Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 : Sekte Dongfangzhi
Mo Lian telah tiba di depan SMA 2, lebih tepatnya asrama di mana para siswa tinggal. Ia melihat seorang wanita muda tengah berdiri di depan gerbang sembari memainkan handphonenya, dengan penampilan rambut panjang terurai berwarna hitam, mata berwarna hitam indah kebiruan, wajah halus sangat cantik, berusia 16 tahun.
Senyum lembut dengan pandangan kerinduan terlihat di mata Mo Lian saat ia melihat wanita itu, ia berjalan menghampirinya. "Fefei," ucapnya pelan.
Wanita muda itu yang bernama Mo Fefei mendongakkan kepalanya, secara spontan ia membuka mulutnya lebar saat melihat pria di depannya. "Ka- Kakak? Kakimu ... bukankah Kakak menjadi lebih tinggi? Wajah Kakak juga telah membaik," ucapnya seraya berjalan menghampiri Mo Lian dengan mata masih terbuka lebar karena keterkejutannya.
Mo Lian mengangguk kecil, saat jarak antara kedua hanya tersisa setengah meter. Tiba-tiba Mo Lian melakukan gerakan mengejutkan, ia memeluk adiknya, Mo Fefei dengan sangat erat. Terlihat di kedua sudut matanya air mulai mengalir, isak tangis pun dapat terdengar di telinga Mo Fefei.
"Ka- Kakak? Ke- Kenapa?" Mo Fefei merasa aneh, meski Kakaknya sangat baik dan pengertian padanya. Tapi tidak pernah menangis seperti ini, apalagi secara tiba-tiba memeluknya di depan umum.
Mo Lian hanya diam tak menjawab pertanyaan Adiknya, dan terus memeluknya lebih erat dari sebelumnya. Ia membuka matanya perlahan, ia tersenyum penuh tekad dengan mata berapi-api. Kali ini aku pasti akan melindungimu, dan untuk Fang Tian. Kau tunggu saja!
Mo Lian melepaskan pelukannya, ia mengusap puncak kepala Mo Fefei. "Apakah kau sudah bersiap-siap seperti yang telah ku bilang tadi?"
Mo Fefei memejamkan matanya dan tersenyum lembut saat kepalanya diusap Kakaknya. Ia menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Belum. Lagipula untuk apa bersiap-siap?" tanyanya sembari memiringkan kepalanya.
"Besok kita akan ke Kota Hanzhong."
Mo Fefei terdiam sejenak dengan sedikit membuka mulutnya karena kaget. "Bukankah Kakak bilang hari Minggu? Lagipula besok bukanlah tanggal merah," tanyanya lagi sembari melepaskan tangan Mo Lian dari atas kepalanya.
"Kau tenang saja. Aku sudah meminta izin untukmu sampai akhir pekan nanti." Mo Lian menjawab dengan tangan kembali menyentuh puncak kepala Adiknya.
Mo Fefei menggembungkan pipinya kesal. "Kakak! Jangan mengacak-ngacak rambutku!" protesnya mencoba melepaskan tangan Kakaknya lagi. Ia merapikan rambutnya yang telah berantakan. "Bagaimana cara Kakak meminta izin?"
"Sudah jangan banyak tanya. Cepat, aku akan menunggumu di sini." Mo Lian menjentikkan jarinya di dahi Mo Fefei.
Mo Fefei tersentak mundur, ia mengusap dahinya yang memerah. "Baik..." balasnya lesu kemudian berbalik menuju asrama.
Saat Mo Fefei beranjak pergi. Mo Lian bersandar di pilar gerbang. "Pak tua Lee, sejak kapan Anda sudah berada di sini?"
Pria tua yang sedang duduk di bangku panjang dan membaca koran tersentak saat penyamarannya diketahui, Ia melepaskan topi yang dikenakannya dan kemudian berdiri. "Sebelum Tuan Mo datang. Saat Tuan Mo mengatakan ingin datang ke SMA 2, dengan cepat saya datang ke sini dan menunggu kedatangan Anda," jawabnya sedikit membungkuk.
Mo Lian mengangguk kecil, dengan ini berarti ia tidak perlu lagi repot-repot untuk menelepon orang dari Keluarga Qin untuk menjemputnya, ataupun menyewa taxi untuk berangkat ke Real Estate Emei.
Bagaimanapun di sana adalah tempat tinggal orang-orang kaya dari Kota Chengdu, sehingga orang biasa tidak dapat masuk ke sana, dan dengan membawa mobil mewah milik Keluarga Qin. Tentunya Mo Lian tidak perlu lagi mengeluarkan kartu identitas untuk pemeriksaan.
Tidak berselang lama, Mo Fefei kembali dengan membawa koper besarnya. "Kakak! Aku sudah mengemas barang bawaan ku."
Lee Dong maju menghampiri Mo Fefei. "Biarkan saya yang membawakan koper Anda, Nona."
Mo Fefei mundur beberapa langkah membawa kopernya. "Si- Siapa?"
"Tidak apa-apa. Biarkan dia yang membawakan kopermu." Mo Lian menghampiri Adiknya.
Mo Fefei terdiam sejenak, ia masih tak mengetahui siapa pria tua di depannya yang sangat sopan padanya, bahkan memanggilnya dengan sebutan 'Nona'. Tapi meski begitu ia tetap menyerahkan kopernya mengikuti perkataan Kakaknya.
Lee Dong berjalan membawa koper mengarah pada mobil yang terparkir tidak jauh dari mereka. Mo Fefei yang melihat ini mengalihkan pandangannya pada Mo Lian dan mobil secara bergantian dengan mata terbuka lebar. "Ka- Kakak."
"Sudah. Ayo masuk." Mo Lian tersenyum lembut dan membawa Adiknya masuk ke dalam mobil.
Hari ini adalah hari upacara penerimaan murid secara resmi menurut norma Kultivator Dao di Dunia Kultivator, Galaxy Pusat.
Mobil melaju dengan kecepatan stabil menuju Real Estate Emei. Mo Fefei yang berada di dalam mobil hanya diam dengan tubuh kaku, ia masih tidak percaya dapat menaiki mobil mewah, yang mana hanya dapat dilihatnya dari kejauhan saat melihat siswi lain diantarkan menggunakan mobil seperti ini. Saat berada di sekolah ia juga sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.
Terutama dari kaum wanita, hal itu dikarenakan banyak sekali pria populer dari sekolahnya yang menyatakan cinta padanya. Namun dari itu semua tidak ada satupun yang diterimanya, karena itulah semua siswi di sana menjahilinya dan mengatakan bahwa dirinya seorang penggoda miskin yang tidak tahu diri.
Hal ini Mo Fefei pendam sendiri tanpa memberitahukannya pada keluarganya karena takut membuat mereka semua khawatir.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan melindungimu." Mo Lian mengusap lembut rambut Adiknya. Ia tahu betul apa yang telah dijalani Adiknya selama ini di sekolah, dan perlakuan apa saja yang didapatnya.
Mo Fefei mendongakkan kepalanya melihat Kakaknya. Entah mengapa ia merasa bahwa Kakaknya yang tidak ditemuinya selama seminggu terakhir ini telah banyak berubah, bukan hanya dari penampilannya saja, tapi dari sifatnya yang lebih penyayang.
Beberapa puluh menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi telah tiba di Mansion Keluarga Qin. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Mo Fefei selalu membelalakkan matanya lebar dengan apa yang dialaminya.
Mo Lian yang melihat ekspresi Adiknya hanya terkekeh kecil dan membawanya masuk ke dalam.
"Selamat datang, Master!"
Terdengar suara wanita muda yang merdu berdiri di depan pintu. Wanita muda itu mengenakan pakaian beladiri tradisional China berwarna putih.
Mo Lian menghentikan langkahnya. "Oh! Apakah kau juga ingin menjadi murid ku?" tanyanya dengan wajah cerah.
Bagaimanapun Qin Nian memiliki bakat yang jarang untuk ukuran Bumi, tentunya orang-orang akan berbondong-bondong untuk menjadikannya seorang murid.
Qin Nian mengangguk kecil. "Benar, Master!" jawabnya bersemangat dengan sedikit membungkukkan badannya. Beberapa detik kemudian Qin Nian menegakkan tubuhnya, ia mengalihkan pandangannya pada wanita muda di samping Mo Lian. "Master, siapa dia?"
"Adik kecilku. Mo Fefei" Mo Lian menjawabnya singkat.
"Aku sudah berusia 16 tahun! Berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil!" protes Mo Fefei sedikit berteriak.
Qin Nian mengangguk kecil, akhirnya ia mengerti mengapa Mo Lian memerintahkannya untuk memintakan izin atas nama Mo Fefei. "Kalau boleh tahu. Master ingin pergi kemana?"
"Kota Hanzhong." Mo Lian menjawabnya singkat, ia menghirup napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. "Apakah kita hanya akan berdiam di luar?"
Qin Nian tersentak saat mendengar perkataan Mo Lian. Ia menundukkan kepalanya meminta maaf. "Maaf, Master. Silakan masuk," ucapnya membukakan pintu.
Mo Lian dan Mo Fefei berjalan masuk, bersamaan dengan Qin Nian berjalan di depannya menuntun jalan ke ruang keluarga.
Di dalam ruang keluarga yang luas sudah duduk empat orang berlawanan jenis dengan usia yang berbeda pula, saat mereka berempat melihat Mo Lian, keempatnya berdiri dan memberikan penghormatan.
Mo Lian sedikit mengangkat tangannya dan menyuruh keempat orang itu untuk berdiri tegak. "Ayo mulai upacaranya," ucapnya seraya duduk di kursi yang telah disiapkan.
Qin Zhang menganggukkan kepalanya, kemudian menyuruh bawahannya untuk membawakan barang-barang yang telah diberitahukan oleh Mo Lian.
Beberapa menit kemudian, bawahan Qin Zhang kembali dengan membawa dupa, buah-buahan maupun herbal, pot, beserta teko berisikan teh dan tidak lupa gelas giok berwarna hijau muda.
Qin Zhang menerima semua bahan itu, ia meletakkannya di atas meja depan Mo Lian. Tiga dupa ditancapkan di pot dengan buah dan herbal mengelilinginya. Qin Zhang menyalakan tiga dupa itu, kemudian memberi hormat bersamaan dengan Qin Tian dan Qin Tian, dengan kedua lutut menyentuh lantai.
Mo Lian mengangguk kecil. "Aku akan membuat Sekte, dengan nama Dongfang Tongzhi Zhe. Ku singkat menjadi Dongfangzhi."
Ketiga orang itu mendongakkan kepalanya menatap wajah Mo Lian, kemudian membuat sumpah hampir secara bersamaan.
"Murid Qin Zhang. Suatu kehormatan dapat bertemu dengan Master Mo, hari ini kami akan bergabung dengan Sekte Dongfangzhi!"
"Murid Qin Tian. Suatu kehormatan dapat bertemu dengan Master Mo, hari ini kami akan bergabung dengan Sekte Dongfangzhi!"
"Murid Qin Nian. Suatu kehormatan dapat bertemu dengan Master Mo, hari ini kami akan bergabung dengan Sekte Dongfangzhi!"
"Terimakasih." Mo Lian menjawabnya singkat, ia berdiri dari tempat duduknya dan menatap ketiga orang di depannya. "Sekte Dongfangzhi memiliki satu aturan. Jika orang lain tidak membuat masalah dengan kita, maka kita tidak perlu menganggu mereka. Tapi berbeda halnya jika mereka yang membuat masalah dengan kita ... maka kita akan membalasnya dengan kekuatan penuh!"
"Aku akan mematuhi perintah Master, dan akan membawa kemuliaan bagi Sekte kita!" Ketiganya menjawab tanpa menunggu lama.
Mo Lian meletakkan kedua tangannya di belakang punggung. "Bangun. Mulai sekarang kalian bertiga adalah bagian dari Sekte Dongfangzhi ku."
Ketiga orang itu berdiri tegak dan kemudian menuangkan teh di tiga gelas giok, lalu menyerahkannya pada Mo Lian. "Master, tolong minumlah," ucap ketiganya secara bersamaan.
Mo Lian menerima gelas itu dan meminumnya secara bergantian hingga habis. Ia memandangi ketiganya, mengecek teknik apa yang cocok untuk tubuh mereka agar memudahkannya untuk berkultivasi. "Pejamkan mata kalian," perintahnya seraya menaikkan satu jarinya
Meski tidak tahu apa yang akan dilakukan Masternya, mereka semua tetap mematuhi perintah itu dan mulai memejamkan matanya.
Mo Lian mengalirkan energi qi menuju jarinya. Terlihat tiga titik cahaya berwarna biru terbang mengelilingi jari telunjuknya, ia mengarahkan jarinya pada ketiga orang di depannya. Kemudian tiga cahaya itu terbang memasuki dahi mereka.
Cahaya-cahaya itu adalah pengetahuan dasar tentang Kultivator Dao, beserta teknik budidaya yang cocok untuk tubuh masing-masing agar lebih cepat dalam mencapai tingkatan kultivasi yang lebih tinggi.
Keringat dingin terlihat mengalir di wajah ketiganya saat cahaya biru itu masuk. Berbagai pengetahuan yang tidak mereka ketahui memasuki pikirannya, mereka mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit di kepala mereka.
Beberapa saat kemudian, mereka membuka mata perlahan. Pandangan mereka seperti orang yang baru saja melihat hal yang sangat menakjubkan, mereka bernapas terengah-engah, kemudian menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan mencoba menenangkan diri dari keterkejutannya.
"Aku telah memberikan kalian Teknik Budidaya, sampai mana kalian memahaminya itu tergantung dengan usaha kalian. Untuk teknik bertarung ... akan ku ajarkan saat kalian telah menembus Fase Mendalam tahap Akhir, atau Wu-Zong tahap Akhir." Mo Lian berkata kemudian pergi meninggalkan ruangan.
Ketiganya kembali tersadar dari lamunannya, mereka semua menundukkan kepalanya dengan menangkupkan kedua tangan ke arah Mo Lian. "Terimakasih, Master Mo!"
...
***
*Bersambung...