Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Cinta
Valdi meluncur ke persimpangan kota B dengan mobilnya. Valdi berharap akan segera bertemu dengan Hani. Dan lagi-lagi Valdi mendapatkan SMS yang isinya orang misterius itu cemburu melihat Hani bersama dua orang pria. Valdi mengulur waktu dengan mengatakan saat ini Hani sedang sakit dan dua orang itu sedang menolongnya.
Valdi kemudian membalas SMS agar orang itu menampakkan dirinya. Dia harus duduk bersama Hani dan teman-temannya. Valdi juga mengatakan saat ini Hani ingin sekali bertemu dengan orang yang selama ini mengirim SMS padanya.
Orang misterius itu mengirim emoji ketawa. Dia bertanya apakah Hani saat ini sedang bercanda dengannya. Apakah Hani tidak takut bertemu dengannya. Valdi menjawab, Hani lelah diteror. Hani ingin mengakhiri semuanya. Hani ingin bertemu langsung. Kalau begini terus Hani tidak akan pernah tahu siapa dia sebenarnya.
Orang misterius itu diam tidak membalas SMS. Valdi bernapas lega, karena dia bisa fokus menyetir mobilnya tanpa membalas SMS. Tidak berapa lama, orang misterius itu kembali mengirim SMS. Dia bilang, dia akan datang dengan menggunakan baju kaos berwarna hijau. Dia juga datang membawakan black forest untuk Hani.
Valdi semakin kencang melarikan mobilnya. Valdi menghubungi Fadil yang saat ini ada di persimpangan Kota B. Valdi meminta Fadil agar ke Resto mencari Hani.
"Hani? Hani sudah ditemukan Bos?"
Valdi masih fokus dengan setirnya. "Dia berada di Resto tempat biasa kita sarapan. Buruan!"
"Siap Bos."
🌑 Di Restoran, Cafe & Bakery
Hani, Zavian, Revaz sangat menikmati sarapan mereka di meja yang ada di depan Resto. Mereka dikagetkan dengan kedatangan seorang pria tampan, putih, tinggi, berambut coklat, bermata biru. Dengan sopan pria itu menghampiri mereka.
"Hani," sapanya.
"Hmmmm, siapa ya?" Hani memperhatikan pria itu.
"Hani, kamu lupa sama aku?"
"Maaf, Hani mengalami kecelakaan. Dia amnesia," jawab Revaz.
"Benarkah? Perkenalkan nama saya Aresh. Teman Hani. Kalo boleh tau, kapan Hani kecelakaan?" Aresh menatap Revaz.
"Beberapa bulan yang lalu," jawab Revaz.
"Tadi saya melihat Hani dari kejauhan. Dan saya mampir sebentar ke toko kue seberang. Ini kue kesukaan Hani. Silakan dicicipi," Aresh mengeluarkan rainbow cake dari kotak, memotong dan membagikannya.
"Bro, gak usak terlalu formal. Gue Revaz dan ini Zav," Revaz mengenalkan diri.
Tidak perlu waktu lama bagi Aresh untuk mengakrabkan diri. Mereka semakin akrab. Hani juga merasa cocok dan nyaman ngobrol bersama Aresh.
Aresh bercerita sedikit tentang Hani kepada Revaz dan Zav. Hani suka sekali dengan roti, susu coklat dan juga black forest. Tapi di toko seberang black forest habis, Aresh menggantinya dengan rainbow cake. Aresh adalah teman dari Dani kakaknya Hani. Aresh sering main ke rumah Hani bahkan sering jalan bersama Dani dan Hani. Pokoknya di mana ada Dani di situ ada Hani.
"Kak Dani? Apa benar karena aku Kak Dani meninggal?" tanya Hani.
"Hmmmm, malam itu, Dani berusaha menyelamatkan mu dari penculik. Sebagai seorang Kakak, Dani pasti akan melindungi Adiknya," jawab Aresh.
"Bukannya aku ini pembawa sial?" Hani meneteskan air mata.
"Kata siapa?" Aresh menatap iba.
"Dan katanya kecelakaan yang baru aku alami juga karena kesialan ku. Teman yang semobil pada waktu itu pun meninggal dunia," Hani menghapus air matanya.
"Siapa bilang?" Revaz penuh selidik.
Revaz menyadari ada orang yang memanfaatkan amnesia Hani. Orang itu pasti sebelumnya mengetahui keberadaan Hani dan bertemu dengan Hani. Orang itu juga sengaja mengatakan kecelakaan yang dialaminya adalah kesialan Hani. Agar Hani merasa takut dan merasa bersalah, dia mengatakan Valdi telah meninggal dunia. Revaz harus mengorek informasi lebih dari Hani.
Belum lagi Hani sempat menjawab pertanyaan Revaz, Aresh tanpa diduga memasukkan Hani ke dalam pelukannya. Aresh mengusap lembut pundak Hani. Hani menangis dalam pelukan Aresh.
Revaz dan Zavian berpandangan. Dalam hati mereka, pasti hubungan antara Hani dan Aresh sangat akrab. Terbukti ketika Aresh memeluk Hani, Hani terlihat tidak menolak dan merasa nyaman. Apa karena Aresh sudah akrab dengan Hani dan keluarganya.
Fadil akhirnya tiba di Resto. Mata Fadil berkeliling mencari keberadaan Hani. Fadil memberikan informasi kepada Valdi saat ini Hani, Zav, Revaz dan seorang pria duduk santai di depan Resto. Valdi meminta ciri-ciri pria yang duduk bersama Hani. Karena posisi Fadil jauh, Fadil hanya melihat punggung pria itu yang menggunakan baju kaos biru.
"Baju biru? Coba cek sekali lagi!" Valdi menghentikan mobilnya di lampu merah.
"Benar bos, baju biru," jawab Fadil.
Tuuuuuutt!
"Kak Revaz, Zav? Mengapa mereka bersama Hani? Apa yang terjadi? Dan apakah pria itu pria misterius? Bukannya dia bilang pake kaos warna hijau? Hani tunggu sebentar, aku akan tiba."
Valdi mempercepat laju mobilnya. Valdi tidak sabar untuk bertemu dengan Hani. Dua bulan lebih Valdi mencari keberadaan Hani. Dua bulan lebih Valdi menahan rindu. Valdi kehilangan nafsu makan, kurang tidur dan hidupnya tidak bersemangat.
Keluarga Valdi sangat khawatir dengan kondisinya. Dokter bilang itu adalah penyakit cinta yang hanya bisa diobati bila orang yang dicintai datang menemuinya. Ah cinta, cinta, bisa membuat orang mabuk kepayang, sakit dan juga gila.
Apa cinta bisa membuat orang gila? Jawabnya tentu saja bisa. Seperti Arash yang mencintai Hani secara diam-diam. Arash menjadi gila di saat Hani tidak bisa dia dapatkan. Sampai mati pun dia masih mengejar Hani.
Begitu juga dengan Emran yang sangat mencintai Hani. Dia tidak terima pernyataan cintanya ditolak Hani. Emran masih mencari Hani. Dan dia bekerja sama dengan Arash si arwah penasaran untuk mendapatkan Hani dengan berbagai cara.
Valdi masuk ke dalam parkiran Resto. Valdi keluar dari mobilnya dan menemui Fadil. Mereka berdua berjalan menuju meja makan Hani. Valdi mengepalkan kedua tangannya. Valdi melihat Hani berpelukan dengan seorang pria. Revaz dan Zavian menyambut kedatangan Valdi.
"Waduh bahaya," kata Revaz.
"Apanya yang bahaya Bos?" Zavian kebingungan.
"Ada yang cemburu," Revaz berlari menghampiri Valdi.
Revaz melihat tubuh Valdi gemetar menahan amarah. Tangannya mengepal kuat. Revaz dengan perlahan mengatakan Hani saat ini sedang amnesia. Dan pria itu adalah teman almarhum kakaknya Hani yang bernama Dani. Hani menangis ketika ada yang bilang dia pembawa sial karena dia Dani meninggal.
"Val, tau kah kamu? Ada orang yang mencuci otak Hani. Kak Revaz yakin orang ini sebelumnya tahu keberadaan Hani dan menemuinya. Dia bilang orang yang semobil dengan Hani sudah meninggal," ujar Revaz.
"Siapa? Apa karena hal itu Hani menangis?"
"Kakak gak tau siapa orangnya. Iya karena hal itu Hani menangis," Revaz memandangi Aresh yang saat ini mengusap air mata Hani.
"Tapi tidak begitu juga kali! Dia sembarangan memeluk wanita ku!"
Valdi berjalan menghampiri meja yang bertuliskan nomor 1. Valdi melepaskan pelukan Aresh dan menarik tangan Hani hingga Hani berdiri masuk ke dalam pelukannya.
"Hani," peluk Valdi.
"Hey, bro! Kamu siapa?" Aresh bangkit dari tempat duduknya.
"Tunangannya," jawab Valdi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...