Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Dalam keadaan masih menahan kantuk, para Ibu-ibu sudah di rias oleh penata rias. Mereka di rias dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri. Karena semalam mereka benar-benar tidak tidur.
Rasa bahagia karena bisa tidur di kamar hotel, membuat mereka tidak bisa tidur karena bahagia.
Bagi orang kampung seperti mereka, tidur di hotel layaknya mimpi. Dan Hanin mewujudkan mimpi mereka semua.
"Selesai. Ibu-ibu sudah cantik dan bisa bertemu dengan pengantin nya." Ucap MUA yang merias mereka.
Hanya riasan sederhana yang cocok untuk ibu-ibu yang sudah berumur. Namun, tampak kelihatan lebih fresh ketika di lihat.
"Wah, kita cantik sekali ya kawan-kawan. Seandainya di antara kita ada yang membawa ponsel." Ucap salah satu ibu-ibu yang sedih.
Harus nya mereka memiliki satu benda itu untuk mengabadikan momen mereka saat sedang cantik.
"Permisi."
Terdengar suara dari luar kamar. Dan ternyata, itu adalah seorang fotografer yang datang untuk memotret mereka.
"Terima kasih, ya nak. Udah mau mengabadikan foto kami."
"Sama-sama, Bu. Saya hanya bekerja sesuai perintah. Oh ya, ini saya hampir lupa. Pengantin memberikan kertas ini pada ibu-ibu semua."
Setelah memberikan kertas yang ada tulisan Hanin, fotografer muda itu pun langsung keluar.
"Assalamualaikum, ibu-ibu. Semoga kalian senang ya. Ada di pesta nya Hanin. Hanin minta maaf karena tidak bisa bertemu dengan kalian. Kalau kata ibu mertua, Hanin harus di pingit. Hanin pengen jadi mantu yang penurut."
Hanya itu saja kata-kata yang di tulis Hanin di sebuah kertas. Tulisan nya pun acak-acakan, namun masih bisa di baca.
" Ibu-ibu sekalian, sudah siap kan bertemu dengan pengantin?"
Seorang wanita yang cantik dan anggun datang dan menyapa ibu-ibu itu. Mereka di bawa ke sebuah tempat yang sangat indah. Di seluruh lorong, di hiasi bunga-bunga yang sangat harum bau nya.
Tiba-tiba pintu terbuka, dari dalam sana keluar lah seorang pengantin wanita yang sangat cantik. Padahal, ia hanya mengenakan kebaya berwarna putih tulang.
Namun, wajah nya yang di make Up membuat ia seperti seorang Putri dari kerajaan. Ibu-ibu yang melihat nya, langsung pangling.
"Hanin, mau cantik sekali, nak."Ucap salah satu Ibu-ibu itu.
" Ya Allah Hanin. Ibu sampai nggak kenal. Kamu sudah seperti tuan putri." ibu-ibu yang lain pun menimpali.
Mereka saat itu, akan menjadi pendamping nya Hanin. Jika para gadis yang lain memakai teman-teman nya sebagai pendamping, maka Hanin memakai ibu-ibu itu untuk mengantarkan nya.
Mereka masuk ke aula utama untuk pernikahan. Baru lah nanti, dilanjutkan dengan resepsi.
Para Ibu-ibu dari desa yang berjumlah sepuluh orang itu, mendampingi Hanin. Para tamu undangan sampai heran dengan pendamping pengantin kali ini.
Namun, karena para Ibu-ibu itu sudah cantik dan tampak modis, jadi lah mereka tidak mempermasalahkan nya.
Saat itu, memang Bu Ambar mendengar kan apa yang terjadi pada Hanin selama ini. Maka dari itu, beliau menyuruh Hanin untuk membalas budi baik mereka dengan cara seperti itu.
"Sah."
"Sah."
"Sah."
Terdengar suara orang-orang yang mengatakan hal itu. Membuat yang lain nya bersemangat.
Abian mulai melihat istri nya saat ini. Istri pilihan ibu nya, yang mendadak ia nikahi.
"Cantik." Ucap Abian yang tidak sengaja itu, saat melihat wajah Hanin.
"Terima kasih, Bang Abi." Ucap Hanin kemudian.
"Hah! Apa?"
"Tadi Bang Abi bilang Hanin cantik. Maka nya Hanin bilang makasih. Kan seperti itu kalau ada yang memuji."
"Ehem,,, kamu dengar?"
"Dengar apa?"
"Dengar yang aku bilang tadi."
"Emang tadi Bang Abi bilang apa? Soal nya banyak kata-kata yang keluar dari mulut Bang Abi sejak tadi."
Abi terdiam. Tidak mungkin ia mengulang lagi apa yang telah ia katakan tadi. Padahal ia mengira jika Hanin tidak mendengar apa yang ia katakan.
Dan sekarang, Hanin malah menyuruh nya mengulang lagi. Tidak tahu saja Hanin jika Abi sudah sangat berdebar.
Ya walaupun mereka di jodohkan. Tapi, wajah Hanin tidak bisa untuk tidak di tatap. Hanin terlalu cantik dan mempesona. Aura pengantin nya hari itu sangat bersinar.
"Hanin, kamu udah makan?" Abi pun mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Udah. Tadi pas di rias, Hanin udah makan. Ibu biang, harus makan supaya kuat sampe malam."
Uhuk.
Abi yang sedang minum langsung tersedak. Entah mengapa, kata-kata Hanin tampak lain di dalam otak nya.
Oh Abi, entah mengapa saat melihat Hanin menjadi cantik, seketika pikiran nya mulai di rasuki.
"Ya Allah Bang Abi, maka nya kalau minum baca doa. Pasti ada setan yang ikut masuk trus duduk di tenggorokan nya."
Hanin berbicara sambil sesekali membersihkan tumpahan air yang ada di baju suami nya.
Abi hanya bisa menatap bidadari cantik yang ada di hadapan nya saat ini. Dan Hanin, jangan harap Hanin bisa salah tingkah. Ia bahkan biasa saja saat di tatap oleh Abian yang tampan dan jadi idola kaum hawa.
"Terima kasih, ya."
"Iya. Bang Abi jangan malas berdoa. Nggak boleh. Minum dan makan pun harus pelan-pelan. Apapun yang kita lakukan, tidak baik kalau terburu-buru. Pelan-pelan, santai. Dan harus kita nikmati."
Uhuk..
Kali ini Abi malah tersedak ludah nya sendiri. Apa-apaan Hanin ini. Sejak tadi terus saja memancing.
" Hanin, "
" Iya Bang Abi. Ada apa? Mau makan? Mau minum? Atau mau ganti pakaian?"
" Bisa tidak kamu diam saja. "
" Iya. Hanin diam."
Dan Hanin pun kemudian diam dan tidak berbicara lagi. Saat ini, mereka sedang duduk di sebuah pelaminan.
Mereka hanya duduk beristirahat sebentar sebelum berganti pakaian untuk resepsi pernikahan mereka.
Abi yang tidak mendengar suara Hanin, menjadi merasa bersalah. Hanin hanya duduk diam dan tidak bergerak.
Hanin benar-benar diam dan tidak bersuara. Lalu kemudian Ia sempat mengambil makanan dan minuman untuk diri nya sendiri.
Ia makan pelan-pelan tanpa melihat ke arah Abi suaminya.
"Hanin."
Hanin masih makan dan tidak menjawab.
"Hanin."
Hanin masih sama dan tidak juga menjawab.
"Hanin." Suara Abi yang sedikit keras, membuat orang-orang yang di sekitar melihat ke arah mereka.
"Iya Bang Abi. Ada apa?"
"Kenapa kamu tidak menjawab?"
"Tadi bang Abi menyuruh Hanin diam."
"Bukan nya sudah tiga kali ku panggil?"
"Hanin hanya memastikan kalau telinga Hanin tidak bermasalah."
Abian menghembuskan nafas nya kasar. Demi apa Hanin ini sungguh membingungkan.
"Aku nyuruh kamu diam, supaya kamu nggak bicara yang aneh. Pake nanya lagi, untuk nyuruh ganti pakaian."
"Lah, kan pakaian nya Bang Abi basah kena minum. Kali aja udah nggak nyaman dan mau diganti. Takut masuk angin. Apa ada yang salah?" Ucap Hanin dengan polos nya.
Dan lagi, Abi merasa berpikiran kotor sendirian. Ternyata, yang dimaksud oleh Hanin tidak sama dengan apa yang ia pikirkan.
Gubrak....
maaf kk thor aq oelit kasih komen soalnya aq cuma memanfastkan twtringan