Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mencintai dan menyakiti tak jauh beda dengan kopi pahit.
Jika tau akan berujung seperti ini, lebih baik tak bertemu dan tetap menjadi teman dari pada harus terus bersama tetapi berakhir dengan perpisahan.
Apa yang diimpikan, diharapkan, hingga di nantikan semua hanya angin lalu yang hanya menyisakan kenangan. Sesuatu yang tak akan kembali karena jalan sudah tak mungkin lagi.
Kinayu beranjak dari sana dan mencoba untuk tegar, sejenak terdiam menghapus air mata yang masih tersisa. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
Deg
Pria tampan yang ia hindari kini ada di depan mata. Menatapnya tajam hingga jantungnya berdebar. Langkah Kinayu begitu berat, tak tau harus beralasan jika sang suami tau apa yang dirinya dan Satria lakukan.
"Pulang!" ucapnya tegas dengan tatapan penuh makna. Dan Kinayu hanya bisa menganggukkan kepala melangkah perlahan membiarkan Yudha terlebih dulu pergi.
Sampai di halaman Kinayu segera memarkirkan motornya di garasi. Wanita itu tersenyum getir melihat motor kesayangannya berdampingan dengan mobil mahal milik Silvi.
Kinayu menarik nafas panjang, Silvi sudah pulang dan sudah dipastikan ia harus kembali menguatkan hati untuk menghadapi istri tua suaminya yang begitu arogan.
Kinayu melangkah masuk ke dalam, sambutan manis yang ia dapat membuat sekujur tubuhnya basah. Tak sampai di situ, jambakan dari Silvi membuat ujung matanya kembali basah. Silvi melemparkan ember tepat di depan Kinayu hingga tubuhnya terjingkat.
"Ampun mbak."
"Enak ya semalam kamu menguasai suamiku? Kamu memanfaatkan keadaan yang ada, jangan pikir aku tidak pulang lalu aku tidak tau! Aku tau semalam suamiku menidurimu! Dasar jalaaang!" Silvi mendorong tubuh Kinayu hingga terjatuh ke lantai. Menendang kaki Kinayu hingga wanita itu menjerit kesakitan.
"Ampun mbak," lirihnya. Silvi segera mendekat mendorong kening Kinayu hingga ia terjengkang ke belakang.
"Malam ini aku pastikan Mas Yudha tak akan keluar dari kamarku! Aku tidak sudi berbagi denganmu dan aku tak akan membiarkan kamu mengandung anak suamiku, agar Mas Yudha segera menendangmu dari rumah ini!"
"Aghhh....." Kinayu kembali menjerit merasakan kakinya yang begitu sakit karena tendangan dari Silvi kembali ia dapatkan.
Setelah Silvi naik ke kamar, Bibi yang sejak tadi hanya diam di dapur menyaksikan apa yang terjadi tapi takut untuk mendekati kini berlari menolong Kinayu.
"Non.....Ya Allah non, maaf ya non Bibi nggak bisa bantuin. Ayo non Bibi antar ke kamar!"
Dengan tertatih Kinayu melangkah menuju kamar dengan di bantu oleh Bibi, air matanya terus merembas padahal ia lelah untuk kembali menangis. Tapi perlakuan silvi betul-betul membuat dadanya nyeri, bukan hanya tubuh tapi ucapannya membuat Kinayu sakit hati.
"Makasih Bi," ucapnya setelah duduk di atas ranjang.
"Sama-sama non, non Kinayu butuh apa biar Bibi ambilkan. Bibi buatkan minum ya, setelahnya Bibi pijat kaki non, ini bengkak non sampe biru begini."
"Nggak apa-apa Bi, minyak urut aja kalo ada Bi, nanti biar saya urut sendiri. Kinayu takut Bibi di cari mbak Silvi dan dia akan mengamuk lagi."
Bibi mengusap kepala Kinayu, dia tak tega melihat wanita muda dengan wajah sembab di perlakukan bak binatang tanpa perasaan.
"Sabar ya non, semoga Pak Yudha bisa melihat sendiri perlakuan nyonya yang menyakiti non."
Kinayu tersenyum getir, apa yang membedakan keadaan andai suaminya pun tau perlakuan istri pertamanya. Toh tak akan ada yang berubah. Karena Yudha sendiri tak ada perasaan apapun padanya. Hanya butuh tubuhnya saja dan tak perduli bagaimana hatinya.
Bibi keluar kamar setelah kembali lagi mengantarkan minyak urut untuknya, Kinayu segera menutup pintu dan membersihkan diri. Tubuhnya lelah, begitupun hatinya. Mau mengadu pun ia tak tau harus kemana, sedangkan kedua sahabatnya belum ada yang tau akan masalah yang ia hadapi sekarang.
Kinayu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono dan duduk di sofa membawa minyak urut yang Bibi berikan tadi.
"Auwhh..... Ssstt sakit banget." Perlahan tangannya memijit bagian kaki yang sudah membiru. Mengoleskan minyak urut secara perlahan dan dengan gerakan lembut yang membuatnya meringis kesakitan.
"Sekarang kaki, lalu besok apa lagi. Apa setiap hari harus begini terus," Kinayu menghela nafas panjang. Jika tak ingat akan uang yang Yudha keluarkan untuk menebus hutang bapak mungkin Kinayu sudah kabur meninggalkan kota.
Rasanya ia tak sanggup, tapi keadaan yang menuntutnya harus kuat. Kinayu merebahkan tubuhnya di sofa, memejamkan mata mengingat semua kenangan sebelum ia masuk kedalam rumah mewah yang penuh siksaan.
Walaupun hidup sulit tapi senyuman masih terselip karena di kelilingi orang-orang yang menyayangi. Tapi setelah menikah, jangankan ingin merasakan kehangatan keluarga. Orang terkasih saja tidak ada. Dan hubungannya dengan Satria pun sudah tak ada harapan.
Lamunan membawanya pada mimpi yang menenangkan. Dengan kaki menekuk, Kinayu terlalap di atas sofa dengan begitu nyenyak.
Yudha pulang cukup telat, karena pekerjaan di kantornya yang begitu banyak. Setiap pulang mengajar ia selalu menyempatkan diri datang ke kantor, pria itu tak lepas tanggung jawab. Sedangkan kampus yang ia pilih untuk ajang mencari istri, berat ia tinggalkan karena sudah merasa nyaman di sana.
Yudha masuk ke dalam rumah bertepatan Silvi yang keluar dari kamar hendak mengambil minum. Matanya berbinar melihat Yudha pulang, padahal sejak tadi ia sibuk dengan panggilan dari Gilang.
"Maasss......." Silvi segera berlari menghampiri dan mengalungkan tangannya di leher Yudha.
"Kok baru pulang mas?" rengek Silvi membuat Yudha jengah. Sedangkan istrinya saja semalaman tidak pulang dengan santainya merengek manja menanyakan dirinya yang baru pulang.
"Iya, aku dari kantor."
Silvi menatapnya heran kemudian kembali bertanya karena ia merasa janggal dengan jawaban yang Yudha lontarkan.
"Memang sebelumnya dari mana mas? bukannya memang kamu bekerja di kantor?"
"Jika kamu sudah tau kenapa harus bertanya lagi?" tanyanya dengan nada datar dan segera melangkah menuju kamar meninggalkan Silvi yang merenggut kesal. Karena kurangnya komunikasi di antara keduanya membuat Silvi tidak tau jika Yudha mengajar.
Yudha segera masuk kedalam kamar mandi tanpa memperdulikan Silvi yang berusaha mengejarnya.
"Ngeselin kamu Mas, nggak bisa apa basa basi dulu! Dingin banget kamu sekarang! Ini pasti gara-gara si Kinayu itu! Dasar kampung!"
Silvi segera keluar dari kamar, ia butuh udara segar. Wanita itu memutuskan untuk duduk di taman belakang dengan membawa ponselnya takut-takut Gilang kembali menghubungi.
Setelah mandi, Yudha masuk kedalam ruang ganti dan mencari baju gantinya tetapi tak kunjung ia temukan. Pria itu membuang nafas kasar, Silvi memang tak bisa di andalkan. Mengharap Kinayu yang masuk ke dalam kamar dan menyiapkan pun itu tak mungkin karena ada Silvi sedang di rumah.
Hingga ia memutuskan untuk mengambil pakaian ganti sendiri dan segera melangkah ke kamar sebelah.
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa