Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Jam kerja pun akhirnya selesai, Sarah dan Wita pulang bersama.
"Bagaimana? Cape gak kerja di lapangan?" tanya Wita. "Atasannya galak gak?"
"Gak, di sana lebih enak sih menurutku karena atasannya juga baik," jawab Sarah.
"Hai, boleh kenalan gak?" Tiba-tiba ada seorang pria. "Aku Ramdan, line sebelah."
Sarah hanya tersenyum ramah, tanpa memeperkenalkan diri. Wanita itu nampak malu-malu. Pria itu sendiri pun sangat sopan karena melihat Sarah yang sepertinya pendiam.
Wita pun menyenggol tangan Sarah seraya menggoda.
"Apa sih, Ta ...," kata Sarah.
"Ada yang ngajak kenalan tuh." Wita kembali menggoda. Namun, sayangnya Sarah dan Wita sudah mendekati angkutan umum.
"Maaf ya, kami duluan," ujar Wita.
Pria itu pasrah karena Sarah sudah naik angkot.
"Mbak, siap-siap aja."
"Siap-siap apa?" tanya Sarah tidak mengerti.
"Banyak yang antri keknya nanti, Mbak. Mbak itu cantik, menurutku sangat baik. Aku seneng berteman dengan Mbak, orangnya asik deh pokoknya."
"Apaan sih kamu ini, gak jelas. Niat Mbak itu kerja bukan cari pasangan."
"Tapi Mbak tuh harus move on dari suami si nenek lampir itu."
"Mbak mau fokus sama Putra saja."
Karena tempat tinggal Sarah lebih dekat, wanita itu pun akhirnya turun lebih dulu. "Ta, Mbak duluan ya," pamitnya pada Wita. Sarah pun turun dan membayar angkot. "Pak, sama yang di belakang satu ya."
"Mbak tidak usah," tolak Wita.
"Gak apa-apa, sekalian." Mendengar curhatan Wita membuatnya lebih beruntung dari pada Wita, sehingga ia mau sedikit berbagi dengan gadis itu.
"Makasih ya, Mbak."
Sarah hanya tersenyum sambil melihat angkot yang ditumpangi Wita mulai melaju. Ia lihat kanan kiri sebelum menyebrang. Namun, tiba-tiba saja ada yang menggandengnya dan mengajak nyebrang bersama.
"Mas Pandi bikin aku kaget saja," kata Sarah.
Pria itu hanya tertawa melihat wajah Sarah yang tegang, mereka seperti kakak dan adik saling bercanda saat menuju ke rumah mereka.
Bi Ami, sudah berdiri di ambang pintu sambil menggendong Putra. Menyambut kepulangan Sarah.
"Asalamualikum, Bi?" ucap Sarah.
"Waalaikum sallam," jawab bi Ami. "Mama sudah pulang tuh, Putra pasti kangen 'kan? Pengen mimi cucu 'kan?" sambung bi Ami sambil mencium Putra.
"Aku bersih-bersih dulu." Sarah pamit untuk membersihkan diri.
Tak berselang lama, Sarah sudah kembali menemui bi Ami.
"Sarah," panggil bi Ami.
"Ya, Bi."
"Tadi ..."
"Tadi apa?"
Bi Ami masih ragu, tapi inilah kenyataannya.
"Bapak tadi ke sini mencarimu."
Sarah terkejut, ia tahu siapa yang dimaksud bi Ami.
"Terus Bibi bilang kalau aku bersama, Bibi?" Sarah tidak sabar menunggu jawaban bi Ami karena wanita itu masih tak percaya dengan kedatangan mantan majikannya.
"Dia sudah menikah, Bi. Aku tidak mau dia tau kalau aku melahirkan Putra, aku takut dia mengambilnya dariku." Ketakutan Sarah sudah terlihat.
"Tidak, Bibi tidak bilang apa-apa. Dia akan kembali nanti."
Sarah sudah ketar-ketir, bagaimana cara menyikapi mantan suaminya.
"Sebaiknya aku pulang ke kontrakan, Bi. Aku takut dia kembali." Sarah mengambil Putra dari pangkuan bi Ami.
Namun, pada saat Sarah keluar. Sosok yang selama ini mencari dan mengkhawatirkannya muncul. Keduanya saling beradu pandang. Satu tahun lebih mereka tidak bertemu. Dan pada saat itu juga Pandi keluar dari dalam.
Farhan semakin terkejut melihat keberadaan lelaki yang ia tahu adalah anak bi Ami, karena semasa bi Ami bekerja dengannya laki-laki sering datang meminta uang.
Farhan melihat bayi yang digendong Sarah, juga melihat pria di sebelahnya secara bergantian. Apa ini jawaban Sarah kenapa tidak pernah menggunakan kartu kredit darinya? Sudah ada yang menanggung hidupnya?
Namun, melihat keadaan rumah mereka membuat Farhan tak percaya. Sarah mau diajak susah di rumah kecil itu.
"Mas," ucap Sarah memecah keheningan.
Farhan tergugu seperti mayat hidup, lidah terasa kelu bahkan untuk sekedar menjawab pun ia tidak bisa. Tanpa bertanya, Farhan malah menyimpulkan kalau Sarah sudah menikah dan melahirkan seorang anak dari laki-laki yang ada di samping mantan istrinya itu.
Namun, tak habis pikir kenapa namanya di ada di belakang nama anak mereka? Sebegitu cintanya kah Sarah padanya? pikirnya.
"Kedatanganku kemari mencari bi Ami," jawab Farhan tiba-tiba.
"Oh, Ibu ada di dalam. Saya panggil 'kan." Pandi pun kembali masuk.
Dan menyisakan Sarah dengan mantan suaminya. Mereka seakan tidak saling mengenal. Sarah yang memang ingin melupakan mantan suaminya pun tidak mengatakan apa pun tentang Putra.
"Sekalian aku mau mengambil kartu kredit yang kuberikan padamu, sepertinya rasa tanggung jawabku sudah tidak ada," ujar Farhan.
Sarah menatap wajah mantan suaminya. Tapi ia akan memberikan kartu itu kepada pemiliknya. "Tunggu sebentar, aku ambil." Sarah pergi ke kontrakan.
Pandangan Farhan terus mengekor. Keberadaan Pandi benar-benar menyimpulkan anak yang dilahirkan Sarah adalah anak mereka. Sarah tidak mungkin tidak mengatakannya kepadanya kalau anak itu memang anaknya.
Bukankah itu alasan untuk mereka rujuk? Farhan tahu betul, Sarah pasti mempertahankannya jika adanya anak dalam rumah tangganya, tapi pada kenyataannya?
Pada saat Sarah kembali, ternyata mantan suaminya sudah tidak ada. Farhan pergi dengan rasa kecewanya. Ia pikir Sarah masih setia kepadanya.
Farhan tidak bisa menerima kenyataan ini, ia langsung pulang kepenginapan ia mengmuk di dalam hotel.
"Sarah ...," teriaknya.
Namun, ia harus tetap menerima kenyataan bahwa ini jawaban kenapa Sarah menghilang. "Kamu bahagia tanpa aku Sarah," lirihnya.
Sedangkan Sarah, setelah pertemuan itu membuatnya malah menangis. Tumpah segala rasa sakit yang ditorehkan mantan suaminya. Bahkan ia tak menyapa keberadaan Putra, setidaknya ia bertanya tentang anak yang digendongnya.
"Kamu sudah tidak peduli lagi, Mas. Nadia wanita yang kamu cintai, aku bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengannya." Tangis Sarah pecah sambil memeluk anaknya.
***
Sepertinya, Farhan kembali ke Jakarta malam itu juga. Ia tidak bisa terus menerus memikirkan orang yang kini sudah punya kehidupan baru.
Begitu pun dengan Sarah, ia tetap melanjutkan kerja di pabrik garment itu. Bahkan mantan suaminya tidak tahu kalau ia bekerja mencari nafkah untuk anaknya di perusahaannya.
Lima tahun berlalu begitu cepat.
Sarah sudah mahir dalam menjalankan pekerjaannya. Setelah ia bertemu dengan mantan suaminya, Farhan tak pernah menginjakkan kakinya di cabang perusahaannya. Sesekali, Sarah melihat Bayu yang meninjau, bahkan lelaki itu pun tidak tahu akan keberadaan Sarah di sana.
Dan hari ini, Putra datang ke pabrik. Bocah lima tahun itu membawakan payung untuk Sarah, ibunya.
Dan kebetulan, untuk yang pertama kalinya, Farhan berkunjung. Sudah lama rasanya ia tidak ke perusahaan cabang. Cuaca hari ini nampak gerimis, Farhan melihat sosok anak kecil berdiri di depan pabrik. Hatinya tersentuh untuk menemui anak itu.
"Sedang apa di sini?" tanya Farhan pada anak berusia 5 tahun itu.
"Jemput mama, bawakan payung." Anak itu memperlihatkan payung yang dibawanya.
"Tunggu di pos satpam ya jangan di sini, sebentar lagi mamanya keluar." Farhan mengajak anak itu masuk ke dalam area pabrik. "Duduk di sini saja ya." Farhan menyentuh pipi anak itu.
Ia pun segera masuk ke dalam kantornya dan meninggal anak yang tidak diketahui namanya itu. Farhan datang karena ada acara soal kenaikan jabatan di sana, ada beberapa karyawan yang diangkat. Karena kegigihan dan keseriusan dalam bekerja membuatnya harus mengucapkan tanda terima kasih karena telah membantu perusahaan berkembang dengan pesat.
aku nie mula bersuami pun xpandai, suami yg ajarkan🤭🤣🤣