Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - Makan Malam
Sudah jadi seorang istri, tapi baru detik ini Mikhayla melihat ruang makan rumah ini. Luas, mewah dan sepertinya satu keluarga besar cukup makan di satu meja, pikirnya berdecak kagum.
Mikhayla bukan orang biasa, dia juga kaya raya. Hanya saja, untuk kali ini dia benar-benar mengerti jika di atas langit masih ada langit.
Dentingan sendok mendominasi, duduk di hadapan Keyvan yang makan begitu fokus seolah tidak bisa diganggu. Mereka hanya berdua, tapi menu di meja makan sudah cukup untuk satu RT, pribahasa Mikhayla memang berlebihan sekali.
Terlalu fokus pada Keyvan, dia baru sadar jika makannya masih jauh dari kata selesai. Keyvan menatapnya sekilas, pria itu akan menunggu sembari memainkan gelasnya.
"Makanmu apa memang seperti itu?" tanya Keyvan gemas sendiri lantaran Mikhayla makan sudah seperti putri kerajaan. Padahal perutnya sampai berbunyi, akan tetapi Mikhayla makan lambat sekali.
"Memang begini, kata Mama makan harus sopan terutama di depan orang yang lebih tua."
Sopan, tapi kenapa harus jawabannya seperti itu. Mikhayla menjawab polos dengan manik indah yang menatap lawan bicaranya walau sekilas. Sementara Keyvan hanya mengangguk pelan, menghargai jawaban sang istri.
"Kita makannya cuma berdua?"
Heran juga sebenarnya, di rumah sebesar ini apa memang hanya ada mereka berdua atau memang anggota keluarganya sibuk sendiri. Mikhayla memberanikan diri untuk bertanya, rasanya tidak salah.
"Hm, mereka tidak berani gabung makan bersama."
Bukan itu maksud Mikhayla, yang dia pertanyakan di sini adalah keluarga inti Keyvan. Orang tuanya terutama, apa mungkin hidupnya bersama pelayan dan penjaga saja? Sungguh Mikhayla tengah dibuat aktif berpikir kali ini.
"Mama sama Papanya Om dimana?"
Om lagi, baiklah Keyvan takkan protes perkara panggilan kali ini. Wajar saja jika Mikhayla bertanya, dia juga berhak tahu dengan statusnya sebagai istri Keyvan sesungguhnya.
"Aku sudah tidak punya orangtua," jawabnya santai namun matanya menatap sendu ke arah Mikhayla, ada kesedihan ketika dia membahas perihal orangtua.
"Oh maaf."
Pria itu tidak lagi menjawab, Mikhayla mendadak kaku lantaran merasa pembicaraan itu hanya merusak suasana belaka. Dia bahkan tersenyum paksa namun tidak mendapat balasan dari Keyvan, sungguh dia malu tiba-tiba.
Lama sekali menunggu bidadari itu selesai makan. Setelah usai, Mikhayla kini melangkah menuju wastafel dengan niat mencuci piring keduanya.
Hal paling langka dalam hidup Mikhayla, selama ini dia sama sekali tidak pernah melakukan hal semacam itu. Jangankan cuci piring, bantu Rani bilas pakaian saja tangannya terkelupas.
Langkahnya ragu, Mikhayla menunggu sekali Keyvan melarang sebenarnya. Akan tetapi setelah Mikhayla mulai menghidupkan keran airnya pria itu tetap tak bersuara melainkan hanya memerhatikan gerak gerik Khayla.
Meski tidak pernah dia akan coba, hal semacam ini rasanya tidak terlalu sulit. Mikhayla mengikhlaskan jemari lentiknya umtuk menyentuh sabun cuci piring itu.
Dari jarak beberapa meter, Keyvan menghampiri sang istri yang terlihat bingung sekali. Sama sekali dia tidak meminta Mikhayla melakukan hal semacam itu, dia hanya menarik sudut bibir melihat bingungnya Mikhayla.
"Bisa?"
Keyvan kini berdiri di sampingnya, pria itu merasa tergelitik melihat usaha Mikhayla yang kini mencuci piring dengan busa melimpah, benar-benar boros.
"Bisa."
Yakin sekali dia menjawab, tapi membawa piring licin itu saja dia gemetar. Bukan hanya takut peralatan di rumah orang pecah, melainkan dia juga khawatir kulitnya akan melepuh besok pagi.
"Jangan paksakan, itu bukan tugasmu."
Dari gurat wajahnya saja Keyvan paham istrinya buta masalah pekerjaan rumah tangga. Sebenarnya sah-sah saja, toh Liora juga tidak jauh berbeda. Hanya saja mendiang istrinya tidak coba-coba, berbeda dengan Mikhayla.
"Bisa, aku pernah bantuin mbak Rani cuci piring ... tidak sulit tinggal sat set sat set_ Eeh!!"
PRANK
Terlalu percaya diri, Mikhayla lupa jika tangan kecilnya tidak sekuat itu untuk memegang piring yang cukup lebar itu. Ditambah lagi licin dan gerakan tangannya terlalu cepat hingga piring itu terhempas dan perak mencari beberapa bagian ketika membentur lantai.
"Pec-pecah," ucapnya menatap Keyvan dengan wajah pucatnya, gigi rapihnya sengaja diperlihatkan dengan senyum kaku berharap pria itu tidak marah karena ulahnya.
"Sudah kukatakan jangan."
Lagi dan lagi Keyvan dibuat menarik napas pelan, kapan istri kecilnya berhenti membuat sakit kepala. Bukan marah, melainkan dia kehabisan kata-kata setelah ini.
"Licin, maaf ... nanti aku minta Papa ganti piringnya," ucap Mikhayla seolah bicara pada teman yang barangnya tak sengaja dirusak, Keyvan memijit pangkal hidungnya.
"Mejauhlah, cuci tanganmu."
Beberapa saat kemudian, dia hendak menunduk dan memunguti pecahan piring tersebut. Secepat mungkin Keyvan menarik sang istri dan melarangnya bergerak lagi, bukan hanya karena khawatir istrinya terluka, melainkan juga takut makin banyak kekacauan yang Mikhayla buat.
"Biarkan Ratih yang bekerja, kembali ke kamar," titah Keyvan dengan suara tegasnya, Mikhayla yang memang patuh pada perintah jelas saja menurut dan melangkah dengan langkah kecilnya.
.
.
.
Untuk yang kali ini dia bukan sengaja, tapi memang benar-benar terjadi begitu saja. Dia juga tidak menyangka jika usahanya akan menyebabkan kegaduhan seperti tadi.
Keduanya kini hanya berdiam diri, Mikhayla hanya jadi penonton saat Keyvan sibuk dengan laptop dan pekerjaannya, sudah malam begini suaminya masih melakukan pertemuan secara online di sana.
Sibuk sekali
Mereka berdampingan di tempat tidur, tapi sama sekali tidak ada interaksi. Mikhayla duduk dengan jarak yang cukup jauh dari suaminya, pria itu sepertinya tengah membicarakan hal penting bersama rekan kerjanya.
Hingga, di akhir percakapan mereka salah satu pria di sana mempertanyakan hal aneh dan membuat perhatian Mikhayla terfokus sesaat.
"Kau di kamar? Biasanya di ruang kerja."
"Hm, sedang ingin saja."
"Maklumi saja, Ken ... lagipula dia baru saja kehilangan Liora, mungkin merindukan istrinya." Justin turut bicara, sebenarnya hal semacam ini tidak seharusnya dipertanyakan. Tapi, Keny sama sekali tidak berniat membuat sahabatnya mengingat mendiang Liora.
"Maaf, Van. Bukan maksudku begitu," tutur Keny merasa tidak nyaman, namun sesaat kemudian Keyvan hanya tertawa setelah itu, sama sekali dia tidak marah.
"Santai saja, jangan terlalu serius, Ken."
"Oh iya, punya rencana buka hati? Duda tajir melintir sepertimu mudah sekali cari gantinya, iya kan, Ken?"
Dasar gila, padahal barusan dia yang menahan Keny membahas masalah Liora. Kini, Justin sendiri yang membahas perihal wanita, memang benar-benar di luar nalar sepertinya.
"Siallan kau, bahagia sekali aku duda sepertinya."
"Hoo jelas, kemarin kau yang selalu meledekku duda lumutan, sekarang rasakan milikmu tak lagi bersarang!!" Puas sekali tampaknya Justin jika sudah bicara, Keyvan tiba-tiba malu lantaran dia tidak sedang sendirian.
"Aww aku tidak ikut campur, Van ... mulut Justin memang kurang didikan," ungkap Keny benar-benar menyerah, jujur saja dia takut jika bicara menyinggung Keyvan sebenarnya.
"Tidak masalah, kita buktikan ucapannya. Apa mungkin aku akan lumutan seperti dia juga?"
"Seratus persen yakin!! Kau tidak sepandai itu bermain perempuan, paling cepat yaa sepuluh tahun lagi masuk sarang," tutur Justin yakin sekali, tanpa dia ketahui apa yang sudah terjadi dalam hidup sahabatnya.
"Oh iya? Kalau tiba-tiba aku menemukan sarangnya lebih cepat darimu bagaimana?" tantang Keyvan kemudian, sepertinya dia memang tidak tersinggung masalah ini.
"Apapun yang kau minta, aku berikan!!" Percaya diri sekali Justin jika Keyvan akan kalah perihal pasangan kedua kali ini.
-To Be Continue-
Untuk kuis eps pertama besok aku umumin ya, masih nunggu jawaban lainnya.
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘