Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 - Bertemu Mertua
Pertama kali menginjakkan kaki di kediaman mertuanya. Baru saja turun dari mobil tatapan beberapa pasang mata sudah tertuju pada mereka. Kedatangan putri sulung Mikhail yang sempat membuat keluarga besar tercekik malam itu jelas saja menjadi pusat perhatian.
Sorot tajam tertuju pada Keyvan seorang, mungkin mereka yang sudah mengabdi sejak Mikhayla bayi memendam kemarahan yang luar biasa, Bastian terutama.
Mereka juga tidak menyukaiku? Cih, terserah.
Dia memang terlihat diam, akan tetapi Keyvan sangat-sangat menyadari makna tatapan seseorang padanya. Dia tidak peduli tentang orang lain, yang saat ini mengganggu pikirannya adalah orangtua Mikhayla, sang istri.
Sekalipun seseorang menganggapnya monster, demi apapun Keyvan tidak peduli dengan pendapat mereka. Saat ini, dia hanya berpikir bagaimana caranya bersikap layak di hadapan orangtua kandung Mikhayla.
Damai, nyaman dan begitu menenangkan. Berbanding terbalik dengan situasi rumah Keyvan yang tampak sepi dan sedikit suram walau sudah banyak pekerja di sana. Ya, mungkin saja karena ukuran yang berbeda.
Di ruang keluarga sudah berdiri Mikhail dan Zia, tatapan penuh kerinduan keduanya begitu nyata. Beberapa waktu tidak bertemu rasanya separuh hidup Mikhayla seakan hilang, dia menangis sesenggukan dalam pelukan erat Mikhail.
"Kamu benar-benar datang, Khay?"
Mikhail pikir putrinya hanya bercanda, sama sekali dia tidak mengira Mikhayla akan menghambur dalam pelukannya hari ini.
"Kan sudah janji sama Papa," tutur Mikhayla pelan, dia masih berusaha melepaskan seluruh kerinduan untuk cinta pertamanya itu.
Sengaja Mikhayla menghubungi sang papa setelah suaminya berangkat kerja tadi pagi. Dia menyampaikan niat untuk datang bersama Keyvan dan meminta agar mereka bersiap di rumah. Sungguh, Mikhail berpikir jika sang putri tengah berkhayal bahwa kehidupan mereka baik--baik saja.
Beberapa saat Keyvan hanya menjadi penikmat kehangatan keluarga ini. Jika kembali dia ingat niat awalnya, sungguh dia benar-benar sejahat itu mengusik keutuhan keluarga semanis ini.
"Kamu baik-baik saja, Khayla? Katakan, apa ada yang sakit?"
Khawatirnya seorang wanita terhadap putrinya jelas saja tidak bisa diungkapkan. Siapapun yang berada di posisi Zia jelas saja hanya bisa menangis kala Tuhan memberikan izin untuk bertemu dan keduanya tengah dalam keadaan baik-baik saja.
"Tidak ada, Ma ... Khayla baik-baik saja."
Mikhayla tersenyum getir kala Zia tampak memeriksa leher beberapa titik di tubuhnya. Tepat di hadapan Keyvan yang masih diam. Kekhawatirannya pada Mikhayla sebesar itu, meski putrinya bisa dihubungi beberapa waktu tetap saja Zia khawatir.
"Sebentar, lehermu kenapa begini?"
Mikhayla cepat-cepat mundur kala sang mama menyadari tanda kemerahan yang sudah berusaha dia sembunyikan sejak kemarin. Demi membuat situasi baik-baik saja, Mikhayla mundur di belakang Keyvan dan meminta agar suaminya mengulurkan tangan sebagai bentuk sopan pada orang tuanya.
"Selamat siang, Pa."
Mikhail sudah perlahan bisa berdamai, setelah pertemuan terakhir yang membahas masa depan Mikhayla, pria itu percaya jika Keyvan tidak sekejam yang dia kira.
"Kau melakukannya?"
Keyvan terdiam, dia bingung hendak menjawab apa kala Mikhail bertanya demikian. Mikhail sengaja tidak melepaskan tangannya, biarlah Keyvan menjawab lebih dulu pertanyaannya.
"Maksud Papa?"
Pura-pura tidak mengerti bukan hanya jadi jurus andalan Mikhail dan Mikhayla, melainkan dia juga. Sejak mendengar pertanyaan Zia pada sang istri dia sudah paham jika kemungkina besar Mikhail akan menanyakan hal semacam itu padanya.
"Ck pura-pura bodoh kau, yakin putriku baik-baik saja setelahnya?" tanya Mikhail masih terus menahan tangan Keyvan, sepasang mata tajam penuh wibawa ketegasan berani menatap matanya yang kini tengah mengungkapkan kekesalan pada pria yang berhasil memiliki putrinya.
"Tentu saja, Papa jangan khawatir ... aku tidak setega itu membuatnya lemas hingga sulit berjalan," jawab Keyvan tanpa sadar kalimat yang keluar akan membuat sang istri memerah di belakangnya.
Di luar dugaan, seumur hidup baru kali ini Zia menemukan pria yang membuatnya merasa tengah dibawa ke masa lalu, masa dimana dia bersama Mikhail muda.
Zia hanya tersenyum tipis dan tidak akan bertanya banyak hal pada pria ini. Melihat Mikhail yang kini menghela napas kasar, Zia yakin sang suami kehabisan kata-kata untuk menantunya.
.
.
.
.
Menikmati makan siang dengan suasana berbeda, Mikhayla yang begitu merindukan masakan kesukannya jelas merasa bahagia. Berbeda dengan Keyvan yang saat ini hanya diam dan menatap keempat adik Mikhayla.
Mereka berbeda usia, Zean dan Sean yang berusia 15 tahun sudah terlihat begitu jelas bibit tampan dengan postur tubuh dijamin menyerupai sang papa. Keduanya tampak menatap Keyvan dengan aura permusuhan, jelas saja karena keduanya sudah mengerti apa yang terjadi saat ini.
Brak
"Zean!!" bentak Mikhail kala putranya tiba-tiba menggebrak meja, sejak lama memendam pada akhirnya dia tidak lagi kuasa menahan diri.
"Kenapa pria asing ini tiba-tiba makan di meja yang sama bersama kita? Dan juga, bukankah Papa bilang Mikhayla diculik? Jika benar begitu, lalu maksud Papa dia yang manculik Kakak?" Zean adalah lelaki tanpa rasa takut, sejak mengetahui jika Mikhayla datang, yang dia perhatikan adalah pria di samping kakaknya.
"Zean, kecilkan suaramu."
Mikhail memang tidak mengatakan secara jelas tentang pernikahan Mikhayla karena menurutnya Zean maupun Sean tidak sepatutnya ikut bingung.
"Terserah, Zean ingin ke kamar saja."
Mikhail menghela napas perlahan, dia merasa sikap Zean akan menyakiti hati Keyvan yang sejak tadi tampak menatap Mikhayla dengan kasih sayangnya.
"Baru adiknya, kau belum melihat bagaimana reaksi paman dan sepupunya yang lain, Van ... tapi aku harap, sikap mereka tidak membuatmu menyakiti putriku nantinya," bisik Mikhail pada menantunya, sejak awal bukannya karena penakut Mikhail menurut, melainkan khawatir pada Mikhayla, itu saja.
- To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘