Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Gerbang mewah, tinggi menjulang terbuka sangat lebar. Satu per satu mobil-mobil pribadi melintasi gerbang dan memasuki pelantaran jalan menuju rumah, lalu memarkirkan mobilnya ke tempat yang sudah ditentukan.
Wajah-wajah asing maupun wajah-wajah lokal memenuhi ruangan pesta. Beberapa pelayan menyuguhkan beberapa minuman dan biskuit kepada tamu-tamu itu sambil menunggu acara dimulai.
Tinggal beberapa menit lagi sampai waktu yang ditetapkan untuk acara. Suara bising dari setiap obrolan tamu-tamu memecah keheningan diruangan itu. Beberapa tamu-tamu masih terus berdatangan.
Luna dan yang lainnya sudah tiba di lokasi dan sudah memasuki ruang pesta dengan beberapa tamu yang berada dibelakang mereka. Wajah-wajah oriental berpadu dengan wajah dari bagian barat, disetiap sudut-sudut ruangan. Mereka memperhatikan sekeliling mencari sosok seseorang yang ingin mereka temui.
Tapi butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukannya. Tokoh utama pada pesta ini pastilah dikerumuni orang. Rin yang merupakan bintangnya, tengah berbicara dengan bahasa yang tak diketahui oleh Dinda dan lainnya, mereka menanyakan ke Luna dengan wajah tak paham. "Itu bahasa Prancis." ujar Luna, mereka terus mendekat ke Rin dan lainnya disana.
Mereka dikejutkan dengan seorang gadis yang berlari disebelah mereka langsung mendekap erat Rin, dia juga mengatakan sesuatu ke Rin dalam bahasa Prancis, yang membuat Dinda dan yang lain kembali dibuat bingung dengan apa yang dikatakan mereka.
Gadis itu tingginya sekitar 156cm, usianya sekitar 12 tahunan, itu yang dilihat oleh mereka. Setelah cukup lama dia memeluk Rin dengan erat, dia menghampiri Intan dan juga yang lainnya yang bersama dengan Rin disana.
"Kakak ..." sapa Luna ke Intan dan Robi saat mereka sudah berada cukup dekat dengannya.
"Oh, kalian sudah sampai, baguslah, karena acaranya sebentar lagi akan dimulai." ujar Robi.
"Apakah anda ini Luna Horigh?" ujar gadis itu dalam bahasa Prancis tepat dihadapan Luna. Luna lalu mengangguk atas apa yang ditanya gadis itu, "oh, maaf, nama saya Annie Margrave." ujarnya masih dalam bahasa Prancis, sambil membungkuk dengan mengangkat sedikit gaunnya dengan kedua tangannya. Hal itu pun juga dibalas oleh Luna dengan sikap yang anggun. "Anda memang sungguh cantik dan menawan seperti yang selalu Mama katakan." tuturnya masih dalam bahasa Prancis.
"Oh, terimakasih, nama keluargamu itu Margrave, apakah kamu putrinya Stevany, dimana dia." ujar Luna sambil melirik kesana-kemari mencarinya.
"Iya, Mama sekarang disana dengan Papa." jawabnya, mengetahui itu Luna langsung meninggalkan yang lainnya. "Kalian siapa? Dari keluarga mana?" tanya Annie ke Dinda dan yang lainnya, namun mereka tak tahu harus menjawab apa, mereka sama sekali tak paham dan tak tahu apapun dengan bahasa Prancis.
"Maafkan saya nona Margrave, saya Lia, Artellia Norght, apakah nona Margrave bisa bahasa Indonesia, soalnya mereka tidak paham dengan bahasa Prancis." tutur Lia ke Annie.
"Oh maaf, saya tidak tahu tentang itu." Annie meminta maaf ke Dinda dan lainnya, kini dengan bahasa Indonesia. "Kalau begitu saya tanya sekali lagi, nama kalian siapa? Dan dari keluarga mana?" tanya Annie sekali lagi ke mereka.
"Saya Dinda, dia Ami, Tania, Olive dan Sonya, maaf, maksudnya dari keluarga mana itu apa ya." ujar Dinda yang kebingungan dengan pertanyaan Annie.
"Kalian dari keluarga bangsawan mana, itu maksud saya."
"Kami bukan dari keluarga bangsawan." ujar Tania yang kaget dengan hal itu.
"Kalian bukan dari keluarga bangsawan." Annie terkejut dengan penuturan Tania.
"Maaf nona Margrave." sela Lia.
"Panggil Annie saja."
"Mereka memang bukan bangsawan, yang diundang kesini itu kolega-kolega kerjanya kak Robi, tamu-tamu penting Mama, teman-temannya Intan dan temannya Rin, mereka disini bukan dari keluarga bangsawan saja, termasuk saya, dan mereka berlima ini teman sekelasnya Rin, bahkan dia (menunjuk Dinda) adalah karyawannya Rin." Lia mencoba menjelaskan ke Annie.
"Anda bukan bangsawan, tapi nama anda itu."
"Oh, nama keluarga saya. Nama ini memang nama dari ibu saya, yang bangsawan itu kakek saya dan anak-anaknya yang lain, ibu saya memilih menjadi orang biasa, begitupun dengan saya." ujar Lia sembari memberi senyuman.
"Ibu, maksud anda, nona Violentina Norght."
"Iya, tapi namanya kini Violet Karwaal." ujar Lia.
"Tapi, bagus deh kalau kalian bukan dari keluarga bangsawan mana pun, jadi saya tak perlu menahan diri untuk berbicara dengan kalian." ujar Annie dengan memberikan senyuman yang merekah diwajahnya.
"Maaf, kalau yang ingin saya tanyakan ini tidak sopan, umur kamu itu berapa dan juga hubungan kamu dengan Rin, lalu kenapa kamu bertanya kami ini keluarga bangsawan mana?" ujar Ami yang penasaran dengan Annie.
Annie sempat terkejut dengan pertanyaan yang diajukan ke dirinya. "Umur saya?" ujar Annie meyakinkan lagi, "saya masih 14 tahun." jawabnya jujur. "Sebenarnya nggak ada alasan khusus aku nanya begitu ke kalian. Tapi aku penasaran, apa kalian tak tahu kalau diruangan ini kebanyakan dihadiri oleh para bangsawan?" tanya Annie dan mereka menggeleng.
"Lalu hubungan kamu ke Rin apa?" tanya Tania.
"Aku dengan kak Rin ... aku calon istrinya ..." Annie menghentikan ucapannya, hal itu membuat mereka berlima kelabakan mendengarnya, mereka ingin memastikan lagi dengan apa yang dikatakan Annie, tapi Annie langsung melanjutkan ucapannya. "Awalnya sih begitu, tapi hal itu dibatalkan karna kak Rin sudah mempunyainya sendiri dan apalagi Yang Mulia sudah turun dalam rencana ini." Annie menunjukan wajah pasrah dan kecewa.
Mereka bingung dan tak dapat menemukan jawaban apa-apa dari pernyataan Annie tadi, tentang calon istri, pembatalan, Yang Mulia, dan juga ekspresi yang ditunjukan oleh Annie.
"Annie ..." ujar Sonya.
"Ya, ada apa ..." jawabnya.
"Bisakah kamu jelaskan –" ucapan Sonya langsung terhenti oleh teriakan Annie saat memanggil seseorang yang dia kenal.
"Nanva ..." teriak Annie memanggil Seira saat mendekat kearah rombongan mereka, dan dia melupakan kalau Sonya sedang berbicara dengannya.
"- maksud pernyataan kamu tadi." ucap Sonya berbisik melanjutkan ucapannya yang sudah diacuhkan sama Annie tadi.
Seira berjalan ke mereka dengan diikuti seseorang dibelakangnya setelah menuruni anak-anak tangga, dari lantai dua tempat orang yang sangat penting dalam acara ini. Annie menghampiri Seira dan langsung memeluknya.
"Bagaimana sayang dibelakang?" tanya Intan ke putrinya.
"Nini bilang sudah siap, jadi acaranya bisa dimulai." jawab Seira sambil membalas pelukan Annie.
Robi segera menghampiri Raka dan Anna yang sudah dari jauh hari diminta untuk menjadi host diacara pertunangannya Rin. Annie masih memeluk Seira dan mereka mengobrol dalam pelukan. Sedangkan seseorang yang berada dibelakang Seira dari tadi bergerak menyamping kearah yang lainnya, hingga tampak jelas wajahnya. Dan hal itu sangat mengejutkan kelompok Dinda lagi dan lagi.
"Aini ... kamu disini juga." tutur mereka berlima kompak saat tahu kalau itu adalah Aini.
"Sejak kapan kamu ada disini." lanjut Ami menanyai Aini.
"Kami nggak tahu kalau kamu juga diundang." ujar Olive.
"Aku kan memang nggak pernah bilang kalau aku juga diundang." jawab Aini dengan santai. "Aku sudah dari kemarin disini."
"Dari kemarin ..." ujar mereka tak percaya.
"Permisi, maaf mengganggu kalian." ujar Annie menghampiri mereka lagi dengan Seira disampingnya. "Oh ya, kakak tadi mau bilang apa ya ke aku, maaf tadi aku sudah ngak memperdulikannya."
"Oh itu,nggak apa-apa, ku rasa nggak jadi deh nanyanya, mungkin apa yang akan ku tanya, nanti akan terjawab sendiri." tutur Tania.
"Annie, siapa mereka?" tanya Seira ke Annie tentang kelompok Dinda.
"Oh, mereka, mereka ini teman sekelasnya kak Rin." jawab Annie. "Emp, kalau dia (menunjuk Aini) siapa, tadi bersama kamu."
"Dia, Bibi Aini, anggota baru keluarga kami, Nini sendiri yang memilihnya." ujar Seira, Aini langsung mengulurkan tangan, mengenalkan dirinya ke Annie.
"Anggota baru keluargamu, dan Yang Mulia sendiri yang memilihnya?" ujar Annie merasa tak percaya. Sedangkan yang lainnya dibuat heran dan terkejut lagi mendengar apa yang dibicarakan dua gadis itu.
"Oh iya, perkenalkan, saya Seira Nanva V (sambil mengulurkan tangan) dan adiknya Rin." ujar Seira.
"Ami." ujarnya sambil menyambut uluran tangannya Seira dan mengenalkan dirinya, begitupun dengan yang lainnya.
"Tania."
"Sonya."
"Olive."
"Dinda." menyambut tangannya, Seira tak melepaskan tangannya, dia melangkah mendekati Dinda lebih dekat.
"Kakak ini karyawannya kak Rin, kan." ujar Seira. "Kalau begitu kita gabung dengan yang lainnya yuk." Seira menarik Dinda pergi dan yang lainnya ikut dibelakang mereka.
Seorang pria dan wanita berjalan kedepan semuanya, membawa mic ditangannya. Mereka mengetuk mic mereka apa berfungsi atau tidak.
"Selamat malam, perkenalkan saya Anna Adi Kusuma, saya ditemani rekan saya, Doni Prajaka (ucap Doni mengenalkan diri), kami akan menjadi host pada acara malam hari ini." ujar mereka berdua membuka ataupun memulai acaranya.
"Kak Raka dan kak Anna." Dinda berbisik didalam benaknya saat melihat Raka dan Anna didepan. Dinda menerka-nerka maksud dari yang lainnya yang dimaksud Seira tadi apakah karyawan Papillon. "Kak Ratih ..." ucap Dinda saat melihat Ratih didepannya, lalu dia melihat orang yang didekat Ratih, "kak Nana, kak Sari." ujar Dinda, lalu dia terdiam saat melihat seseorang di kursi roda yang dipegang oleh Sari. "Tante ..." ucap Dinda menghampiri Erika dan menciumnya. Hal yang sama pun dilakukan Olive, Tania, Sonya dan Ami. "Tan, kenapa tante bisa duduk di kursi roda."
"Tante nggak kenapa-napa kok, tante hanya disuruh untuk duduk disini." ujar Erika ke teman anaknya itu dengan bangun dari kursi rodanya.
"Eh, disuruh, disuruh siapa tan?" tanya Sonya.
"Dia." ujar Erika sambil menunjuk kearah Raka dan Anna, "orang yang akan dipanggil mereka."
Setelah Erika bilang begitu, Raka dan Anna memanggil seseorang untuk mengatakan kata-kata sambutan atau apapun itu yang akan dia mau bicarakan.
"Baiklah, kita akan mendengar apa yang akan disampaikan tuan rumah." ujar Raka.
"Kepada Yang Mulia, Lucilia Veirnieq, kami mohon waktunya." ucap Raka dan Anna memanggil Nini untuk kedepan.
Mereka akhirnya tahu siapa itu 'Yang Mulia' yang dimaksud Annie, dan mereka juga tahu siapa yang menyuruh Erika, mama temannya itu duduk dikursi roda dan mereka juga mengetahui bahwa nama itu juga memiliki nama yang sama dengan Rin.
Disaat yang bersamaan juga, mereka berlima mulai berpikir kalau orang tuanya ada disini, apa Karin juga disini, tapi tidak ada kelihatan dirinya dari tadi. Otak mereka terus berputar, memikirkan situasi yang ada disini, dan mereka sampai pada satu kesimpulan, merekapun berbisik satu sama lainnya "Apa mungkin Karin yang bertunangan dengan Rin" lalu melirik kearah Erika, Erika hanya memberikan sebuah senyuman yang memiliki banyak arti.
Mereka berjalan mengisi barisan paling depan, dimana Intan, Robi dan Rin berada, begitu pula dengan Luna yang dari tadi menghilang menemui teman lamanya kini sudah bergabung lagi dengan mereka.
Nini sudah lumayan lama berdiri didepan, mengucapkan kata basa-basi nya. Dia siap untuk menyampaikan kata-kata yang bersifat khusus baginya untuk disampaikan kepada yang lainnya.
"Seperti yang kalian ketahui didalam undangan yang kami berikan kepada kalian semua, bahwa malam ini adalah acara pertunangan Rin Astav, yang merupakan cucu saya. Dan juga untuk keluarga Margrave, terutama Annie, saya minta kalau proposal lamaran mu harus dibatalkan kini."
"Yang Mulia, anda tak perlu meminta maaf, Annie bisa mengerti dan juga itu hanya keinginan Annie waktu masih kecil, tapi Annie berharap kalau Annie tetap bisa menjadi adiknya kak Rin." ujar Annie polos.
"Kalau itu tentu saja boleh sayang." balas Nini atas permintaan pribadi Annie. "Dan satu hal lagi yang ingin saya sampaikan, saya telah memilih siapa yang akan menjadi pewaris saya nanti."
Mendengar apa yang diucapkan Nini barusan membuat para keluarga bangsawan yang ada disana mulai bergumam satu sama lainnya, penasaran siapa yang akan menjadi pewaris itu. Melihat kondisi ruangan mulai tak terkontrol, Raka dan Anna mencoba menenangkannya.
"Saya ingin kalian semua bisa menerima keputusan saya, Rin, bisa kamu kemari." ujar Nini agar Rin segera mendekat ke dirinya. "Mulai saat ini, saya, Ratu Lucilia Veiernieq, menobatkan Rin Astav Veirnieq, sebagai putra mahkota."
Dinda, Ami, Tania, Olive dan Sonya, mereka terdiam tak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar hal itu. Mereka berpikir bahwa yang dimaksud pewaris itu sebagai yang mengambil ahli perusahaan atau apapun, sama halnya yang dipikirkan oleh yang lainnya, yang diundang sebagai kolega ataupun teman kerja mereka saja.
Dinda dan lainnya tak menyangka kalau kata 'Yang Mulia' itu benaran untuk seorang yang berkuasa, dan juga mereka tak terpikirkan kalau teman mereka itu adalah seorang pangeran.
Mereka mengira-ngira jika Rin itu adalah seorang pangeran, berarti wanita yang bertunangan dengan Rin ini nanti akan menjadi seorang Puteri, dan nanti akan menjadi seorang Ratu juga. Sungguh beruntungnya dia.
"Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan, saat putra mahkota berusia 25 tahun, saya akan turun dari tahta dan dia yang akan menjadi Raja baru. Dan dalam jangka waktu 2 tahun setelah pertunangan ini, mereka akan melaksanakan pernikahan mereka." begitulah apa yang diucapkan Nini, setelah itu Nini memberi isyarat ke host untuk acara selanjutnya, pertunangan, pertukaran cincin. Nini mendekat kearah Seira dan Aini lalu berbisik untuk memanggil pasangannya Rin.
Seira san Aini kembali lagi ke kamar atas untuk menjemput tunangannya Rin. Sedangkan Rin sendiri, dengan balutan pakaian yang serba putih, seperti para pangeran yang ada didunia-dunia dongeng, berdiri tegap dengan tenang atau dia sedang menahan rasa gugupnya yang dia sembunyikan.
Sebuah kotak yang berisikan cincin untuk pertunangan itu sudah disiapkan dan dipegang oleh Nini. Tidak beberapa lama Aini dan Seira yang disuruh untuk memanggil, muncul tepat di dekat anak tangga, disusul juga dengan beberapa sosok gadis dibelakang mereka.
Aini dan Seira mulai menuruni anak-anak tangga, dibelakangnya ada dua gadis berjalan beriringan dengan menggunakan gaun yang sungguh cantik dengan warna yang berlawanan.
Gaun biru, selembut sinar rembulan ketika sedang purnama dan juga gaun oranye, seperti saat mentari pagi yang akan menghangatimu, gaun-gaun itu menambah kecantikan mereka berdua, membuat semua yang ada disana terkagum dengan keanggunan mereka berdua. Dan juga dengan seorang yang berjalan dibelakang mereka.
Tania dan lainnya merasa sangat tak asing dengan orang yang berada dibelakang Aini. Mereka terus memperhatikan dengan seksama ketiga gadis itu, sampai mereka benar-benar ada didepan mereka, baru kelimanya sadar bahwa yang ada dihadapan mereka itu tak lain adalah sahabat dan juga adik kelas mereka.
"Karin, Nirmala, dan Fifi juga." ujar mereka dalam hatinya. Aini, Seira dan Fifi, kembali ke rombongan Dinda, sedangkan Karin dan Nirmala, mereka pergi menuju Rin dan Nini berada.
Karin dan Nirmala, mereka berdua berdiri tepat dihadapan Rin. Nini yang dari tadi memegang kotak, membuka kotak yang berisikan cincin itu. Tiga buah cincin putih tersusun rapi didalam kotak itu.
Seluruh tamu undangan merasa terkejut dibuatnya. Baru pertama kali ini mereka menghadiri acara pertunangan dengan dua orang gadis sekaligus. Dinda, Olive, Ami, Tania dan Sonya juga tak menyangka kalau yang menjadi tunangan dia itu benaran Karin dan tak disangka juga kalau Rin juga bertunangan dengan Nirmala. Beda halnya dengan mereka yang sudah tahu dari awal.
"Mereka bertiga sungguh serasi ya." ujar Lia.
"Tante Lia benar, mereka benar-benar cocok, hehehe ..." tutur Seira membenarkan perkataan Lia.
Ami menarik tangan Aini, agar dia berada didekatnya.
"Kamu sudah tahu ini semuanya Ni?" tanya Ami ke Aini dengan sedikit berbisik.
"Sejak kapan kamu tahu ini?" sambung Tania.
"Iya, aku memang sudah tahu, hemp, aku tahunya sebelum Maid yang waktu itu datang ke sekolah. Oh iya, lebih baik kita perhatikan yang didepan aja ya." Aini memberikan senyuman ke mereka.
"Nanti kami minta kamu jelaskan semuanya ya." tutur Olive.
"Oke." jawab Aini singkat.
Nini menanyakan kepastian mereka lagi. "Rin Astav Veiernieq, apakah kamu sudah siap untuk melamar dan bertunangan dengan mereka berdua." ujar Nini. Rin menjawab dengan tegas. "Saya sudah siap." dan lanjut ke Karin dan Nirmala. "Karin Althea dan Nirmala Putrie, apakah kalian berdua bersedia menerima lamaran Rin." mereka mengangguk mengiyakan dengan sebuah senyuman.
Nini menyerahkan kotak itu ke Rin. Satu cincin sudah diambil Rin, dan menyematkan cincin pertama ditangan Karin, setelah itu Rin mengambil lagi dan menyematkannya ditangan Nirmala. Dan cincin yang terakhir disematkan ditangan Rin, dan dilakukan oleh mereka berdua bersamaan memasangkannya ditangan Rin.
°
°