Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 27
BE MINE!
Sebuah samar-samar hingga suara yang mengalun di telinganya membuat Luna tak nyaman. Walaupun itu cuman mimpi biasa namun itu mimpi yang cukup dewasa hingga dia mulai merasakan sesuatu merambat di perutnya.
Tak ingin membuka mata karena ia masih merasa bahwa semuanya mimpi belaka. Luna tanpa sadar tidur dalam posisi miring, hingga tiba-tiba sebuah tangan kekar meremas kuat payudaranya— Deg! “Hahh!" Luan terkaget hingga membuka matanya lebar-lebar saat dia merasakan remasan yang cukup kuat.
Tentu saja wanita itu segera bangkit dari tidurnya dan menjauh saat Almo rupanya rebahan di belakangnya dan kini pria itu nampak santai saat melihat kepanikan di wajah Luna.
“Morning!" Sapanya seolah tak berdosa.
“Outrageous! (Keterlaluan)!" kesal Luna yang kini terduduk dan mencoba membenarkan dress putihnya dengan wajah kesal dan mata sayu.
Wanita itu benar-benar terkejut ketika Almo dengan beraninya meremas miliknya disaat dia tak sadarkan diri. Sungguh keterlaluan!
“Kau tidur begitu pulas, sampai kau melupakan dimana keberadaan mu sekarang." Ucap Almo menyeringai licik dan turun dari ranjang, berdiri menatap ke arah Luna yang masih menyilangkan tangan kanannya di depan dadanya.
“Bukan tempatku, tapi kau sendiri pria mesum keterlaluan." Kesal Luna hingga rasanya dia ingin selalu mengumpat di depan Almo.
Pria itu hanya menatapnya diam, sedikit menyipitkan matanya sembari tersenyum miring. “Bersiaplah, aku akan menunggumu di ruangan ku." Pinta Almo mengesalkan hingga dia melenggang pergi begitu saja.
Sementara Luna masih terdiam hingga melempar bantalan ke arah pintu perginya Almo. “Damn it!
...***...
“Kapan kau akan menemuinya?” tanya seorang pria tua kepada putri cantiknya bernama Monica. Ya! Wanita itu tak jauh beda dengan Rebecca meski Monica berkelas karena hanya bermain dengan orang-orang yang dia mau dan pastinya orang-orang kaya dan tampan.
“Biarkan aku menyusun rencana dulu Ayah! Setelah itu aku akan menemuinya." Jawab Monic yang masih sibuk perawatan kuku.
Ya! Kini wanita itu duduk cantik sementara beberapa orang tengah merawat kuku sekaligus rambutnya yang indah itu.
“Tapi kau harus bisa mendapatkan izin dan kerjasama Almo Da Costa. Itu adalah peluang yang sangat besar untuk bisnis Casino kita. Kau mengerti!” ujar pria tua berjas abu-abu itu menatap lekat ke putrinya.
“I understand Dad!” jawab Monic santai. Dia sangat yakin akan bisa merayu Almo, bukan Monic jika Almo tak mau bermain dengannya walaupun sekedar saling pegang dan remas kan.
Sementara itu, di kediaman Da Costa yang ada di Milan. Nampak Lorella yang sudah berdandan rapi dan cantik, tentu saja wanita itu akan pergi ke kantornya, alias perusahaan Da Costa milik Morrone yang sudah diberikan kepadanya cuma-cuma.
Dan Almo— dia tak ingin merebutnya meski itu adalah haknya. Almo memilih menjalankan bisnisnya sendiri.
“Nyonya! Ada pertemuan dengan perusahaan Philips, mereka ingin membicarakan soal kerjasama yang kemarin." Jelas asisten Lorella bernama Bean.
“Shit! Abaikan saja, mereka hanya ingin berbisnis dengan Almo dan hanya memanfaatkan ku. Dasar bodoh!" kesal Lorella. Bagaimana tidak, perusahaan Philips itu hanya ingin menembusinya agar bisa dekat dengan bisnis Almo yang lebih unggul setiap saatnya.
Ya! Bisnis gelap yang mereka maksud.
Wanita masuk ke dalam mobil dengan membuka kacamata hitamnya. “Ayo!" pintanya kepada sang asisten bernama Bean itu.
Sementara Sergio. Pria itu tidak ada di Milan, dia masih memutuskan tinggal di Sisilia untuk beberapa hari karena urusan bisnis narkoba nya bersama seorang kartel narkoba di sana. Tapi tidak dengan Rebecca yang sudah kembali ke Milan.
“Kapan Lorella akan berkunjung? Aku sangat merindukan umpatannya!" ejek pria kartel yang Sergio temui di pagi hari.
Sergio menghirup kokain nya, lalu tersenyum lega ke arah pria itu. “Dia sibuk, jika ingin maka temui saja ke Milan." Balas Sergio santai dan tak memperdulikan tentang ibunya itu.
Pria paruh baya itu terkekeh kecil mendengarnya. “Jangan lupa, kirim barangnya dengan cepat, atau kau akan mendapat imbasnya." Ancam si kartel narkoba itu kepada Sergio yang masih nampak biasa saja. Mungkin karena efek kokain yang dia pakai.
“Jangan khawatir, aku akan mengirim nya begitu sampai di Milan.”
...***...
Mansion Al'Dacosta
Setelah beberapa menit berlalu. Luna datang bersama pelayan yang menuntunnya secara perlahan. Dia tak ingin memakai kursi roda dan tidak ingin memanjakan dirinya hanya karena luka di paha.
“Terima kasih!" ucap Luna tersenyum tipis ke pelayan tadi yang juga membalas senyumannya lalu pamit pergi.
Sementara Almo yang sudah menunggu sejak tadi, pria itu hanya memperhatikan senyuman Luna. Wanita itu bisa tersenyum juga dengan orang lain, tapi kenapa tidak dengannya?
“Aku harap senyuman mu itu tulus!" sindir Almo sehingga senyuman Luna hilang menjadi wajah kesal saat menatapnya dan berdiri tegap.
“Kemarilah." Pinta Almo yang duduk di sofa panjang dengan tangan kiri merentang di atas sandaran sofa. Beer juga sudah tersedia di atas meja, menandakan bahwa pria itu baru saja meminumnya. Luna terdiam beberapa saat, hingga dia mulai berjalan perlahan sedikit menyeret satu kakinya yang terluka.
Apalagi pakaian yang Luna pilih adalah lengan panjang dan celana panjang kelombor warna putih sehingga Almo tak bisa menggodanya dan tak bisa berbuat aneh-aneh.
Meski itu impossible!
“Butuh bantuan?" tawar Almo dengan santai dan tatapan tegas.
“No, thanks." Tolak Luna halus namun sedikit ketus.
Kakinya sangat lelah padahal jarak antara pintu ke sofa Almo tak begitu jauh.
Butuh beberapa detik hingga sampai di depan meja Almo, Luan berhenti dan menatapnya dengan napas ngos-ngosan. “Fine!" gumamnya merasa senang dan lega saat dia bisa berjalan sendiri, setidaknya dia tidak menjadi orang lumpuh.
“Sit!" Pinta Almo melirik ke arah sofa yang dia duduki dan menyuruh Luna agar segera duduk.
Wanita itu melihat lekat sofa di sana. Yup! Tak ada sofa lain lain selain sofa panjang yang Almo duduki, mungkin pria itu sengaja menyingkirkannya.
“Aku berdiri saja.” Kata Luna dengan yakin.
“Jangan membuatku memaksamu.”
Keduanya saling memandang tajam hingga akhirnya Luna mengalah dan pasrah. Ia kembali bergerak dan duduk di ujung sofa, sementara Almo duduk di tengah sofa.
Pria itu memberikan segelas beer kepada Luna. Anggap saja itu hadiah karena sudah kelelahan berjalan, namun Luna tak memperdulikannya.
“Katakan, kenapa kau ingin aku datang kemari?"
“Negosiasi." Jawab singkat Almo sembari menuangkan botol beer ke gelas kosongnya.
Luna berkerut alis saat Almo mulai menatapnya.
“Tentang apa?" tanya Luna yang sudah merasa tak enak hati ataupun berfirasat buruk.
Pria itu menggeser duduknya hingga dekat ke arah Luna yang sudah ada di ujung dan tak bisa menjauh.
“Be mine! (Menjadi milikku)!" jawab Almo dengan suara serak beratnya yang terdengar gagah saat dia mengatakannya dengan santai.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung