Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.
Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?
Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.
“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.
“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.
“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1 : Pemberitahuan
Seperti hari-hari biasanya Ashana yang kini lebih suka dipanggil Keyra mengawali pagi harinya dengan segelas es coklat dan buah untuk sarapan. Sarapan berat untuk Key hanya akan membuat aktivitasnya sedikit terganggu, dia harus cekatan ketika pagi datang. Key baru akan makan berat setelah dia visit pasien paginya.
"Morning dokter Key." Panggil seorang perawat yang melihat Key hendak masuk lift.
"Morning ners Lili?," kay menoleh ke sumber suara.
Lili adalah salah satu perawat yang berada di tim Key, mereka berdua masuk lift menuju lantai lima untuk pertukaran shif dengan dokter maupun perawat lain. Disana sudah menunggu dua rekan Key yang lain, teman Key sedari mereka mengambil sekolah dokter sampai menjadi spesialis dibidang mereka masing-masing. Dia Ashana Keyra Zerrin dokter spesialis jantung anak, perempuan keturunan Indo-Turki dengan tinggi 165 cm berkulit putih bersih. Kemudian dua sahabatnya Zehra Amoora Zeliha yang juga spesialis jantung anak dan Argantara Gracio Linford sebagai dokter anestesi. Ketiganya adalah lulusan Harvard Medical School & Boston Children's Hospital dan sekarang berada dibawah asuhan dokter Andrew ahli bedah jantung ternama di rumah sakit Singapore General Hospital (SGH).
Key sedang melihat rekam medis beberapa pasien anak yang berada dibawah penanganannya saat dokter Andrew memanggilnya.
"Dokter Key, bisa keruangan saya?."
"Baik dok." (sambil meletakkan rekam medis pasiennya dimeja dan segera menuju ruangan dokter Andrew).
Awalnya mereka ngobrol cukup santai sambil membahas beberapa kasus yang saat ini sedang dalam penanganan Key, sampai pada pembahasan yang cukup serius antara dokter Andrew dengannya. Pembicaraan yang sebelumnya tidak akan pernah terpikirkan dalam benaknya sama sekali. Dia menghela nafas panjang setelah Kembali kemejanya, dilihatnya berkas-berkas dari dokter Andrew yang kemudian dia letakan di meja. Key harus fokus dulu untuk join visit pasien anak-anak yang ada di ruang intensif rawat jantung, seperti itulah hari-harinya dirumah sakit ini. Menjadi spesialis jantung anak tidak mudah juga, selain harus berhadapan dengan kondisi berbagai macam penyakit jantung anak dia juga harus berhadapan dengan karakter anak-anak dan tentunya harus lebih memperhatikan tidak hanya kondisi fisik tapi juga mental mereka. Sungguh ini adalah hal yang tidak pernah ada dalam benaknya sebelumnya, karena awalnya Key berniat mengambil spesialis bedah jantung. Namun karena suatu hal yang tidak disengaja malah membawanya menjadi spesialis jantung anak.
Tidak pernah sekalipun Key menyesalinya, justru saat ini dia bersyukur karena Argan yang tidak sengaja salah input data Key dan Amoora yang seharusnya spesialis bedah jantung malah masuk ke spesialis jantung anak. Sementara itu Argan sendiri juga salah input seharusnya dia masuk spesialis jantung anak tapi malah memasukkan namanya ke anestesi yang tertukar dengan Amoora.
"Yoo, ngelamunin apa sih?." Amoora menepuk Pundak Key dari belakang dan cukup membuatnya tersentak.
"Astagfirullah Amoora, sehari saja kamu tu kalau gak buat aku kaget kayaknya alergi."
Amoora terkekeh mendengar protes dari sahabatnya itu. Keyra menceritakan perihal dokter Andrew yang memintanya untuk membantu salah satu Rumah Sakit yang ada di Indonesia selama kurang lebih tiga bulan. Itu berarti Keyra harus kembali ke Indonesia setelah hampir lebih dari sembilan tahun dia tidak pernah pulang ke Jakarta. Mendengar penuturan sahabatnya itu Amoora hanya tersenyum sehingga membuat Keyra lagi-lagi protes.
"Ih, kenapa coba malah senyum gitu?" Amoora semakin terkekeh melihat sahabatnya itu mencebik kearahnya.
"key ... Key, dengerin dulu ish" Amoora mengatakan bahwa bukan cuma Key yang harus ke Indonesia tapi dia juga Argan sebagai tim di bawah asuhan dokter Andrew selama 3-4 bulan akan ikut. Dokter Andrew memang ada project kerjasama dengan salah satu rumah sakit di Indonesia yang mengharuskan mereka untuk sementara waktu akan berada di rumah sakti itu.
Sebagai sahabat Amoora paham ada banyak kekhawatiran yang saat ini dipikirkan Key, terutama tentang ketakutannya ketika harus bertemu dengan Kafka. Dia ingat betapa Key sangat berubah setelah hari itu, hari di mana Key yang tersenyum bahagia saat menceritakan akan ke California untuk daftar ulang spesialis bedah jantung Standford juga untuk menemui Kafka. Namun jauh dari yang ada harapannya, baru sehari sampai di California dia memutuskan untuk pulang ke Boston memilih untuk melanjutkan spesialisnya di Harvard lagi. Key kembali dengan membawa luka batin yang sialnya juga luka fisik karena kecelakaan saat dari bandara menuju kampus Harvard.
"Oh, kukira hanya aku yang akan di buang kesana. Tidak jadi sedih kalau gitu (sambil terkekeh)." Amoora langsung memukul lengan Key saat melihat tingkah sabahabatnya itu.
"Ish ... sshh sakit tahu Nyet." Rintih Key (dia, Amoora dan Argan memang selalu menggunakan panggilan Nyet ketika mereka sedang bercanda) karena saking akrabnya mereka, mereka bertiga memang sudah akrab sejak pertama berjumpa dalam kelas anatomi saat masih sama-sama menjadi mahasiswa kedokteran di Harvard.
Mereka berdua terkekeh bersama dan berubah menjadi lebih serius ketika sudah sampai di depan pintu ruangan PICU SGH. Pagi itu mereka melakukan visit pertama mereka, menanyakan satu per satu keluhan yang dialami oleh anak-anak, melihat rekam medis satu persatu dengan serius. Terkadang mereka sambil mendongengkan cerita atau ikut bermain sejenak dengan anak-anak, agar mereka tidak terlalu bosan berada di ruang rawat karena anak-anak lebih rentan dengan perubahan kondisi psikologis dan modnya.
Setelah visit pertamanya Key kembali sebentar keruangannya untuk makan dan minum sebentar sebelum melanjutkan menemui pasien-pasien rawat jalan. Dia sedikit termenung memikirkan akan kembali ke Indonesia setelah sekian lama dan tidak pernah terpikir hari itu akan datang. Mungkin dia memang egois, selama ini Bunda dan adik-adiknya lah yang selalu datang ke Singapur. Bagi Key masih sama bahkan setelah Sembilan tahun kejadian itu berlalu, masih segar diingatannya tentang hari di mana Kafka membentaknya dan mengatakan hal-hal menyakitkan.
Untuk pertama kalinya saat itu dia merasa bahwa Kafka benar-benar membencinya, dari sekian banyak Kafka berusaha mengusir Key dari hidupnya. Tepat sejak itu, sejak dia memilih kembali ke Harvard dan mengalami kecelakaan. Dia tidak mau lagi dipanggil dengan nama Ashana, Asha atau Sha, luka hati dan kecewanya terhadap Kafka terlalu dalam hingga dia hanya mau dipanggil dengan nama Keyra. Sejak saat itu pula hari-hari Asha yang sekarang lebih suka di panggil Key berubah, tidak ada binar mata teduh itu lagi. Key hanya ingin fokus pada Pendidikan spesialis dokternya, menjalani takdir yang Tuhan rencanakan untuknya. Sampai hari ini tiba mau tidak mau dia harus ke Indonesia untuk memenuhi tugasnya dari SGH.
Key tersadar dari lamunannya, segera dia habiskan makanannya dan menuju poli rawat jalan anak. Hari itu poli rawat jalan tidak terlalu banyak pasien, Key bisa selesai lebih awal dan sejenak istirahat sebelum visit pasien sore. Dia kembali keruangannya dan disana sudah ada Argan yang tampak serius melihat rekam medis pasien.
"Hari ini jadi timnya dokter Kaivan lagi?," tanya Key, sambil menuju meja Argan dan ikut melihat rekam medis pasien.
"Enggak tu, aku sudah kembali di bawah tim dokter Andrew," jawab Argan yang menarik kursi dari meja sebelah ke mejanya agar Key duduk di sampingnya.
"Argan."
"Hmm .. kenapa?" Argan yang semula serius melihat rekam medis menghentikan aktifitasnya dan beralih fokus pada Key.
"Kamu akan ke Jakarta juga?."
"Iya, sudah pasti dan minggu depan aku bersama dokter Andrew berangkat," Key nampak terkejut dengan yang ucapan salah satu sahabatnya itu. Ternyata Argan lebih dulu berangkat dengan dokter Andrew. Sama halnya dengan Amoora, Argan tahu apa yang ada di pikiran Key. Segala bentuk kekhawatiran yang sedang berkecamuk dan bergumul dalam benak sahabatnya itu.
"Jangan khawatir, aku dan Amoora akan selalu jadi garda terdepanmu. Nikmati saja hari-hari yang saat ini kamu lalui, mungkin saatnya untuk menghadapi yang kamu hindari selama ini Key. Bener gak nyet?," (Argan melontarkan pertanyaan pada Amoora yang ternyata sudah ada dibelakang Key tanpa dia sadari).
"Iyess, kita hadapi sama-sama nanti. Aku siapin palu besar buat mukul dia nanti kalau macam-macam sama sahabatku ini," Amoora terkekeh sambil merangkulkan tangannya kebahu Key yang disambut tawa Key dan Argan.
Setelah istirahat makan siang mereka bertiga kembali pada kegiatan masing-masing, Key dan Amoora kembali untuk visit terakhir di NICU dan bangsal anak sebelum pulang. Sedangkan Argan kembali mempelajari rekam medisnya untuk persiapan dia melakukan anestesi untuk operasi besar bersama dokter Andrew.
Sementara itu di Jakarta, di rumah sakit Harapan seorang dokter ahli bedah jantung baru saja selesai melakukan operasi katup jantung bersama timya. Dia Kafka Acacio Narendra, pria berusia 33 tahunan, tinggi 178 cm, kulit putih dengan hidung mancung keturunan Indo-china. Menyelesaikan pendidikan terakhir sebagai spesialis dokter bedah jantung sebagai lulusan terbaik di Standford dalam kurun waktu kurang dari 6 tahun. Dua tahun terkahir memilih untuk kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai spesialis bedah jantung di Rumah Sakit Harapan Jakarta. Keahlian, kecerdasan dan ketepatannya dalam melakukan tindakan diakui oleh senior-seniornya sehingga membawanya masuk dalam tim utama yang berarti dia bisa melakukan tindakan dan memilih timnya sendiri.
"Dokter Kafka, mau kekantin bareng?," tawar seorang rekannya saat melihat Kafka baru saja duduk di ruangannya setelah selesai operasi.
"Oke Revan, aku juga sudah lapar." Kafka beranjak dari kursinya menuju kantin bersama rekannya, mereka berdua sampai kantin dan sudah berada di meja kantin sedang menunggu makanan.
"Kamu sudah dengar belum Kaf, minggu depan akan datang tim spesialis jantung yang akan mengerjakan project kerjasama sekaligus diperbantukan menjadi dokter di sini?,"
"Hmm ... dari yang aku dengar belum semua tim akan datang minggu depan."
"Oh, lalu apa kamu sudah tahu siapa saja mereka?," mendengar pertanyaan dari rekannya itu tiba-tiba Kafka merasa akan ada sesuatu yang terjadi, entah mungkin hanya firasatnya saja.
"Sementara ini dari yang dokter kepala sampaikan dokter Andrew akan membawa tim terbaik yang ada di bawah bimbingannya. Minggu depen dokter Andrew beserta dokter anestesi yang akan datang lebih dulu, kalau tidak salah namanya Argantara. Selebihnya untuk dua dokter lain belum ada keterangan." Makanan mereka sudah datang dan perbincangan pun berhenti berganti menikmati makan siang yang sudah sangat terlambat itu.
Kafka sudah kembali keruangannya, sejak dari kantin tiba-tiba dia membuka file yang dikirimkan oleh dokter kepala tentang kerjasama yang akan dilakukan rumah sakit harapan dengan rumah sakit SGH. Ada lima pasien dokter Andrew yang akan melakukan tindakan operasi jantung di rumah sakit Harapan dan mereka adalah pasien anak-anak dengan rentang usia 10-16 tahun. Dari data yang tertera dokter Andrew membawa 3 dokter yang akan ikut serta, 1 dokter anestesi dan 2 dokter spesialis jantung anak. Namun untuk 2 dokter jantung anak belum tertera profilnya secara lengkap dan hanya menyertakan nama dokter Keyra dan dokter Amoora, namun bukan nama lengkap. Kafka menutup kembali filenya kemudian dia bergegas untuk pulang karena jadwal hari itu sudah selesai.