Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang tiba-tiba ditolong oleh ketua geng motor terkenal akibat dikejar para preman.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Digodain
Saat bel pulang berbunyi semua siswa-siswi berlarian keluar kelas. Ada juga yang begitu santai berjalan beriringan. Seperti Salsha, Meisya, dan Cindy jalan bersama.
Tepat ketika hendak turun tangga, salah satu dari mereka bertiga berbeda arah. "Eh, gue gak ikut main ya. Soalnya gue ada ini ekskul pramuka, lo berdua pasti tahu lah." ucap Cindy berbelok ke arah kanan sebelum menuruni tangga.
Meisya melambaikan tangan pada sahabatnya yang belum lama akrab itu, "Dadahh, Cindy! Jangan lupa cemungut! Kabarin kalo udah balik yo!" seru Meisya sambil turun dari tangga.
Salsha yang berjalan di belakang Meisya hanya menggeleng heran. "Semangat aja pake cemungut lo, Sya. Mana minta dikabarin, udah kayak emaknya aja." ujar Salsha meledek.
Gadis berhijab dengan postur tubuh sedikit berisi itu membalikkan badannya menghadap Salsha sembari berjalan mundur. "Ya biarin, suka-suka gue dong. Lo tuh sama si Zidan itu cocok! Aaa ... Anak pembenci geng motor malah ditolongin sama anak geng motor, jiakhh. Emang bener ya! Drama yang lo tonton sambil makan popcorn terus ekspresi lo pake merengut gitu, nyatanya lo malah ketemu sama ketua geng motor Andaran, buahahaha."
Meisya tertawa puas seusai melewati pintu gerbang sekolah. Sementara Salsha mendengus kesal. "Eh, anak orang tuh jangan dibawa-bawa. Emangnya lo mau, dicap ratu gosip? Apalagi yang lo bahas itu soal cowok kulkas yang identitasnya gak jelas. Ketawa sih gue kalo liat lo dibilang ratu gosip generasi terbaru setelah ratu Indriani."
"Alah, jangan bawa-bawa si ratu gosip itu dah, mual gue dengernya. Mending gue gosipin elu sama Zidan, hahaha, lebih nyantai dibahas." cerocos Meisya.
Salsha geram pada sahabatnya. "Eh, apa-apaan lo. Gak jelas lo ngomongin orang pake nyantai, dosa lo gosipin gue." Sungutnya kesal.
Sembari menunggu angkot di halte, Meisya tiba-tiba teringat sesuatu. "Sal, gimana kalo kita makan seblak dekat Taman Kenangan? Kan lo belum pernah makan seblak nih, nah berhubung gue lagi baik nanti minumnya gue yang bayar deh." Ajak Meisya memberi penawaran agar Salsha menyetujui.
Tampak berpikir beberapa detik akhirnya Salsha mengangguk.
"Yaudah, tapi bener ya lo traktir minumannya?"
"Iya, pegang omongan gue dah."
Setelah sampai di warung seblak, Salsha pun sedikit tidak berani untuk mencari tempat duduk. Meisya melihat suasana di warung tersebut banyak pelanggan dengan rata-rata anak sekolah lain.
"Buset, banyak banget dari SMA Cendana, gue malu Mei." bisik Salsha tepat di samping telinga Meisya saat sedang berdiri akan memesan makanannya.
Gadis berkulit lebih putih dari Salsha itu memutar matanya malas. Bersikap tak peduli dengan anak-anak dari sekolah lain. "Udah gak papa, lagian kita kesini kan mau makan bukan nyari saingan. Orang penjualnya juga nyari duit gak pilih-pilih, mau dari orang kayak kek, orang miskin atau yang bukan warga Indonesia sekalipun. Penting dagangannya laris manis." jelas Meisya seketika nyelonong masuk ke warung dan duduk di sebuah tempat yang sudah tersedia.
Salsha sudah malu sejak tadi. "Lo kok main nyelonong aja sih! Bikin gue malu aja dah, geseran lo duduknya." Cicitnya menyenggol siku tangan Meisya.
"Udah diem ah. Buk! Pesan seblaknya dua sama minumannya dua ya." ucap Meisya.
Sang karyawan ibu-ibu yang bekerja di warung itu pun mengangguk. "Baik, Mbak. Mohon ditunggu ya."
Selang tiga menit kemudian pesanan mereka pun datang. Tanpa berlama-lama Salsha dan Meisya bersamaan menyantap seblak yang masih hangat dengan minuman es teh dingin.
"Seblaknya panas banget," lirih Salsha berbisik pada Meisya.
"Ya namanya juga baru mateng, lo mah polos jangan terlalu polos." cibir Meisya.
Seraya menyeruput kuah seblak, Salsha menatap ponsel Meisya yang berada di atas meja dengan layar menyala. Dengan sengaja Meisya menyiapkan sebuah kartun pada saat makan untuk ditonton berdua bersama Salsha.
"Lo wibu apa gimana, Mei?" tanya Salsha sambil menyeduh es teh.
"Kagak lah, gue cuma suka sama anime begini. Kalo kata gue sih kayaknya Anime Lovers . Sebutan buat orang yang suka, bukan yang sampe ke negaranya dan berpenampilan ngikutin karakter anime nya." jelas Meisya.
Sebab merasa dilihat terus menerus oleh seorang ibu-ibu pembeli, Salsha pun kembali menyentuh tangan Meisya. "Eh, kita kenapa sih?" tanya Salsha heran.
"Kenapa gimana?" sahut Meisya masih fokus menikmati seblaknya.
"Ada ibu-ibu dari tadi ngeliatin kita mulu, emang kita salah ya ngobrol sambil makan disini? Lagian yang lain juga gak kalah kenceng ngobrolnya." ujar Salsha.
"Alah, udah biasa itu mah. Lo kayak gak tau aja hidup di desa yang mulai terlihat kayak kota ini warganya pada suka ngeliatin. Beda kalo kita hidup di kota, mau kita jungkir balik atau makan di genteng juga gak akan ada yang peduli."
"Tapi dari tadi sinis banget ngeliatnya. Kayak seolah-olah kita paling berisik."
"Biarin aja lah, ngapain sih urusin mata orang. Kayak sana nya kenal kita, kenal aja kagak. Sinis tuh tanda kita lebih terkenal dari beliau, hehe." timpal Meisya.
"Kayaknya nanti lo yang balik duluan dah." kata Salsha.
Meisya menoleh heran, "kenapa? Lo gak dijemput? Bukannya dari Taman Kenangan ini deket sama rumah mbah lo?"
Salsha memegang ponselnya serius. "Ayah gue gak bisa jemput. Yakali gue mampir ke rumah mbah gue, orang waktu gue sama si Risa mau numpang ganti baju pas kelas kita ada claasmeeting yang dilombakan secara online, terus bikin video di taman itu aja mbah gue gak ngenalin." ujar Salsha nyerocos.
Meisya tiba-tiba tersedak begitu mendengar ucapan Salsha. "Gak dikenal? Buset, lah kok bisa gitu? Masa sama cucu sendiri gak ngenalin?"
Sambil melanjutkan makannya, Salsha meletakkan ponselnya ke dalam saku bajunya.
"Ya kalo kenal sih gue udah sering minta tolong kesana."
Setelah beberapa menit kemudian, Salsha dan Meisya sudah selesai makan. Baru melangkah keluar dari warung, Meisya sudah dijemput oleh kakak laki-lakinya.
"Em, gue pamit balik duluan ya Sal."
"Oh iya, gue juga mau nunggu angkot." jawab Salsha.
"Yaudah. Gue balik yaa, dadah!"
"Dadah,"
Disaat sedang duduk di tepi taman tiba-tiba ada seseorang yang datang menaiki motor matic.
"Mau ikut balik gak?" tanya seseorang itu.
Salsha yang tengah menunduk sambil membaca novel di ponselnya pun menggeleng tanpa melihat siapa orang di depannya.
"Enggak, Mas, terima kasih."
Ketika mendongak, Salsha terkejut karena ternyata seseorang itu bukanlah orang asing.
"Ayo ikut aja, dari pada kesorean udah gak ada angkot." ucap laki-laki itu adalah Zidan.
Salsha memutar matanya malas. "Lo kenapa sih? Ada mulu setiap gue kemana-mana!" ketusnya seraya kembali menatap layar ponselnya.
Zidan yang duduk diatas motor itu terkekeh. "Karena gue pengen ngejagain lo aja, soalnya lo tuh aneh. Masa dimana-mana jadi rebutan. Pas semalem dikejar preman brengsek, eh sekarang lagi jadi inceran om-om gila." ucap Zidan menatap Salsha.
Perempuan berseragam SMA Putra Bangsa tersebut kembali mendongak serius. "Jadi inceran om-om? Lo ngaco ya?! Mana ada gue diincar sama orang bego?" jawab Salsha sedikit tidak percaya.
Lagi-lagi Zidan terkekeh. Namun kali ini wajahnya tiba-tiba berubah menjadi serius. Salsha yang melihat pun merasa nyalinya menciut.
"Gue gak akan kesini kalo posisi lo aman, Salsha. Dan gue gak akan biarin lo disentuh sama orang jahat. Sekarang, ayo gue anterin pulang sampai rumah." kata Zidan mode serius.
Dan benar saja datang seorang pria yang dapat dikatakan sudah om-om, mendekati Salsha dengan menaiki motor model terbaru.
"Ayo Neng, saya antarkan pulang sampai rumah. Jangan mau atuh dipaksa sama pacarnya buat diantar, siapa tau pacarnya mau berbuat jahat ke Neng." ujar si pria itu.
Dari tampilannya saja sudah dapat ditebak jika beliau bukanlah orang baik. Memakai kacamata hitam, memakai helm serta jaket berwarna abu-abu. Salsha menatap Zidan yang masih duduk diatas motor, tepatnya di belakang motor seorang pria yang sedang menggodanya tersebut.
"Justru saya yang harus waspada sama anda, ternyata cuma umur doang yang tua. Nyatanya om-om suka godain anak sekolah, malu lah dilihat sama anak sekolah. Oh iya Om, maaf ya saya bukan dipaksa sama dia. Justru saya dipaksa sama anda, orang dia baik banget mau nolongin saya dari godaan basi dari anda." jawab Salsha dengan lancangnya. Kemudian ia berdiri dan mendekat pada Zidan.
Pria itu terkejut tak menyangka. Salsha berani membalas ucapannya dengan begitu lancang tanpa rasa ketakutan.
Zidan yang melihat pergerakan pria tersebut hendak turun dari motor untuk mengajak Salsha pun seketika menarik tangan Salsha.
"Gak usah ajak-ajak Om. Urus bini di rumah atau sekali lo sentuh dan berani ajak dia, lo bakal berurusan sama gue dan tentunya berlanjut ke jalur hukum." Kata-kata dari mulut Zidan bukan sembarang ucapan, lelaki itu sekali berkata akan dilanjutkan dengan tindakannya.
Menatap wajah serius Zidan, pria berjaket hitam itu terlihat panik dan ketakutan. Ditambah tatapan Salsha yang sangat sinis padanya.
"Preman yang semalem udah dibebaskan belum?" tanya Salsha basa-basi kepada Zidan.
Zidan menggeleng sambil menyodorkan helm pada Salsha. "Belum, dipenjara bertahun-tahun katanya. Salah siapa godain cewek, untung yang sekarang ketemunya sama kita." ucap Zidan sembari memakai helmnya.
Pria itu masih duduk diatas motor sambil menoleh ke belakang untuk memperhatikan Salsha. Diotaknya terlintas bagaimana cara supaya perempuan tersebut berhasil masuk ke jurang kejahatannya.
"Itu preman yang suka nyulik orang, Mas! Hajar aja sampai keok, biar tau rasa udah sering nyari korban disini." seru beberapa warga mendorong Zidan supaya mau menghabisi pria tersebut.
Dengan santainya Zidan akan turun dari motor, tetapi Salsha langsung mencegahnya. "Ih, jangan! Gue gak mau ya lo kenapa-napa, meskipun lo anak motor jago tawuran dan biasa berantem." Larang Salsha menggeplak pundak Zidan cukup keras.
Zidan menatap sang preman om-om dengan tatapan tajam bagai elang yang mulai marah pada mangsanya. "Gue gak pernah tawuran, tapi berantem buat ngelindungin lo, gue bisa." Celetukan ngeri dari bibir Zidan.
"Ih, jangan! Itu orang udah gila, Zid! Dia bawa pisau lipat." ucap Salsha menahan satu tangan Zidan karena sempat melihat pria itu mengantongi sebuah benda tajam berupa pisau lipat di saku samping celananya.
Zidan menoleh, "dia masih waras, buktinya dia tau kalau lo cewek kan? Cuma otaknya yang geser, udah punya istri tapi masih ngerasa kurang puas." katanya datar.
Belum lama Zidan menerima serangan mendadak dari pria tersebut, tiba-tiba dari belakang Zidan diserang menggunakan besi sedikit panjang.
"Argh! Sial, beraninya kroyokan!" tegas Zidan marah.
Salsha menatap beberapa anak sekolah Cendana yang menyaksikan keributan itu. Berharap anak-anak itu mau membantu Zidan.
"Eh, kasihan tuh cewek. Kita lapor polisi aja langsung. Weh Ndra, lo telpon polisi cepetan biar gue sama yang lain cegat dua preman itu." ucap salah seorang lelaki yang tampangnya seperti anak tongkrongan.
Semuanya mengangguk setuju lalu beranjak bersamaan.
"Woi! Apa-apaan ini?! Lepas!" teriak salah satu preman yang tadi menggoda Salsha.
Kini posisi Salsha sedang menjaga Zidan yang merasa kesakitan.
"Zid ..."
"Hm, kenapa?"
"Punggungnya sakit banget ya?"
"Ah, enggak. Pegel sedikit gak parah kok."
Seketika dua preman itu berhasil tertangkap polisi berkat pertolongan dari anak-anak SMA Cendana.
"Woi, lepas! Saya gak bersalah!"
"Sudah, jangan bergerak atau saya tembak."
Selang beberapa detik kemudian suasana hari terlihat sedikit gelap. Malam hampir tiba, Zidan pun dihampiri oleh beberapa remaja yang menolongnya.
"Lo gak papa, Bro?" tanya siswa bernama Anrez Saputra.
"Aman, makasih ya udah bantu nolongin." jawab Zidan sambil bersalaman.
Lelaki berambut sedikit keriting itu tersenyum. "Santai aja, gue tau kok lo anak motor Andaran kan? Geng motor yang paling baik anggotanya, yang nongkrong sampai malem karena ngerjain tugas bareng?" ucap Anrez terkekeh.
Salsha menatap Zidan bingung, "Iyaa, tapi gue bukan anak geng motor, Rez. Cuma anak tongkrongan biasa, kalo malem juga pada balik ke rumah." jawab Zidan.
"Oh iya, lo juga yang sempat viral gara-gara kasar ke pacar lo kan? Yang main tangan terus mau nampar cewek?"