Bagaimana rasanya satu sekolah dengan pembunuh berantai? Ketakutan? Tentu nya perasaan itu yang selalu menghantui Shavinna Baron Maldives. Anak perempuan satu-satu nya dari keluarga mafia terkenal. Mungkin ini akan terdengar cukup aneh. Bagaimana bisa anak dari seorang mafia ketakutan dengan kasus pembunuhan anak SMA?
Bukan kah seharus nya ia sudah terbiasa dengan yang nama nya pembunuhan? Pasti begitu yang kalian semua pikirkan tentang Shavinna. Memang benar dia adalah anak dari seorang mafia, namun orang tua nya tak pernah ingin Shavinna tahu tentang mafia yang sebenarnya. Cukup Shavinna sendiri yang berfikir bagaimana mafia dari sudut pandang nya. Orang tua nya tak ingin anak mereka mengikuti jalan mereka nanti. Lalu bagaimana nya cara Shavinna menghadapi kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqiss.chedleon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LUPA INGATAN?
Sementara itu di markas besar
Sejak malam hari semua orang sibuk mempersiapkan semua hal untuk perawatan Glori. Amarah Mona dan Jovan berimbas ke seluruh anggota. Mereka kesal karena Glori tak kunjung sadar hingga pagi hari. Kata dokter mungkin Glori mengalami koma, namun seharusnya tidak memakan waktu yang lama. Mona menunggu di samping Glori sejak tadi malam. Ia selalu berdoa agar Glori cepat sadar. Bahkan Mona tak ada makan atau pun minum sejak malam. Begitu pula dengan Jovan yang hanya duduk di luar ruang perawatan. Ia tak tega melihat kondisi Glori yang sekarang. Menurut Jovan hidup ini terlalu jahat untuk Glori. Mengapa dua masalah berturut-turut harus menimpa Glori?
Mona akhirnya beranjak dari kursi nya setelah di paksa makan oleh semua rekan nya. Mona sadar Glori tak akan senang jika sampai ia sakit karena menemani Glori. Tapi Mona juga merasa bersalah pada Glori, seharus nya Mona saja yang mengalami kejadian ini. Glori saja rela tak makan demi menunggu Mona. Namun jika Mona tak kunjung makan atau pun istirahat, yang ada mereka berdua akan ter baring bersama di sana.
Setelah Mona keluar untuk membersih kan diri nya, Jovan langsung masuk dan melihat kondisi Glori. Ia terkejut melihat tangan mulus Glori sekarang penuh dengan luka bakar. Pasti Glori merasakan sakit yang luar biasa malam tadi.
“Kamu jadi kaya gini gara-gara perempuan itu. Tenang aja, dia ga akan mati dengan tenang Glori. Kamu cepat sadar ya? Shavinna sama Seanna pasti khawatir banget sama kamu. Maaf ya, aku ga pernah becus jagain kamu. Tapi kamu jangan marah lama-lama sama aku. Aku mohon sadar ya?” Gumam Jovan sambil mengelus rambut panjang Glori.
Jovan merasa sangat bersalah pada Glori. Jovan tidak memikirkan konsekuensi yang akan di terima nya karena mengabaikan Glori. Ia malah fokus ke hal lain yang hanya penting untuk diri nya. Jovan merasa diri nya sangat egois. Apa lagi nanti nya bukan hanya Jovan yang akan di hukum, namun semua teman-teman nya juga harus menderita. Hingga pagi ini orang tua Glori tak ada kabar apa pun. Tampak nya mereka terlalu sibuk sehingga belum mendapat kan kabar terbaru dari Glori. Mungkin markas besar akan menjadi lautan darah nanti nya karena amarah orang tua nya Glori.
Jovan jadi teringat dengan kejadian di masa lalu. Kejadian yang membuat Glori di larang keras kembali ke markas besar. Kejadian yang hampir membunuh Glori, masih teringat jelas di ingatan Jovan. Dan hal itu bisa terjadi karena keteledoran nya juga. Entah mengapa semua hal buruk yang terjadi pasti karena keteledoran Jovan. Padahal orang tua nya Glori sudah memberikan kepercayaan yang besar. Bahkan mereka berkali-kali menerima Jovan meski ia melakukan kesalahan.
Bagaimana bisa Jovan selalu gagal menjaga satu perempuan saja? Padahal ada banyak rekan atau pun orang baru yang di latih oleh nya. Terkadang Jovan juga kebingungan mengapa seluruh masalah selalu saja menghantui Glori. Seakan-akan bernapas pun Glori bisa terkena masalah. Apakah dunia ini yang tak adil atau memang takdir Glori yang buruk?
Semalam Jovan langsung mencari asal usul luka Glori itu. Dan ternyata ada seseorang yang menyelinap masuk ke kamar lalu menyebarkan silet di atas kasur Glori. Rekaman CCTV itu terlihat sangat aneh. Seakan-akan ada yang mengatur nya untuk berhenti di setiap pergerakan orang asing itu. Seperti rekaman itu menunjukan beberapa hal yang penting saja. Sisa nya pasti bug. Bahkan rekaman itu juga terpotong setelah Glori terluka. Tiba-tiba saja luka nya sudah di obati dan Glori langsung pergi keluar.
Ditambah lagi ada hal yang sangat mengganjal di pikiran Jovan. Dari mana Glori mendapat kan obat itu? Padahal tak ada perban atau obat apa pun di dalam kamar itu. Dan Glori tidak ada kelihatan keluar mencari kotak obat atau apa pun itu. Dari mana asal obat itu? Jovan sudah mengecek langsung dan ia tak menemukan obat atau pun perban di kamar itu. Tak mungkin kan Glori membawa obat itu keluar? Terasa sangat aneh dan tidak masuk akal. Bahkan wajah penyelinap itu blur di kamera CCTV, padahal ia jelas-jelas mengetahui keberadaan CCTV itu dan sempat melihat sebentar. Dari postur tubuh nya, Jovan yakin itu perempuan dan tampak tak asing bagi nya.
Awal nya Jovan mengira itu perempuan yang sama dengan yang menyelakai Glori barusan. Tapi ia bersumpah bahwa diri nya baru bertemu dengan Glori saat di ruang makan. Bahkan jika di pikir dengan akal sehat, bagaimana perempuan itu bisa naik ke kamar Glori yang berada di lantai paling atas? Perempuan itu memiliki kemampuan memanjat yang buruk. Jadi sudah pasti bukan dia pelaku nya. Di dalam pikiran Jovan ia berusaha keras mengingat siapa perempuan yang memiliki postur tubuh seperti itu. Karena perempuan itu terlihat sangat unik dan berbeda dari semua perempuan yang pernah di temui Jovan. Sangat berbeda seperti bukan dari dunia yang sama dengan mereka.
Jovan sudah menunggu cukup lama di sana. Namun Glori belum kunjung sadar juga. Karena Jovan belum beristirahat dari malam, ia akhirnya tertidur juga di sofa yang ada di dalam ruang perawatan itu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang sudah jam 12 siang, dan Mona kembali lagi ke ruang perawatan untuk menemani Glori.
Mona terkejut melihat Jovan yang ternyata tertidur di dalam sana. Ia ingin membangun kan Jovan, namun mengingat mereka sama-sama belum beristirahat jadi Mona membiarkan nya. Siapa sangka saat Mona baru terduduk di samping Glori, Glori sudah mulai sadar kan diri. Tanpa pikir panjang Mona langsung memanggil dokter untuk mengecek keadaan Glori. Jovan yang mendengar Mona berteriak langsung bangun dari tidur nya. Ia bergegas mengambil kan minum untuk Glori.
“Glori? Glori kamu denger aku kan?” sahut Jovan.
Kepala Glori terasa sangat sakit. Rasa nya seperti ribuan jarum telah menusuk kepala nya secara bersamaan. Badan nya terasa sangat lemas, di tambah tangan kanan nya yang terasa sangat perih karena terkena sup panas kemarin. Karena pandangan nya masih buram Glori tidak mengetahui siapa yang memanggil nama nya itu. Bahkan telinga nya berdengung sehingga tidak mengetahui suara siapa itu.
“Siapa?” tanya Glori sambil menyipitkan mata nya.
“Ini aku Jovan, Glori. Kamu inget aku kan?” tanya Jovan yang khawatir.
Namun tak ada balasan dari Glori yang terlihat kesakitan. Jovan yang melihat itu langsung berfikir kemana-mana. Ia kira Glori kehilangan ingatan nya sehingga tak mengenali Jovan. Padahal Glori tak kuat untuk berbicara lagi.
Akhirnya Mona kembali bersama dokter ke ruang perawatan itu. Dokter langsung menyuruh Jovan dan Mona menunggu di luar. Mona kebingungan mengapa raut wajah Jovan terlihat ketakutan. Bukan kah seharus nya ia senang karena Glori sudah sadar?
“Kamu kenapa sih?” tanya Mona yang penasaran.
“Gimana kalau Glori lupa ingatan?” mendengar jawaban Jovan membuat Mona terkejut.
“HAH? Ga, ga mungkin lah. Ga usah lebay kaya gitu, ah. Ga, ga mungkin,” ucap Mona yang berusaha meyakinkan diri nya sendiri.
“Tapi dia keliatan bingung pas liat aku,” tambah Jovan yang bertambah panik.
“Ga, ga mungin. Kita tunggu aja penjelasan dokter,” jelas Mona yang tampak ragu.