S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. MEMPERMALUKAN PLAKOR
"Selamat pagi, Mira." Sapa mama Zana ketika Elmira baru saja datang ke ruang makan.
"Pagi, Tante." Balas Elmira, lalu tersenyum pada papa Farhan dan Fiona yang sudah lebih dulu menikmati sarapannya. Anak dan ayah itupun membalas senyuman Elmira.
"Duduk sini," titah papa Farhan sembari menarik kursi disisi kirinya. Dengan perasaan canggung Elmira pun duduk di kursi tersebut.
"Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya mama Zana sembari menuangkan kopi untuk suaminya.
"Iya Tante," jawab Elmira dengan tersenyum. Namun, mama Zana dapat melihat jika senyumannya itu terpaksa. Tentu Elmira tidak bisa tidur nyenyak meski tidur di kasur yang empuk karena merasa tidak enak pada si pemilik kamar yang entah bagaimana keadaannya sekarang di apartemen tanpa siapapun yang mengurusnya.
"Oh ya, hari ini kamu pergi belanja ya sama Fiona. Beli semua kebutuhanmu yang tidak ada disini. Tante gak tahu apa saja merk parfum, skincare dan lipstikmu, jadi gak Tante siapin sebelum kamu kembali dari desa."
Uhuk uhuk uhuk...
Elmira langsung batuk karena tersedak roti panggang yang baru satu gigitan masuk ke mulutnya. Ia terkejut, wanita baya itu berbicara dengan santainya. Parfum, skincare dan lipstik tentu bukan hal tabu bagi orang-orang sekelas sultan seperti keluarga bosnya ini, tapi baginya ia perlu berpikir beberapa kali sebelum membeli barang-barang yang harganya tidak murah itu. Lebih baik uangnya ditabung, mengingat sekarang ia bukanlah lagi istri Ramon yang bisa dengan mudah membeli barang-barang seperti itu.
"Hati-hati, Mira." Mama Zana dengan cekatan memberi air minum bahkan membantu calon menantunya itu untuk minum.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya mama Zana seraya menyimpan kembali gelasnya. Elmira hanya menggeleng.
"Cepetan habiskan sarapannya, terus pergi belanja sama Fiona." Kali ini papa Farhan yang berucap sembari menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam dengan logo emas kehadapan Elmira.
Baru melihat sekilas saja Elmira sudah tahu itu kartu apa. Tapi Elmira hanya bisa menatap pria paruh baya itu tanpa mampu melontarkan pertanyaan, maksudnya apa menyodorkan kartu itu padanya?
"Ayo ambil," titah papa Farhan karena Elmira hanya menatapnya saja.
"Tapi ini gak perlu, Om." Tolak Elmira tanpa berpikir dua kali. Secara kartu hitam dengan logo emas itu termasuk benda yang langka. Ramon saja belum sampai memiliki kartu seperti itu.
"Mira, papanya Farzan itu tidak suka loh dengan penolakan." Ujar mama Zana sambil mengusap pundak Elmira. "Ayo ambil." Titahnya. Tapi Elmira malah menatap dua paruh baya itu bergantian lalu berpindah menatap Fiona, ia benar-benar tidak enak jika mengambil kartu itu dihadapan Fiona sementara mungkin gadis muda itu tidak diberikan kartu serupa karena masih berstatus mahasiswi.
"Gak usah ngeliatin aku kayak gitu, kak. Aku juga punya kok kartu kredit, tapi bukan warna hitam." Fiona terkekeh pelan. Gadis muda itu mengusap mulutnya dengan tisu lalu beranjak dari tempat duduknya menghampiri Elmira.
"Sepertinya kak Mira kehilangan selera makan, yuk kita pergi aja sekalian nanti makannya diluar." Fiona meraih kartu hitam dihadapan Elmira kemudian menarik tangan calon kakak iparnya itu bergegas pergi seperti yang diperintahkan mama papanya, yaitu berbelanja.
"Hati-hati dijalan Fio, pelan-pelan saja bawa mobilnya."
Fiona hanya mengacungkan jempolnya. Setelah berada didalam mobil, ia memberikan kartu hitam itu pada Elmira dengan cara meletakkan langsung di telapak tangannya. Karena jika hanya menyodorkan, Elmira pasti tidak akan mengambilnya. Mau tidak mau Elmira pun menyimpan kartu itu didalam tasnya, tadinya ia mau pergi ke kantor. Tapi sekarang tujuannya berubah haluan tanpa ia rencanakan. Dan ia hanya bisa pasrah.
Tak lama setelah mobil Fiona meninggalkan pelataran rumah, sebuah mobil lain pun datang. Dan itu adalah mobil milik Farzan, ia datang pagi-pagi untuk menjemput Elmira ke kantor sekaligus numpang sarapan. Menyedihkan bukan? Numpang sarapan dirumahnya sendiri.
.
.
.
Disebuah pusat perbelanjaan elite dipusat kota. Disitulah Fiona mengajak Elmira untuk berbelanja. Meski sekarang telah kembali menjadi wanita dari kalangan biasa, tapi Elmira tidak merasa minder datang ketempat elite seperti ini, karena saat masih menjadi istri Ramon ia pernah beberapa kali datang ke pusat perbelanjaan ini.
"Fiona, udah yuk, ini udah cukup." Ujar Elmira sembari mengangkat lima buah paper bag ditangannya yang berisi berbagai macam kebutuhan wanita, dan itu Fiona yang memilihkannya.
"Bentar, Kak. Aku mau ini juga," Fiona masih fokus dengan deretan kalung dengan bandul menggemaskan yang berbentuk berbagai macam karakter tokoh kartun perempuan.
Elmira pun mengangguk, ia berdiri dibelakang Fiona menunggu sembari melempar pandangan pada keramaian orang-orang yang berlalu lalang.
"Wah kamu disini juga rupanya. Ngapain? Belanja? Emang punya uang?" Sapaan yang terdengar seperti ejekan itu membuat Elmira menoleh, namun ia hanya melirik sekilas dan sama sekali tidak membalas sapaan Bella. Fiona yang tengah sibuk memilih kalung pun menghentikan aktifitasnya itu lalu segera berdiri disamping calon kakak iparnya sembari merangkul lengannya.
"Siapa sih Bell, kamu kenal?" Tanya teman Bella yang hari ini diajak oleh wanita hamil itu berbelanja dan tentunya akan ditraktir.
"Gak kenal sih, tapi aku tahu dia itu perempuan yang dibuang suaminya karena gak bisa kasih anak." Ucapan Bella terdengar berbisik diakhir, tapi masih dapat didengar dengan jelas oleh Elmira dan Fiona.
Teman Bella itu menunjukkan ekspresi terkejut, sesaat kemudian menatap Elmira dengan tatapan remeh. Sedang Fiona melempar tatapan tak suka pada keduanya, mendengar ucapan wanita itu ia tidak perlu bertanya lagi dia siapa, sudah pasti adalah wanita yang merebut suaminya Elmira.
"Udah yuk, mending sekarang kita bayar belanjaan dulu." Bella lalu mengajak temannya menuju kasir. Gayanya terkesan ingin menunjukkan pada Elmira, bahwa Ramon memanjakannya dengan kehidupan mewah dan mengizinkannya membeli apapun dengan bebas, termasuk mentraktir temannya.
Sembari menunggu kasir menghitung total belanjanya, Bella mengeluarkan sebuah kartu berwarna biru dari dalam tasnya kemudian meletakkan diatas meja kasir.
Melihat Elmira berjalan menuju kasir, wanita hamil itu menyunggingkan senyum sinis, seakan meremehkan mantan istri suaminya itu. Dalam hatinya berkata, paling Elmira ditraktir oleh temannya itu yang terlihat lebih muda darinya. Dilihat dari penampilannya pasti anak orang kaya yang kepolosannya dimanfaatkan oleh Elmira.
"Maaf Mbak, saldonya tidak cukup. Apa bisa sisanya dibayar tunai saja?" Ucap kasir. Bertepatan dengan itu Elmira dan Fiona sampai didepan meja kasir. Fiona langsung menutup mulutnya menahan tawa melihat wajah sombong beberapa saat lalu kini terlihat mengenaskan karena menahan malu.
"Gimana sih Bell? Kira-kira dong kalau mau ajak belanja, kalau isi ATM gak cukup gak usah sok-sokan traktir aku." Teman Bella itu jadi menggerutu, secara dia juga ikut malu dengan kejadian ini. Mau bantu bayar ia juga tidak bawa kartu karena berharap pada Bella yang ingin mentraktirnya.
"Jadi ini bagaimana, Mbak?" Tanya kasir.
Bella terdiam tidak bisa menjawab. Entah sudah sepucat apa wajahnya sekarang. Yang pasti ia merasa tubuhnya memanas dan jantungnya berdetak cepat karena malu, apalagi ditempat itu ada Elmira. Mau ditaruh dimana wajahnya.
"Kak, ini kesempatan kak Mira buat balas si pelakor itu. Ayo kita permalukan dia." Bisik Fiona, tapi Elmira menggeleng. Selain dia tidak pernah punya niat untuk balas dendam, ia juga cukup mencemaskan keadaan mental Bella yang tengah mengandung bila harus dipermalukan didepan umum.
"Ish kakak ini, ya udah kalau kak Mira gak mau biar aku aja." Fiona maju selangkah ke depan kasir lalu meletakkan barang-barang belanjaannya dan Elmira diatas meja kasir.
"Kak, tolong hitung semua total belanjanya ya, kakak ipar saya yang akan bayar," ujar Fiona lalu menoleh pada Elmira. "Kak, ayo kasih kartunya."
"Huh?" Elmira tampak celingukan, ia seakan menjadi bingung sendiri.
"Kak Mira ayo bayar."
Elmira pun sedikit tersentak, dengan tangan yang sedikit gemetar ia membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dan memberikannya pada Fiona.
Dan hal itu berhasil membuat kedua mata Bella terbelalak. Bagaimana Elmira bisa punya kartu sultan seperti itu?
"Ini Kak kartunya, oh ya sekalian bayarin belanjaan kakak-kakak itu ya." Fiona memberikan kartu itu pada kasir, tapi tatapannya mengarah pada Bella dan temannya.
Dan lagi, Bella benar-benar seakan kehilangan mukanya sekarang. Barang belanjaannya dibayarkan menggunakan kartu hitam milik Elmira.
"Baik, total belanjaannya 20 juta ya," ujar kasir pada Fiona. "Dan total belanjaan mbak ini 50 juta." Ujarnya lagi sambil menunjuk kearah Bella. "Jadi total semuanya 70 juta." Usai melakukan proses pembayaran, kasir itupun mengembalikan kartu hitam itu pada Fiona dan Fiona sendiri langsung mengembalikan pada Elmira dengan sedikit memamerkannya dihadapan Bella.
"Terimakasih ya, Kak." Ujar Fiona setelah mengambil barang belanjaannya yang sudah dibayar. Kasir pun memberikan barang-barang belanjaan Bella dan temannya yang juga sudah dibayarkan.
"Hem, untung aja ketemu kita. Kalau enggak, kakak berdua ini pasti sudah dijadikan tukang bersih-bersih disini karena gak bisa bayar!" Ujar Fiona dengan beraninya. Sedang Bella dan temannya hanya mampu diam.
"Nanti kalau pulang, bilangin ya sama suaminya. Kasih kartu tuh jangan yang warna biru, mana gak cukup lagi saldonya. Kayak punya kak Mira dong warna hitam, kartu kredit tanpa batas!" Fiona tertawa puas, kemudian segera menarik tangan Elmira pergi dari tempat itu. Menjadi kepuasan tersendiri baginya bisa membalaskan sakit Elmira dengan mempermalukan si pelakor itu. Sebagai wanita meski terbilang masih muda, tentu dia tahu bagaimana rasanya menjadi Elmira. Dia melihat pacarnya jalan sama temen cewek aja amarahnya sampai ke ubun-ubun, apalagi Elmira yang bahkan sampai dimadu.