Ini mengisahkan seorang permaisuri terkenal tangguh yang mampu membantu rajanya melawan musuh di medan perang bernama Violetta.
Setelah membantu sang raja berjaya permaisuri malah di khianati dan dibunuh oleh suami yang dia sayang.
Setelah mati sebuah keajaiban muncul. Dia hidup kembali dalam tubuh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neneng selfia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 18
Elliot mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Elliot memelankan laju kendaraannya saat melewati sebuah restoran dan tidak sengaja melihat wanita yang sedang mengganggu pikirannya itu sedang berjalan dengan bergelayut manja pada lengan seorang pria tua.
"Ck ck ck, wanita murahan. Bisa-bisanya dia berjalan mesra dan bercanda dengan seorang pria tua di tempat umum seperti itu." ucapnya dengan kesal.
"Mengapa senyumnya dan tawanya begitu lepas. Apakah dia sudah tidak memiliki rasa malu bermesraan dengan seorang pria tua di tempat terbuka seperti itu?" tambahnya.
Elliot menepikan mobilnya sambil memperhatikan interaksi antara Az dan tuan Samuel.
"Mengapa saat bersamaku dia tidak pernah berlaku manja seperti itu? Apakah pria tua bangka seperti itu jauh lebih menarik daripada aku?" gumamnya.
"Akh bodoh.....! Mengapa aku harus perduli dengan apa yang wanita licik itu lakukan? Apa yang terjadi padanya dan dengan siapa dia bersama bukan urusanku. Lagi pula ada baiknya aku melihat kelakuan aslinya sehingga aku bisa lebih yakin kalau aku tidak salah mengambil keputusan sebelumnya." ucap Elliot lalu melajukan kembali mobilnya.
Az yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang menoleh ke belakang sambil mengedarkan pandangannya.
"Ada apa Az sayang?" tanya tuan Samuel.
"Tidak ada apa-apa kakek. Aku merasa sedang diperhatikan tapi tidak ada siapapun yang mencurigakan di belakang." jawab Az.
"Tidak ada siapapun, mungkin hanya perasaanmu saja." ucap tuan Samuel.
"Kami juga tidak melihat ada orang yang mencurigakan di sekitar sini." ucap Yuki diangguki Sidney.
"Ayo kita masuk dan selesaikan makan malam kita agar dapat segera pulang dan istirahat. Kegiatan hari ini tentu sudah banyak menyita energimu mungkin karena itu kau menjadi kurang fokus." ajak Samuel.
Tuan Samuel sengaja menghindari makan malam utama bersama keluarga tuan Gerald karena tidak ingin Az bertemu langsung dengan mantan suami dan adik tirinya yang menjijikkan baginya itu.
Tuan Samuel sangat yakin bahwa Elliot akan ikut dalam acara makan malam tersebut mengingat Elliot adalah sahabat satu-satunya Devan di negara itu. Dia juga sebelumnya sengaja membiarkan agar Az tidak naik panggung dan menyuruh Sidney memilihkan tempat yang jauh dari panggung kalau bisa tidak melihat dan menyadari apapun yang terjadi di atas panggung.
Dia takut jika Az belum siap untuk berhadapan langsung dengan orang-orang yang telah melukai hatinya dulu. Tuan Samuel tidak tahu bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya dan Az tidak memperdulikan kehadiran mereka.
"Mengapa kita tidak makan malam di mansion saja kek?" tanya Az.
"Awalnya kakek berencana untuk makan malam bersama keluarga Gerald malam ini makanya kakek menyuruh pelayan dan koki istirahat lebih awal di mansion. Kasihan kalau tiba-tiba menyuruh mereka menyiapkan makan malam." jawab Samuel.
"Lalu, kenapa kita tidak menyanggupi permintaan kakek Gerald untuk makan malam bersama tadi kalau memang kakek punya rencana untuk makan malam bersama dengan keluarga kakek Gerald?" tanya Az.
"Kakek lihat kau kurang nyaman di sana makanya kakek takut kau akan kehilangan selera makan jika makan malam di sana." jawab tuan Samuel sedikit berbohong.
"Itulah sebabnya kakek memutuskan untuk makan malam di restoran saja?" ucap Az
"Benar sekali." jawab Samuel.
"Selamat malam tuan, nona, ada yang bisa saya bantu?" sapa sopan seorang pelayan.
"Saya sudah pesan tempat atas nama tuan Samuel Berza." ucap Yuki.
"Silahkan sebelah sini tuan Berza dan nona." ucap pelayan itu sambil menunjukkan di mana tempat meja mereka berada.
Mereka diantar ke dalam ruangan VIP yang sebelumnya telah Yuki pesan atas perintah tuan Samuel.
Beberapa pelayan lainnya datang melayani mereka. Ada yang bertugas mencatat pesanan makanan juga minuman, ada yang menuangkan air ke dalam gelas bahkan ada yang diam menunggu andai pelanggan vip mereka memerlukan sesuatu.
"Kalian semua bisa keluar saja. Kami tidak butuh dilayani saat makan." ucap Az setelah semua pesanan mereka datang dan tersusun rapi di atas meja.
Setelah semua pelayan pergi mereka mulai menyantap makanan mereka. Yuki dan Sidney ikut makan satu meja dengan mereka juga.
...----------------...
Seorang pria membanting pintu kamarnya karena merasa kesal.
"Akh s*al mengapa aku harus memikirkan wanita licik itu terus?" umpatnya kesal sambil memukul kepalanya.
"Mengapa dulu dia tidak merawat dirinya dan membiarkan tampilan dirinya begitu lusuh? Padahal ternyata dia bisa berpenampilan menarik dan anggun." gumamnya.
"Akh masa bodoh. Aku harus mandi dan menyiram kepalaku agar bisa menghilangkan pikiran tidak berguna ini. Az itu hanya wanita penggoda yang tidak pantas untuk aku pikirkan." ucapnya lalu segera menanggalkan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi.
...****************...
Sepanjang makan malam bersama keluarganya, Devan terus terbayang wajah datar Az padanya dan wajah tersenyum manis Az pada kakeknya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang wanita mengabaikan dirinya dan tersenyum tulus pada kakeknya.
Andai Az terus memasang wajah datar pada semua orang dan tersenyum simpul pula pada semua orang, dirinya akan berpikir Az memang orang yang seperti itu.
"Apakah sungguh pesonaku sudah berkurang?" gumamnya.
"Apa yang baru saja kau katakan Dev?" tanya nyonya Darren yang tidak sengaja mendengar gumaman Devan namun tidak jelas di telinganya.
"Bukan apa-apa Ma." jawab Devan.
"Mengapa kau seperti tidak semangat malam ini? Seolah ada hal berat yang kau sedang pikirkan?" tanya tuan Gerald.
"Tidak ada yang aku pikirkan kakek. Aku hanya sedikit letih saja." jawab Devan.
"Kalau begitu, segera bersihkan tubuhmu dan istirahat segera setelah itu." ucap Renata atau nyonya Darren.
"Iya, benar apa kata ibumu." ucap tuan Gerald.
"Benar." ucap tuan Darren.
"Baiklah kakek, mama, papa, Devan ke kamar duluan kalau begitu." pamit Devan dijawab anggukan yang lainnya.
Dalam acara makan malam utama itu tuan Gerald tidak mengundang keluarga besarnya. Semenjak masalah perusahaannya yang hampir bangkrut waktu itu, dia menjaga jarak dari keluarganya. Baginya keluarganya adalah anak, menantu, cucu dan sahabat beserta keluarga sahabatnya yaitu tuan Samuel.
Devan masuk ke dalam kamarnya tidak langsung membersihkan dirinya tapi langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya.
"Mengapa aku jadi terus mengingat wanita itu?" gumamnya.
"Tapi, kalau dipikir-pikir senyumnya manis sekali. Wajahnya juga lumayan cantik ah tidak ralat, sangat cantik." ucapnya sambil tersenyum sendiri.
Jika ada yang melihat dirinya saat ini tentu akan mengira dia sudah g*la karena terus senyum-senyum sendiri sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Akh aku sudah gila. Tapi tidak apa juga sih. Lebih baik aku mandi dan tidur setelahnya agar bisa lebih fresh saat bangun besok. Bukankah kakek mengatur janji makan siang dengannya dan kakek Sam besok? Aku harus berpenampilan menarik agar dia bisa tertarik melihat aku." ucapnya.
"Sejak kapan aku perduli dengan pandangan seorang wanita kepadaku?" tanyanya entah pada siapa.
"Masa bodoh ah, lebih baik mandi dulu." ucapnya lagi lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.
bikin calon yg lebih tangguh dr devan utk az