mewah itu sebagai nyonya yang baru.
Tentu saja Fatimah menolak dipanggil nyonya oleh para pegawai dirumah itu yang terus mencoba menggodanya dengan terus memanggil nyonya, sesekali mereka mencoba bertanya kenapa bisa sampai dia menikah dengan tuan Aditya, Fatimah menjelaskan semuanya, mendengar cerita Fatimah semua temannya itu menangis dan memberinya semangat.
Hari ini Aditya tidak pergi ke kantor, ada beberapa hal yang harus dia lakukan, dia meminta asistennya untuk melakukan banyak hal, Aditya menunggunya di rumah.
Tak lama asisten Aditya datang dengan beberapa orang dan langsung masuk ke ruangan kerjanya. Ternyata mereka adalah pengacara, setelah menjelaskan intinya saja, Aditya menyuruh mereka untuk segera melegalkan pernikahannya dengan Fatimah.
Sedangkan Fatimah sedang bermain dengan Zahra, walaupun kadang Zahra masih memanggil 'mbak Fatim' tapi segera dia mengoreksi sambil tertawa dan memanggi Fatimah dengan sebutan mama.
Tiba-tiba Aditya menghampiri mereka yang sedang tertawa, melihat kedatangan Aditya membuat Fatimah langsung tertunduk malu.
Apalagi ketika Aditya memanggilnya.
"Fatimah, ini untukmu" Kata Aditya sambil memberikan sesuatu.
Fatimah menerima sebuah ponsel yang terlihat masih baru.
"Kamu tinggal pakai, sudah saya setting semuanya, dan memasukan beberapa nomor"
Fatimah menerima handphone itu dengan hati hati, lagi lagi dia takut tangannya bersentuhan dengan tangan Aditya.
"Terima kasih" Ucap Fatimah dengan pelan tanpa berani menatap wajah Aditya.
Aditya terus melihat wajah Fatimah yang terlihat malu malu.
Kapan dia akan berhenti bersikap seperti itu kepadaku, begitu pikir Aditya sambil terus memandang wajah Fatimah.
Tiba tiba mbak Marni memberi tahu Aditya bahwa ada tamu yang datang mencarinya.
Fatimah melanjutkan mainnya dengan Zahra dan sesekali dilihatnya handphone pemberian Aditya.
Dilihatnya kontak di hp itu dan terhenti di suatu nama
'Suamiku'.
Ternyata Aditya menyimpan namanya sendiri di handphone Fatimah dengan nama itu.
Fatimah tersenyum.
Semua orang kaget melihat beberapa orang menurunkan banyak baju baju dipasangi hanger tapi tertutup plastik.
Apakah akan ada acara Fashion show disini, begitu pikir orang orang.
Ternyata itu adalah baju baju yang dibeli Aditya di beberapa butik terkenal, tentu saja dia membelikannya untuk Fatimah.
Dia menghubungi hampir semua butik kenalannya, menanyakan baju muslim kekinian yang tertutup dan tidak ketat. Aditya tahu pasti selera berpakaian Fatimah karena diam diam selalu memperhatikan.
Aditya menyuruh semua butik untuk mengirim semua baju muslim yang memenuhi spesifikasinya agar dikirim secepat mungkin kerumahnya.
Selain baju, tentu saja Aditnya memborong tas tas mahal dan branded, sepatu dan sendal yang menurut Aditya, Fatimah akan menyukainya. Ada juga banyak model kerudung yang biasa dikenakan Fatimah.
Aditya menyuruh orang orang untuk menyimpan semuanya dalam kamarnya, dan meminta mereka untuk menyusunnya dengan rapi.
Nenek tersenyum senang melihat perhatian Aditya pada istrinya.
Sedangkan Fatimah??
Melihat semua baju untuknya disimpan didalam kamar Aditya membuat jantungnya berdegup kencang..