Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
"Dari mana kau?"
Alena yang baru saja tiba di rumah setelah jalan-jalan ditemani Ben, begitu terkejut saat melihat Abian. Karena tadinya dia pikir pria itu tidak akan pulang ke rumah, tapi ternyata Abian ada di ruangan ini sedang menatapnya tajam, dengan kedua tangan yang berada di saku celana.
"Dari mana?" Abian mengulangi pertanyaannya.
"Aku dari mana itu bukan urusannya, bukankah selama ini juga kau tidak pernah peduli?" jawab Alena dengan datar, memilih tidak mempedulikan Abian.
"Sudah berani menjawab kau rupanya?" Abian menahan lengan Alena dengan kasar.
"Lepas Bi!" Alena menghempaskan tangan Abian. "Sebenarnya apa mau mu? Bukankah kau bertanya dan aku sudah menjawabnya, lalu apa lagi?"
"Kau...!" Abian menahan tangannya untuk tidak menyakiti Alena. Karena kedatangannya ke rumah bukan untuk menyakiti wanita itu, melainkan untuk memastikan sesuatu yang ia rasakan saat Alena datang ke kantornya tadi.
"Mau apa kau?" Alena mundur selangkah saat Abian mendekat, namun tubuhnya tidak bisa bergerak dan membeku saat tiba-tiba saja Abian memeluknya. "Abian apa yang kau lakukan?"
Abian hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Alena, lalu melepaskan pelukan tersebut setelah menyakini sesuatu.
"Masuk ke kamar! Dan jangan harap bisa keluar lagi dari rumah! Karena sekarang ada orang-orang ku yang akan berjaga di rumah ini!"
Alena yang masih bingung, dan terkejut karena tiba-tiba mendapat pelukan dari Abian. Kini baru mengetahui dua orang pria bertubuh kekar yang ada di depan pintu rumah mereka adalah orang suruhan suaminya.
"Abian Atmajaya aku bingung, sebenarnya apa mau mu? Untuk apa kau melakukan semua itu? Menaruh penjaga di rumah kita?"
"Ck, bukankah sudah ku katakan tadi, agar kau tidak bisa lagi keluar rumah!"
"Iya tapi untuk apa Bi?" sentak Alena yang mulai emosi.
"Agar seluruh keluargamu tidak ada yang mengetahui kabar apa pun tentangmu, termasuk siksaan yang kau terima! Walaupun aku tahu seluruh keluargamu tidak akan ada yang peduli lagi, sekalipun kau mati."
Deg.
"Ya kau benar, sudah tidak ada lagi yang peduli padaku bahkan jika aku mati sekalipun," Alena mengepalkan kedua tangannya dengan erat, menahan getaran hebat yang menghimpit dadanya. "Kau pun pasti akan bahagia jika aku mati, bukan?"
"Tidak Alena! Bukan itu maksudku," namun hanya Abian katakan dalam hati. Menatap lekat wajah Alena yang terlihat menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata.
"Jadi untuk apa menahanku lagi di sini?" lanjut Alena saat melihat Abian hanya diam saja, menandakan apa yang dikatakannya itu benar. Abian akan bahagia jika melihatnya mati. "Ceraikan aku Bi, agar kau bisa bebas menikahi ****** itu," mohon Alena dengan sepenuh hati. Karena dia tahu akan susah untuknya melarikan diri, setelah ada dua orang pengawal yang berjaga di rumah mereka.
"Aku tidak akan pernah menceraikanmu, sebelum kau menderita Alena Ricardo!"
"Aku sudah menderita Abian, apa kau tidak lihat? Aku sudah kehilangan semuanya. Keluarga, cinta, kurang apa lagi?"
"Tapi itu belum seberapa? Aku ingin kau lebih menderita lagi dengan melihat aku menikahi wanita lain."
"Tidak! Aku tidak mau Abian, aku mohon ceraikan aku dulu. Setelah itu kau boleh menikahi wanita manapun. Aku tidak akan menghalangi kebahagiaanmu, bahkan kau bisa kembali dan menikahi Alana."