Seorang istri yang mau nggak mau harus merelakan dirinya dimadu.
Namun ketidakadilan suaminya membuat dirinya harus berpaling dan mengakhiri hubungan yang menyakitkan tersebut dan menikah dengan seorang CEO yang tak lain adalah atasan dari suaminya.
Awalnya hubungannya dulu hanya sebuah sandiwara namun malah mereka saling jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi dari rumah Ilham
Setelah selesai bekerja Ilham pulang dengan perasaan kesal, Ilham melempar tas kerjanya di sofa sehingga membuat orang tuanya yang sedang berbincang di ruang keluarga kaget.
"Ada apa sih Ilham?" tanya mama yang berjalan mendekat ke arah Ilham
"Ilham kesal dengan atasan Ilham ma," jawab Ilham
"Memangnya kenapa?" tanya papa
"Dia kekasih Rara, dia mengancam akan memecat Ilham. Kalau Ilham marah dan mengajarnya kan wajar karena dia bermain dengan istri Ilham," jawab Ilham
"Pantas saja atasanmu mengancam akan memecat kamu la kamu menghajarnya," sahut papa
" Papa kok belain dia, Rara dan dia diam-diam menjalin hubungan di belakang Ilham," kata Ilham kesal
"Apa benar Rara menjalin kasih dengan bos kamu?" tanya mama
"Iya, sungguh keterlaluan Rara," jawab Ilham
"Baguslah setidaknya mama lega sekarang, karena Rara sudah ada yang jaga," kata Mama yang membuat Ilham kesal
Ilham semakin kesal dengan kata-kata mamanya, dia melepas dasinya dengan kasar lalu membuangnya.
"Kamu merasa sakit kan, Rara dekat dengan lelaki lain? pernah nggak kamu berfikir kalau Rara jauh lebih sakit saat tau kamu menikah lagi dan tanpa rasa kasian kamu menaruh istri kedua kamu disini dan kamu memperlakukannya tidak adil pula," ujar mama yang membuat Ilham terdiam.
"Pikirkan itu Ilham, kalau kamu tidak bisa adil seharusnya kamu pikir matang-matang sebelum mengambil keputusan untuk menikah, kasian Rara menjadi korban keegoisan kalian," sahut Papa
Tak berselang lama Rara pulang, dia mencium punggung tangan mama dan papa mertuanya kemudian Rara pun duduk di sebelah Ilham.
"Ma, pa kebetulan kita berkumpul disini, Rara ingin ngomong sesuatu." Rara menatap bergantian tiga orang di depan dan samping tersebut
"Kamu mau ngomong apa Ra?" tanya mama ilham
"Rara mau ijin pergi dari rumah ini ma, maaf Rara sudah benar-benar menyerah sekarang. Rara tidak mau lagi terluka," jawab Rara dengan air yang berkumpul di pelupuk matanya.
Mereka semua terkejut dengan perkataan Rara namun mungkin inilah solusi yang terbaik untuk Rara. Mama dan Papa Ilham sedih karena Ilham dan Rara harus berakhir seperti ini.
"Apa keputusanmu sudah bulat Ra?" tanya mama
"Sudah ma," jawab Rara
Ilham yang berada di samping Rara menunduk, dia tidak ingin berpisah dengan Rara.
"Aku nggak mau Ra," tolak Ilham
"Mas, Sampai kapan kamu akan menyiksa aku?" tanya Rara dengan menatap Ilham yang menunduk
Ilham tidak menjawab pertanyaannya, dia bungkam seribu bahasa.
"Kamu tidak bisa menjawab kan? dari awal kamu selalu bilang akan adil mas tapi kenyatannya apa? sama sekali nggak ada keadilan buat aku. Dalam pikiranmu hanya ada Vera dan Vera, kalian berdua nggak pernah sedikitpun memikirkan aku yang tiap malam selalu kesepian, setiap saat harus sakit melihat kalian bersama dan pernah aku harus menyaksikan adegan syur kalian," kata Rara dengan air mata yang mulai jatuh
"Maafkan aku Ra," sahut Ilham
"Berkali-kali aku selalu memberimu kesempatan mas, tapi kamu selalu takut dengan Vera. Selalu Vera yang kamu prioritaskan, jika sama-sama sendiri untuk apa kita hidup bersama?" timpal Rara
Semau terdiam, orang tua Ilham paham betul yang Rara rasakan oleh sebab itu mereka mencoba menerima keputusan Rara.
"Mama dan Papa tidak bisa menahan mu Rara, kami selalu berdoa untuk kebahagiaanmu," sahut mama
"Terima kasih ma, pa. Oh ya walaupun Rara dan mas Ilham nggak bersama lagi masih boleh kan Rara memanggil kalian mama dan Papa" kata Rara yang membuat mama mendekat dan memeluk Rara
"Boleh Ra, boleh banget. Kamu juga jangan melupakan mama dan papa, sampai kapan pun kamu tetap anak mama dan papa," sahut mama
Tangis mama pecah, dia sungguh tidak menginginkan perpisahan ini namun lagi-lagi sikap Ilham yang keterlaluan penyebab semua ini.
Rara pergi ke kamar untuk mengambil barang-barangnya. Saat di kamar tangis Rara pecah, mengingat setiap kenangannya dengan Ilham di kamar itu.
"Kenangan indah bersamamu akan aku ingat selalu mas, terima kasih setiap pelajaran dan pengalaman yang engkau berikan padaku" gumam Rara lalu mengusap air matanya
Rara membuka lemari pakaiannya, di sana ada beberapa baju Ilham yang masih tertumpuk rapi,
Setelah mengepak pakaian serta barang-barang pribadinya Rara keluar sebelum meninggalkan kamar itu untuk selamanya Rara melihat setiap sudut mantan kamarnya, tangisnya lagi-lagi pecah mengingat kenangan indah dengan Ilham selama lima tahun hidup bersama.
"Selamat tinggal kamarku, terima kasih telah memberi kenyamanan selama aku menempati mu" gumam Rara lalu turun kebawah.
Rara memeluk mama dan papa Ilham.
"Rara pamit ya ma, pa, mas, dan Vera. Aku minta maaf jika ada salah dengan kalian semua. Untuk kamu Vera semoga kamu bahagia ya?" kata Rara lalu memeluk Vera.
"Maafkan aku juga Ra," sahut Vera
Ilham terlihat sedih dan frustasi,
"Sampai kapan pun aku nggak mau pisah Ra, aku tidak akan menalak mu," kata Ilham dengan mata yang basah.
"Kamu nalak aku atau tidak biar pengadilan yang menentukan, minimal dengan aku pergi dari sini, aku nggak ingin terus-terusan sakit." kata Rara
Ilham terdiam seribu bahasa, lagi-lagi dia di skak mat oleh Rara. Taxi pesanan Rara telah datang Rara pun keluar rumah dan pergi.
Mama dan papa yang sedih masuk ke kamar, mereka juga berniat untuk pulang ke rumah mereka.
Ilham yang sedih masuk ke kamar Rara, dia teringat kembali akan kenangannya bersama Rara, dia tersenyum sendiri mengingat kenangannya itu.
"Kamar ini penuh dengan kenangan mu Ra, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepas mu" gumam Ilham
Vera menyusul Ilham, dia pun mendekati Ilham dan berkata
"Sudahlah mas, ikhlaskan Rara. Biar dia mencari kebahagiannya, yang terpenting kamu harus memikirkan anak kita ini," kata Vera.
Ilham mengangguk lalu keluar dari kamarnya bersama Vera
Rara menangis dalam taxi, kini selangkah lagi hubungannya dengan Ilham akan segera berakhir.
Tak selang lama taxi yang dia kendarai tiba di apartemen Leo, untuk sementara waktu Rara tinggal di apartemen Leo.
Rencananya sesegera mungkin Rara pulang ke rumah orang tuanya yang terletak di kota sebelah yang kebetulan rumah orang tau Rara dekat dengan rumah orang tua Ilham.
Karena pikiran yang kalut Rara menjatuhkan dirinya di kasur, dia mencoba memejamkan matanya dengan tangan di atas keningnya.
Saking kalutnya hingga dengan cepat Rara menghampiri alam mimpinya. Dua jam berlalu namun Rara masih memejamkan matanya.
Leo yang datang dari tadi ikut merebahkan diri di samping Rara, di tatapnya wajah Rara dengan lekat, dia tersenyum karena sebentar lagi dia akan segera memiliki wanita yang dia dambakan.
"Aku janji Ra, setelah ini nggak akan ada air mata yang keluar dari matamu," kata Leo
Rara yang sudah terbangun mendengar kata-kata Leo lalu dia pun menimpali
"Yakin mas?" tanya Rara
Leo jadi kesal karena Rara meragukannya.
"Gak percaya ya sudah," jawabnya.
Rara tersenyum melihat Leo. Dia puas karena telah menggoda Leo Lalu mereka saling berpelukan.
Jadikn masalalumu pelajaran Ra ojok karepe dewe