Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB Bab 3
"Selamat ulang tahun, Geulis..."
Rahmi, satu satunya orang tua Lala yang tersisa. Ucapan ulang tahun pertama yang dilangsungkan, cukup mengharukan bagi Lala.
"Terima kasih, Ibu. Lala berangkat yaa"
Wanita dengan tinggi 172 itu memiliki berat badan 61 kilogram, bra 38A dan pinggul bak gitar, bentuk wajah oval dan rambut lurus panjang yang lebih sering di sirkam.
Bicara body, Lala dipandang seksi. Itulah kenapa selalu ada saja yang mengajaknya berkencan di kamar, termasuk boss-nya.
Namun, Lala sendiri yakin jika wajahnya tidak secantik itu. Mungkin juga itu yang membuat Sky Rain hanya mengajaknya berkencan satu malam saja, selepasnya akan dihempas.
Yah, ... wanita dengan wajah standar tidak berhak diperistri CEO X-meria. Lala tidak akan pernah pantas menggantikan almarhumah Nyonya Leona yang bahkan memiliki pahatan wajah nyaris sempurna.
Lala sadar diri, karena itu perlu.
Menjadi bungsu dari tiga bersaudara, tidak menjadikan Lala manja. Nyatanya, tak ada yang bisa memanjakan selain dirinya sendiri.
Dua abangnya hanya sibuk mengurus istri istri mereka. Bahkan, seakan sengaja lepas tangan dan menutup mata soal ibu mereka.
Bisa dirasakan, kehidupan Lala kembali normal setelah bisa lepas dari pernikahan toxic. Menjalani status jandanya dengan jabatan sekretaris di kantor pusat X-meria.
Walau rasanya cukup berat, terus dirayu satu malam bercinta dengan iming- iming uang miliaran oleh Boss duda. Tapi, Lala masih bertahan dengan harga dirinya.
Lupakan sejenak masa lalu pahit Lala, karena hilal kebahagiaannya kini tampak. Raffa, pria yang tersenyum manis di hadapannya.
Satu minggu yang lalu, Raffa melamar. Sudah satu bulan mereka berhubungan bahkan sudah memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Satu tahun menjanda juga bukan waktu yang sebentar. Ibunya terus menanyakan kapan kamu akan menikah lagi? Dan yah, Lala bisa menjawab pertanyaan itu sekarang.
Setelah kemarin sempat trauma, Raffa hadir dengan begitu banyak kelembutan. Mereka teman masa kecil, itulah yang membuat Lala berani menjatuhkan diri pada lelaki tinggi itu.
Raffa bahkan rela menunggu janda seorang Lala. Raffa juga tak bisa menikah dengan wanita lain karena masih begitu tulus pada Lala yang pernah menjadi cinta pertamanya.
Akhirnya, takdir kini mempertemukan mereka kembali dan Alhamdulillah dengan status yang sama- sama masih sendiri.
Tampan, putih, tinggi, Raffa juga termasuk lelaki pekerja keras. Saat ini, Raffa sedang mengembangkan bisnis Cafenya dan mereka akan menikah setelah Cafe itu berjalan.
"Silahkan, Tuan putri." Raffa mempersilahkan Lala masuk setelah membukakan pintu mobil.
Lala tersanjung, sebelumnya Harry tak pernah memperlakukan dirinya dengan cara seperti ini, Harry hanya bisa marah- marah dan sering melakukan kekerasan.
Berbeda sekali dengan Raffa. Lelaki yang lemah lembut, murah senyum, bersuara merdu, setiap hari Lala dibuat semakin cinta karena perlakuan tunangannya tersebut.
Seperti biasanya, Lala duduk di jok penumpang bagian depan. Raffa yang menyetir, setelah menarik sabuk pengaman kekasihnya yang seksi.
Mobil melaju lumayan kencang, Raffa berusaha menghindari macet, walau masih cukup pagi karena Lala tak boleh terlambat meski hanya satu detik.
"Tidurnya nyenyak kan?" Raffa melirik Lala yang sudah mulai berkutat dengan laptop.
"Lumayan." Lala memberikan senyum walau sekilas mata melirik, tapi bisa terlihat betapa Raffa peduli pada jawabannya.
"Mmmh, ... Oya." Raffa menepuk nepuk setir mobil, ia tampak gamang, tapi setelah beberapa saat ia mau berbicara. "Uang yang kemarin aku bicarakan itu..."
Sontak, Lala menoleh, dia lupa kalau Raffa sempat meminjam uang. "Sudah aku transfer kok. Kamu nggak ada nge-check ya?"
"Oh..." Raffa tertawa sekilas, mungkin tak enak membicarakan soal uang. "Udah?"
Lala mengangguk. "Udah, dari semalam aku kirim uangnya. Kan baru sore tadi bisa aku gadai jam tangannya."
"Terima kasih ya, Sayang." Raffa tersenyum, lalu mengusap kepala kekasihnya.
"Sama- sama, Raffa. Semoga usahanya sukses ya."
Raffa lalu menurunkan tangan, ia beralih meraih tangan Lala. "Boleh kiss bibir kamu?"
"Ini ajah." Lala memberikan kiss bibir lewat tangannya. Mereka berkomitmen untuk pacaran sehat sampai tiba waktunya halal.
"Kamu cute banget sih!" Raffa memang semanis itu, selalu ada saja perkataan yang membuat pipi Lala kian merona.
...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...
"Terlambat lagi, La!" Sky sambut dingin Lala seperti biasanya. Lelaki itu berdiri di sisi meja kerja sekretarisnya.
"Jangan potong gaji saya, Pak!"
Lala membungkuk ngos- ngosan. Sudah berlari padahal, tapi tetap saja terlambat. Entah Sky yang terlalu pagi atau Lala yang selalu datang lebih siang.
Lala sempat menilik jam di ponselnya. Karena jam tangan mahal dari Sky sedang digadaikan. "Hanya sepuluh menit."
Sky terkekeh lebih dingin dari sebelumnya. Walau, ... yah, Lala akui, ekspresi congkak duda yang bahkan sudah memiliki menantu itu masih begitu tampan di mata normalnya sebagai seorang perempuan.
"Kau tahu? Aku menghasilkan trilliunan uang hanya dengan sepuluh menit yang kau sia sia dengan entengnya!" sombong Sky.
"Saya percaya." Lala ingin memutar bola matanya, tapi urung karena Sky akan memotong gajinya jika begitu.
Lala duduk di kursi kerja setelah sang boss ngeluyur masuk ke ruang CEO. Baru saja mendaratkan pantat, mata Lala disuguhi kotak perhiasan berbentuk persegi panjang.
Ini tidak asing, Lala sering mendapatkan buangan barang branded. Biasanya, putri gadis Sky yang baru kemarin dinikahi seorang Ustadz membuang barang- barang setelah bosan dipakai saking kayanya mereka.
Kembali Lala bangkit, lalu masuk ke dalam ruangan boss-nya. Sebelum Sky menatap dirinya, dia sudah lebih dulu menyengir.
"Ini apa, Pak?" Ditunjukkannya kotak persegi panjang itu pada Sky. Memastikan, apakah kotak berisi kalung ini untuk Lala, atau bukan.
Sky terdengar berdehem. Lihat, bahkan Sky tak ada sedikit pun memandang Lala yang sudah cukup penasaran dengan jawabannya.
"Ini untuk saya, Pak?!" ulang Lala.
Sky menggeram kecil. "Alice bilang kalung itu suruh dibuang! ... Aku pikir dari pada membuangnya, lebih baik untuk mu."
Seketika, Lala mengembangkan senyuman manisnya. Tidak salah jika dia bertahan di sisi boss arogannya, setidaknya putri Sky sering membuang barang- barang mahal.
"Terima kasih, Pak! Ini sangat cantik! Semoga Nona Alice diberikan panjang umur."
Tak berapa lama, Lala meredup senyum ketika Sky menatapnya dengan dingin.
"Sekarang kerja, atau aku akan meminta imbalan atas kalung itu," kata Sky yang sontak membuat Lala terhuyung mundur tak sengaja.
Imbalan? ... Lala menciut. Sekelas Lelaki seperti Sky ini, imbalannya pasti masih berbau dengan ranjang kan?