Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8_Sebuah Sindiran
Setelah mengapa para karyawan nya Bara langsung menuju ke ruangan baru nya, hari ini dia resmi menggantikan sang papa yang memilih untuk pensiun dini dan mengabdi kepada istrinya, tepatnya mama Wina.
"Tuan nyonya Maura ternyata tidak sedang sakit, beliau memang sedang menghindari anda." seru Max setelah menerima kabar dari anak buahnya.
Bara yang mendengar itu hanya menaikkan bibir nya keatas membentuk seringai kepada istrinya itu.
"Sudah ku duga, wanita itu memang sedang menghindari ku." ucap Bara dengan yakin karena dari tadi dia juga sudah menebak hal tersebut.
"Max panggilkan cleaning service untuk membersihkan ruangan ku." ucap Bara fokus dengan laptopnya yang baru dia otak atik itu.
Max yang mendengar perintah tersebut pun langsung paham apa maksud tuan nya itu, sehingga dia langsung melakukan tugas nya.
Sedangkan Maura bersembunyi di ruangan istirahat cleaning service dan tak lama Mela dan rekan nya yang lain datang.
"Kamu gak papa Ra?" tanya Sofi rekan Maura yang khawatir setelah mendengar kalau Maura sakit dan tidak ikut menyambut presdir baru mereka.
"Iya aku gak papa kok, ini udah lebih baikkan." ucap Maura dengan sedikit berakting.
Tanpa dia sadari bahwa sedang ada seseorang yang memantau gerak geriknya, siapa lagi kalau bukan Bara.
Dia tadi setelah masuk ke ruangannya langsung menyalakan laptop dan menyambungkan nya dengan cctv yang terpasang di sudut ruangan, tak terkecuali ruang istirahat karyawan, hanya sebatas ruangan depan bukan sampai ruang istirahat atau ruang ganti dan toilet nya.
"Ck dia pandai sekali berakting." gumam Bara melihat Maura beralasan terus dan mengatakan sakit itu.
Max memilih untuk datang langsung ke ruangan para cleaning service, karena memang waktu sudah menunjukkan jam masuk kerja sehingga hanya beberapa cleaning service yang berkeliling untuk membersihkan nanti akan gantian.
"Tuan Max." seru Sofi melihat orang nomor dua di perusahaan nya yang langsung datang ke ruangan cleaning service.
"Saya di sini mau panggil cleaning service karena tuan Bara ingin ruangannya di bersihkan." ucap Max dengan datarnya.
"Biar saya saja pak." ucap Sofi dengan kecentilan nya, ya lumayan bisa menatap wajah tampan bos nya itu pikir wanita tersebut.
"Kamu," panggil Max kurang sopan tapi bagaimana lagi supaya semua orang tidak curiga.
"Sa... Saya tuan?" Maura begitu terkejut saat asisten suami nya itu menunjuk dirinya membuat badan Maura panas dingin saja.
"Iya kamu, segera ikut saya keruangan tuan Bara, beliau ingin ruangannya segera di bersihkan." ucap Max yang langsung pergi dari sana.
"Perasaan tadi pagi tuh ruangannya udah aku bersihkan seperti biasanya deh, malah aku bersihkan lebih lama soalnya tahu bakalan ada presdir baru." ucap Soni dengan keheranan.
"Mungkin aja tuan Bara numpahin apa gitu makanya minta di bersihkan lagi." ucap Mela yang cukup masuk akal.
Sedangkan Maura tidak menanggapi apapun dan memilih untuk pergi dari sana dan mengikuti max hingga di depan ruangan presdir.
"Silahkan nyonya tuan Bara sudah menunggu." ucap Max dengan sopan kembali setelah membukakan pintu untuk Maura, untung saja tidak ada sekertaris yang biasanya duduk di meja depan ruangan presdir karena Max menyuruhnya untuk membeli cemilan.
"Terima kasih max."
Setelah itu Maura pun masuk ke dalam dan melihat sang suami yang sudah menatapnya begitu tajam saat Maura baru saja masuk.
"Duduk." tegasnya membaut Maura hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Ada yang sakit? Kenapa tadi menyambut presdir mu yang baru?!" tanya Bara lebih tepatnya sebuah sindiran.
.
.
Bersambung.....