Warning!!!
ini hanya sebuah cerita kayalan belaka, bukan area bocil, jika tidak suka silahkan skip.
Tolong juga hargai karya ini dengan memberikan LIKE untuk mengapresiasi karya ini, VOTE atau GIFT sangat berharga buat kami para penulis, terima kasih sebelumnya.
-------
Berkali-kali mengalami kegagalan dalam pernikahan membuat seorang janda muda yang umurnya belum genap 24 tahun nan cantik jelita bernama Sisilia Aramita memutuskan untuk tidak akan menikah lagi seumur hidupnya. Meskipun statusnya janda namun ia masih tatap perawan.
Ia sudah bertekat, jika menemukan pria yang menurutnya tepat ia akan menyerahkan dirinya pada orang itu dan hanya akan menjalani hubungan tanpa ikatan pernikahan.
Hingga ia bertemu dengan seorang pengusaha tampan bernama Jackson Duran, yang membuat dunianya jungkir balik.
Apakah Jackson bisa merubah pendirian Sisilia untuk mau menikah kembali ataukah ia akan gagal mendapatkan cinta Sisilia.
Yuk simak bagaimana kisah mereka berdua...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan kedua
"ijinkan aku untuk membuatmu jatuh cinta padaku Sil..." ucap Alan dengan wajah serius
Sisil terkekeh "apa aku bisa menolaknya? Bukankah kita akan segera menikah, jadi tak perlu kamu meminta ijin padaku" ucap Sisil sinis
"baiklah...karena kita terlambat bertemu dan pertemuan kita yang pertama status kita sudah berubah menjadi tunangan, marilah kita pacaran setelah menikah" ucap Alan dengan nada serius
Sisil menatap Alan lekat-lekat, pria yang ada di hadapannya itu terlihat sangat serius. Dan memang setelah Sisil perhatikan lebih lama, Alan memang bukan tipe orang jahat.
Memang tak ada salahnya jika ia membuka hatinya pada pria yang ada di hadapannya itu. Ia terlihat lembut tapi tegas, seperti pria yang Sisil inginkan.
"baiklah...aku setuju kita pacaran setelah menikah...dan berarti kamu tidak boleh menyentuhku sampai cinta itu benar-benar ada di antara kita" akhirnya Sisil menerima usulan Alan.
Alan mengembangkan senyumnya, ia semakin jatuh cinta pada Sisil. Menurutnya Sisil memang perempuan baik, dan cerdas tentunya.
Akhirnya misi menaklukkan hati perempuan cantik pun mulai berjalan mulus. Alan tersenyum lega, ia tak menyangka menerima perjodohan orang tuanya ternyata tidak terlalu buruk.
Dua minggu berlalu, hari pernikahan pun tiba. Tidak seperti pernikahannya yang pertama, kali ini Sisil lebih bisa menerimanya. Mungkin karena memang dirinya dan Alan sudah sepakat akan memulai semuanya dari awal.
Kali ini Sisil tidak merasa terbebani, ia merasa lebih ringan menghadapinya. Sisil akui, papanya memang selektif, dan kali ini pria pilihan papanya sedikit mengetuk hati Sisil.
Sisil mulai dirias oleh Laxmi, orang suruhan mamanya Alan. Pernikahan kali ini bertema internasional, Sisil didandani seperti putri-putrinya dalam dongeng.
Memakai gaun putih panjang, dengan rambut disanggul dan memakai tiara di atas kepalanya serta memakai veil. Sisil terlihat seperti putri kerajaan di negeri dongeng.
Kali ini Sisil tersenyum, wajahnya tak lagi datar dan memendam kesedihan terlalu dalam. Meskipun ia masih sedih karena ia harus mengubur dalam-dalam cita-citanya. Namun ia masih berharap Alan akan menepati janjinya, membiarkan Sisil bekerja, mengejar cita-citanya.
Kini Sisil telah selesai dirias, kemudian ia keluar dari kamarnya karena mereka harus berangkat ke gereja tempat pernikahan mereka berlangsung yang terletak di pinggiran kota.
Sisil menaiki mobil pengantin yang tadi pagi sudah diantar oleh orang suruhan Alan. Alan sengaja memakai mobil kesayangannya sebagai mobil pengantin. Ia ingin hari bersejarah baginya mengendarai mobil kesayangannya.
Sepanjang perjalanan Sisil begitu gugup, tak seperti pernikahannya yang pertama dulu, dulu ia merasa sedih takut dan marah kali ini hanya rasa gugup yang ia rasakan.
Setelah mengucapkan janji suci mereka, kini mereka berdua resmi menjadi suami istri. Alan bahagia, karena bisa mempersunting wanita yang baru ia kenal namun sudah mampu mencuri hatinya.
"kamu sangat cantik Sil..." Alan terpukau ketika ia membuka veil Sisil
Sisil hanya tersenyum "aku harap kamu tidak lupa akan janjimu Lan..."
"tentu saja tidak, demi istri secantik dirimu apa saja akan aku lakukan" ucap Alan kemudian mengulurkan tangannya. Sisil menerima uluran tangan itu. Perlahan Alan menuntun Sisil masuk ke dalam mobil pengantin.
Setelah memastikan Sisil duduk dengan nyaman, Alan pun naik ke sisi pengemudi. Alan sengaja mengendari mobil pengantin sendiri. Ini hari bahagianya ia ingin menikmati awal dari perjalanan cinta mereka yang akan bersemi.
Alan mengendari mobilnya perlahan mereka berdua di urutan paling depan dan seluruh keluarga mereka menyusul di belakang mereka. Sesekali Alan menatap Sisil dengan senyum mengembang, ia tak henti-hentinya mengagumi kecantikan Sisil.
Namun sesuatu terjadi, Alan sedikit panik ketika melewati jalan menurun. Rem yang ia injak sepertinya tidak berfungsi, sebisa mungkin ia bersikap tenang tak ingin Sisil takut. Ia mencoba menarik tuas rem tangan, namun hanya sedikit mengurangi laju mobil mereka.
Mobil meluncur begitu saja, Sisil pun panik "Alan...kenapa?!"
"entahlah tiba-tiba remnya tidak berfungsi" Alan terlihat putus asa.
"Sisil...awas...!" Alan pun memutar stirnya ketika ada mobil dari arah berlawanan kemudian ia melepaskan stir dan menangkup tubuh Sisil. Sebelum benturan terjadi Alan memposisikan tubuhnya berada di depan tubuh Sisil "aku mencintaimu Sil.." Alan memeluk tubuh Sisil bersamaan dengan benturan terjadi
Brakkk....
Mobil pengantin itu menabrak sebuah pohon besar, hingga depannya hancur. Sisil dan Alan sudah tak sadarkan diri, posisi Alan berada di depan tubuh Sisil. Alan menjadikan tubuhnya tameng agar Sisil tak mengalami cidera.
Semua berhenti dan turun dari mobil mereka, dan berlari menuju mobil pengantin itu. Kedua orang tua mereka histeris melihat kejadian itu. Terlebih mamanya Sisil, ia pingsan di sana.
Sisil dan Alan dibawa ke rumah sakit. Semua tampak panik, termasuk papanya Sisil kali ini ada guratan kesedihan di wajahnya. Ia tak menyangka peristiwa tragis itu terjadi di hari pernikahan putrinya itu.
Para dokter berjuang keras menyelamatkan sepasang pengantin baru itu. Sedangkan mama dan papanya Alan tak berhenti menangis.
"dengan keluarga Nona Sisilia..." seorang dokter keluar dari ruangan IGD
"ya saya dok...." papanya Sisil mendekat
"kondisi pasien sudah stabil, dan segera akan dipindahkan ke ruang perawatan" ucap dokter itu
"terima kasih dok" ucap papanya Sisil
"lalu bagaimana anak saya dok...." mamanya Alan tampak kawatir
"kondisi pasien kritis, benturan yang ia alami mengakibatkan perdarahan di kepalanya, kami akan memindahkannya ke ruang ICU agar bisa dipantau setiap saat" ucap dokter itu
"kami bisa melihatnya dok?"
"boleh tapi bergantian satu per satu dan harus menjaga ketenangan agar pasien segera melalui masa kritisnya" ucap dokter itu
"baik dok....lakukan yang terbaik untuk anak kami...." ucap mamanya Alan terisak.
Papanya Sisil tampak duduk termenung, peristiwa hari ini begitu mengejutkan, fokusnya kini hanya pada Sisil sedangkan istrinya diurus oleh Dewi kakak ipar mamanya Sisil.
Tuan Johan mengikuti perawat yang membawa putrinya ke ruang rawat perawatan Sisil. Kini Sisil masih tak sadarkan diri. Namun menurut dokter putrinya hanya syok dan tak ada luka yang serius di tubuhnya.
Ada sedikit rasa lega di hati papanya. Ia menatap Sisil yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Andaikan peristiwa itu tak terjadi, pasti dirinya tak harus mengalami hal ini.
Peristiwa kelam yang membuatnya menjadi dingin dan terlihat kejam pada anak dan istrinya. Ia bersikap keras hanya pada Sisil sedang kakaknya Devi, ia masih bisa bersikap baik.
.
.
.
B e r s a m b u n g
Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes....jangan lupa like, komen dan votenya ya... Terima kasih buat yang sudah membaca