Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11: Bayi itu ... anak abang?
"EDGAR!" panggil Razka.
Edgar pun menoleh, dia segera menarik Razka untuk berbicara pada dokter dan juga suster.
"Lihat mereka hiks ... bahkan mereka mengabaikan kakakku yang sudah tidak sadarkan diri," isak Edgar.
"Kau tenanglah dulu, aku akan berbicara pada dokter itu," ujar Razka.
Edgar mengangguk, dia melihat Razka yang berbincang pada sang dokter. Dokter itu mengangguk, dia beserta suster segera masuk ke ruang oprasi dan mulai mengoprasi Alea.
"Kau tunggu disini, aku akan membayar oprasi kakakmu. Oh iya, siapa nama kakakmu?" tanya Razka.
"Alea, sebut saja Alea," ujar Edgar.
Razka mengangguk, dia pun segera pergi menuju pembayaran. Sementara Edgar, mulutnya selaku merapalkan doa agar ponakan dan sang kakak selamat.
"Tolong bertahan kak, kamu satu-satunya keluarga yang aku miliki. Jangan tinggalkan Ed kak hiks ... hiks ...,"
Tak lama Razka kembali, dia duduk di sebelah Edgar yang sedang menutup wajahnya. Razka tahu jika teman dekatnya yang merupakan sahabatnya ini menangis.
Semenjak Edgar pindah ke sekolah Razka, Razka merasa dirinya memiliki seorang sahabat yang tak pernah memandang uangnya. Edgar sangat tulus berteman dengannya tampa berharap apapun darinya.
"OEK ... OEEK ... OEEKK,"
Tangisan bayi menggema, Razka tersenyum haru. Dia menatap Edgar yang tengah terkejut.
"Ponakanmu lahir, selamat Edgar! kita berdua sama-sama menjadi om!" seru Razka.
"Hanya aku bukan kau!" sinis Edgar.
"Ck, kakakku juga tadi melahirkan. Malah aku duluan yang telah menjadi om," kesal Razka.
Razka merasa lega, Edgar sudah kembali pada sifatnya yang selalu cuek bukan lagi cengeng. Itu artinya beban Edgar sedikit menghilang.
Cklek!
Edgar segera berdiri saat mendengar suara pintu, dia mendekati dokter yang tengah menggendong bayi.
"Dimana suaminya?" tanya sang dokter.
"Ehm suaminya sedang sibuk dok, apa bisa aku menggendongnya?" tanya Edgar.
Sang dokter pun mengangguk, dia memberikan bayi yang sedang tertidur itu di pelukan Edgar. Edgar pun mendekati mulutnya pada sang ponakan, dia menyebut nama sang ponakan yang telah kakaknya siapkan.
"Chiara Elmira Zeinaya," bisik Edgar.
Bayi tersebut tampak gembul, walau dia di lahirkan sebelum waktunya tetapi tidak mengalami kekurangan berat badan. Bayi itu juga sehat dan normal tanpa kekurangan apapun.
"DOK! PASIEN KEHILANGAN DETAK JANTUNGNYA!" teriak sang suster.
Dokter tersebut terkejut, dia kembali masuk. Tubuh Edgar terasa lemas, dia menatap Razka dengan netra berkaca-kaca.
"A-aku tidak sanggup," lirih Edgar
Razka segera mengambil baby Ara di gendongan Edgar, sementara Edgar menerobos masuk untuk melihat kakaknya.
Netra Edgar melihat sang kakak yang sedang di lakukan pacu jantung, berkali-kali sang dokter mencoba untuk mengembalikan detak jantung sang kakak.
"KAKAK! HIKS KAKAK! BANGUN KAK! ED HANYA PUNYA KAKAK HIKS ... NANTI ED SAMA SIAPA? ARA ... ARA SAMA SIAPA KAK?! dia masih butuh sosok ibu kak," histeris Edgar.
"Maaf, anda di larang masuk. Biarkan pasien kami tangani," ujar sang suster.
Edgar menatap suster tersebut dengan tatapan penuh amarah, dirinya berpikir jika sang kakak tidak telat mendapat penanganan pasti tidak akan terjadi seperti ini.
"JIKA SAJA KALIAN TIDAK MATA DUITAN, PASTI KAKAKKU SELAMAT! KALIAN DOKTER DAN SUSTER, TUGAS KALIAN MENGOBATI!" sentak Edgar.
"Tolong kerja samanya," ujar sang suter
"Jika kau menyuruhku keluar, aku bisa saja menuntut dokter dan suster yang ada di ruang oprasi ini atas kejadian yang menimpa kakakku!" ancam Edgar.
Sang suster pun menoleh ke arah rekannya, rekannya pun mengangguk. Jika tidak, mereka bisa saja terkena masalah.
Sedangkan di luar, Razka tampak menimang bayi cantik itu. Dia mengayunkannya ke kanan dan ke kiri membuat bayi itu semakin pulas.
"Razka!"
"Eh abang," ujar Razka saat Ady menghampirinya.
Netra Ady terfokus pada bayi berselimut putih di gendongan adiknya. Bayi itu tampak sangat cantik, bibirnya yabg berwarna pink alami. Pipi bulatnya dan jiga rambut coklatnya Di tambah kulitnya yang sangat putih membuat siapa saja yang melihat memekik gemas.
"Razka, bayi siapa yang kau gendong?" heran Ady.
"Oh ini, ini ponakan sahabat ku bang. Dia cantikkan? Tadi sahabatku juga bilang terima kasih sama abang karena sudah membantu membayar persalinan kakaknya." ujar Razka seraya tersenyum.
Ady merasa tertarik dengan bayi itu, dia mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi bulat bayi itu tetapi dia malah membuat bayi tersebut terbangun.
"Wah, Ara kau bangun? Padahal sedari tadi dia sangat pulas tertidur," antusias Razka.
"Ara?" tanya Ady.
"iya, namanya Chiara Elmira Zeinaya." ujar Razka yang mana membuat Ady mematung.
Pintu ruang oprasi terbuka, Razka langsung menolehkan kepalanya. Sementara Ady masih fokus pada baby Ara yang menggeliat tak nyaman.
"Bagaimana? Apakah kakakmu baik-baik saja?" tanya Razka.
"Yah, dia akhirnya bertahan untuk putrinya," ujar Edgar.
Jantung Ady serasa berhenti berdetak, dia sangat hafal suara itu walau beberapa bulan ini tak lagi mendengarnya. Dengan perlahan Ady membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang dia pikirkan adalah salah.
Ternyata benar, itu adalah adik iparnya. Edgar pun tak jauh beda dengan Ady, dia terdiam kaku melihat Ady yang ada di hadapannya.
"Maaf, bayinya akan kami tempati di ruang bayi," ujar sang suster.
Razka mengangguk, dia menyerahkan baby Ara pada suster. Sementara Ady dan Edgar masih saling tatap menatap, pantas saja perasaan Ady tidak enak.
Tak lama brankar Alea keluar, dokter pun memindahkannya ke ruang rawat yang sudah Razka bayar tadi.
Kini kedua orang itu masih saling menatap, hingga akhirnya Ady memecah keheningan.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Ady.
"Baik, abang sendiri?" tanya balik Edgar.
Ady mengangguk, sedangkan Razka terlihat bingung. Dia tak tahu jika dua orang di depannya ini saling mengenal.
"Bayi itu ... anak abang?" tanya Ady dengan mata yang kini berkaca-kaca.
Edgar mengangguk kaku, Ady yang melihat hal itu tak sanggup menahan air matanya. Dia menangis sambil menutup wajahnya dengan satu tangan.
"Anak abang? ini apa sih maksudnya? kok abang nangis?" bingung Razka.
"Kenapa?" tanya Ady sambil menjauhkan tangannya dari wajahnya.
Edgar memalingkan wajahnya sedangkan Razka mengernyit bingung sambil menatap keduanya bergantian.
"Kenapa kamu dan kakakmu menyembunyikan hal sebesar ini dari abang? abang berhak tau ... abang masih suami kakakmu!" kecewa Ady.
"Maaf," ujar Edgar.
"Ini maksudnya bagaimana sih? bang, maksudnya gimana ini? abang hamilin kakaknya teman Raz?" tanya Razka.
Ady menatap adiknya itu dengan air mata yang mengalir, dia menghapusnya dan menatap sang adik dengan sendu.
"Nanti abang ceritakan, abang akan mengurus anak abang dulu," ujar Ady.
"Bang," panggil Edgar.
Ady berbalik menatap Edgar. "Jangan ambil Ara bang, hanya Ara yang menjadi semangat hidup kakak," sendu Edgar karena merasa takut akan niat Ady.
Ady mensejajarkan tubuhnya pada Edgar, dia menepuk bahu Edgar beberapa kali dan menatap remaja itu dengan datar.
"Kau tidak tau siapa identitasku sebenarnya Ed, Ara adalah anak kandung abang. Abang berhak membawa dia dan mengambil hak asuhnya dengan mudah karena abang adalah Adyatma Putra Dominic, jelas kau tau siapa itu," ujar Ady dan pergi meninggalkan Edgar yang mematung.
"Adyatma ... penerus keluarga Dominic? bang putra ... dia ... abang kandungmu Raz?" kaget Edgar.
Jaga & lebih hargai suami kamu ya..