NovelToon NovelToon
Agent UnMasked

Agent UnMasked

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Roman-Angst Mafia
Popularitas:597
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.

Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.

“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.

“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”

“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.

Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”

Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.

Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Mencari Pengkhianat dari Kelompok

“Masuk cepat!” Tasya membuka pintu lebar-lebar dengan wajah tegang. “Aku sudah memastikan tidak ada yang mengikuti kalian.”

Aksara melangkah masuk dengan hati-hati, matanya mengamati sekeliling ruangan kecil yang tampak seperti apartemen sederhana. Aliyah mengikuti di belakangnya, masih terlihat kelelahan setelah perjalanan panjang yang penuh ketegangan.

“Kalian baik-baik saja?” Tasya bertanya sambil menutup pintu rapat dan mengunci beberapa gembok tambahan di atasnya.

“Untuk sekarang, ya,” jawab Aksara dingin. “Tapi aku butuh lebih dari sekadar tempat berlindung, Tasya.”

Tasya mengangkat alisnya, lalu berjalan ke arah meja kecil yang dipenuhi dokumen dan beberapa perangkat elektronik. “Aku tahu. Aku juga sudah menduga kau akan meminta sesuatu yang lebih.”

Aliyah hanya duduk di sofa kecil di sudut ruangan, mencoba menenangkan dirinya. Sementara itu, Tasya dan Aksara terlibat dalam percakapan serius.

“Sebenarnya, seberapa buruk situasinya?” tanya Aksara tanpa basa-basi.

Tasya menarik napas dalam sebelum menjawab. “Setelah kau menghilang, seluruh tim dalam mode siaga penuh. Mereka tidak hanya memburu seorang Aiden; mereka memburu pengkhianat yang dianggap sudah berbahaya bagi eksistensi kelompok.”

“Jadi mereka benar-benar ingin aku mati,” gumam Aksara sambil menatap tajam ke arah jendela kecil di sisi ruangan.

Tasya mengangguk pelan. “Dan kau tahu apa artinya ini, bukan? Seseorang dari dalam kelompok mengkhianatimu. Ada dalang di balik semua ini, dan aku yakin bukan hanya karena satu kesalahan kecil.”

“Siapa yang kau curigai?” Aksara bertanya sambil mendekat ke meja, tangannya menyentuh salah satu dokumen yang terbuka.

Tasya ragu sejenak sebelum menjawab, “Ada beberapa nama, tapi aku belum bisa memastikan. Satu hal yang pasti, mereka memiliki akses ke data penting dan tahu pergerakanmu sejak awal.”

“Kita perlu bukti,” kata Aksara tegas. “Aku tidak bisa bergerak tanpa mengetahui siapa musuh sebenarnya.”

Aliyah yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Jadi, apa langkah kita sekarang? Bersembunyi selamanya tidak akan menyelesaikan apa pun, kan?”

Aksara menoleh ke arahnya dan tersenyum tipis. “Tidak, kita tidak akan bersembunyi. Kita akan mencari pengkhianat itu dan membalikkannya.”

Tasya mengambil sebuah perangkat kecil dari meja dan menyerahkannya kepada Aksara. “Ini alat penyadap jarak jauh. Aku memodifikasinya sendiri. Jika kau bisa mendekati seseorang yang kau curigai, alat ini akan merekam semua percakapan mereka tanpa terdeteksi.”

Aksara menerima alat itu dan menyimpannya di saku. “Bagus. Kita mulai dari sini.”

Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan rencana, suara langkah kaki terdengar di luar pintu. Tasya memberi isyarat agar mereka diam.

“Jangan bergerak,” bisiknya pelan.

Langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintu. Napas mereka tertahan, menunggu apa yang akan terjadi. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, suara langkah itu menjauh.

Aliyah menghela napas lega. “Kukira mereka sudah menemukan kita.”

“Belum,” jawab Tasya. “Tapi itu artinya kita harus bergerak cepat. Waktu kita tidak banyak.”

Aksara mengangguk. “Kalau begitu, kita mulai malam ini.”

***

Setelah malam semakin larut, Aksara dan Tasya mulai merencanakan langkah selanjutnya. Mereka memutuskan untuk menyusup ke markas lama Aksara, mencari data yang bisa mengungkap dalang di balik pengkhianatan ini.

“Aliyah, kau tetap di sini,” kata Aksara sebelum keluar. “Ini terlalu berbahaya bagimu.”

“Tapi—”

“Aku janji akan kembali,” potong Aksara tegas. “Percayalah padaku.”

Aliyah akhirnya mengangguk meski dengan berat hati. “Hati-hati.”

Aksara dan Tasya pergi meninggalkan apartemen, siap menghadapi misi yang penuh risiko. Namun di balik kegelapan malam, bayang-bayang bahaya terus mengintai, seolah tidak membiarkan mereka lepas dari ancaman mematikan yang selalu mengintai di setiap langkah mereka.

Setelah memastikan keadaan aman, Tasya dan Aksara segera mengemasi barang-barang penting yang mereka perlukan. Tidak banyak yang bisa mereka bawa, hanya bEberapa dokumen, perangkat elektronik, dan persediaan makanan secukupnya. Tasya mengeluarkan sebuah peta lama yang telah usang dari dalam laci meja.

“Ini tempat yang biasa kita bahas dulu, ingat?” Tasya menunjuk sebuah titik terpencil di peta, jauh dari kota, di tengah hutan pegunungan yang tidak terjangkau sinyal apa pun. “Kalau kita ingin benar-benar tidak terlacak, hanya ada satu pilihan kita ke sini.”

Aksara mengamati peta itu dengan serius. “Kau yakin tempat ini masih aman? Tidak ada orang lain yang tahu?”

“Yakin. Tempat itu bahkan tidak tercatat di peta digital mana pun,” jawab Tasya yakin. “Hanya kita berdua yang tahu soal tempat ini.”

Setelah mendapatkan persetujuan dari Aksara, mereka segera bersiap. Aliyah menatap mereka dengan khawatir, namun tidak menghalangi.

“Berapa lama kalian akan pergi?” tanya Aliyah, suaranya bergetar.

“Tidak tahu,” jawab Aksara jujur. “Tapi aku akan kembali. Kau tetap di sini dan jaga dirimu baik-baik. Jangan keluar kecuali benar-benar perlu.”

Aliyah mengangguk pelan, meski jelas terlihat berat baginya untuk melepas kepergian Aksara. “Hati-hati di jalan.”

***

Perjalanan menuju tempat persembunyian itu memakan waktu hampir sehari penuh. Dengan menggunakan kendaraan off-road, mereka menembus hutan lebat dan jalan berbatu yang nyaris tidak bisa dilewati kendaraan biasa. Udara dingin pegunungan menusuk hingga ke tulang, membuat perjalanan semakin menantang.

“Sudah dekat,” kata Tasya ketika mereka mulai mendekati sebuah lembah kecil yang tersembunyi di balik bukit tinggi. Di sana, sebuah pondok tua berdiri di tengah pepohonan rimbun, tampak terisolasi dari dunia luar.

Setibanya di pondok itu, mereka segera memeriksa kondisi sekitar. Setelah memastikan semuanya aman, Aksara mulai menyiapkan perangkat yang ia bawa. Laptop hasil modifikasinya diaktifkan, dan meskipun tidak ada sinyal di tempat itu, ia sudah mengunduh data-data penting sebelumnya.

“Sekarang, kita mulai,” ujar Aksara serius. “Kita buat daftar nama, siapa saja yang mungkin terlibat.”

Tasya mengangguk, duduk di sampingnya sambil membuka catatan lamanya. “Aku sudah menduga beberapa orang, tapi kita perlu lebih banyak bukti.”

Mereka bekerja sepanjang malam, memeriksa setiap data, mencocokkan informasi, dan menyusun satu per satu kemungkinan. Waktu seolah berhenti di tempat itu, hanya suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin dingin yang menemani mereka.

“Kita tidak bisa gegabah,” kata Aksara setelah beberapa jam. “Mereka mungkin sudah tahu aku masih hidup, dan kita harus memastikan setiap langkah kita tepat.”

“Dan jika kita menemukan pengkhianat itu?” tanya Tasya, menatap Aksara dengan penuh arti.

Aksara menatap tajam ke arah layar laptopnya, ekspresinya dingin dan penuh tekad. “Aku akan memastikan dia tidak punya kesempatan kedua untuk menghancurkan hidupku.”

Dengan suasana penuh ketegangan, dengan rencana besar yang mulai terbentuk di antara Aksara dan Tasya. Kini mereka bukan hanya sekadar bertahan hidup, tapi bersiap untuk membalas dendam pada mereka yang telah mengkhianati dan memburunya. Perjalanan panjang mereka baru saja dimulai, dengan segala risiko dan bahaya yang terus mengintai di setiap langkah mereka.

Bersambung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.

Terima kasih.

1
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Erik Andika: mampir di channel ku kak kalo berkenan juga
ziear: oke kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!