"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Me Time
“Gimana Ghina, ada apa kok sampai di panggil kepala sekolah.” Rika terlihat kepo tapi khawatir.
“Rika, hiks ... hiks.” Ghina langsung memeluk Rika yang sedari tadi menunggu dirinya di luar ruang kepala sekolah.
“Loh kok loe nangis?" Ditepuk tepuknya punggung Ghina.
“Hiksss ... hiksss ... gue dapat beasiswa di Universitas U Jogjakarta,Rika,” ucapnya sambil terisak.
“Masya Allah, beruntung banget loe Ghina, selamat ya, nyokap bokap loe pasti bahagia banget dengar kabar ini.”
“Pastinya Rika, akhirnya mimpi gue sebentar lagi jadi kenyataan.” Ghina mengurai pelukannya, lalu mengusap air matanya.
“Hari ini gue bahagia banget.” Dipeluknya map biru pemberian Pak Jaka, dengan senyuman yang merekah.
“Bagaimana untuk merayakan kelulusan kita, jalan jalan ke mall. Setuju gak,” ajak Rika.
“Bolehlah, yuklah gue kangen makan mie udon.”
“Lets go ... jalan jalan ke mall.”
🌹🌹
Sementara di hotel daerah Bandung.
Edward sudah mengenakan baju pengantin sunda, terlihat semakin tampan dengan tubuhnya yang gagah. Sekarang dia berdiri di depan cermin, memandang dirinya sendiri.
“Tuan Besar, maaf kata Ria ... non Ghina tidak ada di mansion. Dari pagi sudah pergi,” lapor Ferdi yang di minta Edward untuk menghubungi Ria, karena dia ingin bicara dengan Ghina.
“Siapa yang mengizinkan Ghina keluar dari mansion!” geram Edward dapat laporan tersebut.
“Telepon Denis sekarang juga, cari Ghina dan bawa kembali ke mansion!” titah Edward.
“Baik Tuan.”
“Berkali kali dia selalu pergi, dan sekarang tidak izin ke saya!” gumam Edward terlihat kesal.
“Pak Edward, acara sudah akan di mulai, mari kita ke ruang ballroom,” ucap salah satu karyawan wedding organizer.
Edward hari ini terlihat santai, tidak segugup saat pernikahan pertamanya dengan Ghina, mungkin karena sudah dapat pengalaman pertamanya.
Pernikahan yang kedua ini, Edward tidak di dampingi kedua orang tuanya dan kerabatnya, hanya di temani beberapa teman dekatnya. Dan yang pasti dia tidak memberitahu kepada kedua orang tuanya
Sekarang Edward sudah memasuki ruang ballroom dan duduk di tempat acara akad nikah yang akan berlangsung. Dari kejauhan sudah tampak calon pengantin wanita dengan memakai kebaya dan riasan pengantin sunda. Terlihat dari wajah sang calon pengantin wanita tersenyum merekah, sepertinya sangat bahagia hari ini.
Edward yang melihat kekasih hatinya, sesaat tak bergeming karena yang dia lihat adalah Ghina sang pengantin wanitanya, bukan kekasihnya. Buru buru Edward mengerjapkan kedua matanya untuk menghapus bayangan wajah Ghina.
Kenapa wajah Ghina yang terlihat!
Kiren terlihat cantik dan sexy dengan baju kebayanya, tapi entah kenapa Edward tidak terlalu terpana melihat, berbeda saat menikah dengan Ghina. Baru melangkah masuk ke ballroom, hati Edward sudah berdebar dan terpukau, seakan akan tersihir dengan wajah Ghina, hingga dia langsung menghampiri Ghina sangking tidak sabarnya.
Kiren tersenyum manis ketika telah duduk bersanding di samping Edward, acara akad nikah mereka segera di laksanakan.
“Saya terima nikah dan kawinnya Kiren Lestari binti Bowo Prasetyo dengan mas kawin uang tunai sebesar 50 juta di bayar tunai,” ucap Edward.
“Bagaimana, SAH!” ujar Pak Penghulu.
“SAH!"
“SAH!"
“Alhamdulillah.”
Air mata bahagia keluar dari ujung mata Kiren, di tatapnya kekasihnya yang sekarang resmi berganti status menjadi suaminya.
Edward hanya bisa tersenyum tipis saat Kiren memandangnya.
🌹🌹
Ghina dan Rika sudah berada di Mall TA, dengan hati riang mereka menuju restoran yang menjual mie udon.
Saliva Ghina sudah mulai ngeces melihat pesanannya udon kuah kare daging beserta cemilan lainnya begitu juga Rika.
“Selamat makan!” ucap mereka serempak.
“Aaah, nikmat banget,” ujar Ghina, sambil menyeruput kuah kare dagingnya yang telah di tambah beberapa sendok sambal.
“Sumpah emang enak banget, gak ketulungan rasanya,” balas Rika.
“Mmmmm ...,” gumam Ghina masih menikmati makan siangnya.
“Ghin, loe pergi pamit gak ama suami loe?”
“Gak, buat apa gue pamit gak ada gunanya. Lagian gue bukan istri dia sesungguhnya.”
“Iya sih gue tahu perkara loe berdua.”
“Hari ini Om Edward menikah dengan mbak Kiren.”
“Astaga, secepat itu Ghina. Baru kemaren loe berdua nikah. Dan hari ini suami loe nikah lagi. Aje gile hebat laki loe!”
“Ya begitulah sesuai rencananya, sejak awal menerima perjodohan ini."
“Terus sekarang loe punya rencana apa?”
“Yang jelas gue mau mengurus beasiswa ini, tidak akan gue sia sia kan. Lagi pula pernikahan gue sama Om Edward hanya sementara. Setelah dia menikah dengan kekasihnya, berarti tugas gue sebagai tumbal sudah selesai!”
“Berarti loe akan cerai sama Om Edward?”
“Ya seperti itu, gue kan terpaksa menikah dengan Om Edward!”
“Siap jadi janda muda dong!”
“Ya ... mau gak mau,” jawab melas Ghina.
Hati kecilnya tidak rela mempermainkan pernikahan, terlebih lagi sudah sah dalam agama dan negara.
Tapi apa daya Edward sudah memulai mempermainkan pernikahan mereka berdua, hanya sebagai tumbal untuk memuluskan rencananya.
“Kalau loe, jadi mau lanjut kuliah di mana?” tanya Ghina.
“Insya Allah gue lanjut kuliah di Jogja, semoga aja gue lulus di terima di universitas U.”
“Amin semoga lulus, biar gue ada temennya di sana.”
“Doaiin ya ...."
“OKE ... pasti gue doaiin.”
Dertt ... Derrtt
Handphone Ghina yang berada di atas meja berdering, Ghina meliriknya
Ria Calling
“Hallo Non Ghina."
“Iya Mbak Ria, ada apa ya?” Ghina heran kok mbak Ria meneleponnya.
“Begini non, mas Denis mau jemput Non Ghina di suruh Tuan Besar. Sekarang Non Ghina ada di mana?”
“Mbak Ria mohon maaf, saya masih ada urusan. Nanti saya pulang sendiri, tidak perlu di jemput.”
“Aduh Non, Mbak gak berani ... nanti Mbak sama mas Denis kena amukkan Tuan Besar."
“Jangan khawatir Mbak Ria, nanti saya yang menghadapi Om Edward.”
“Baik Non, kalau begitu.”
Ghina memutuskan telepon dari Ria, sesaat dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 siang.
“Ck ... ngapain pakai nyuruh orang jemput gue!” ngedumel Ghina.
“Kenapa Ghin?”
“Om Edward nyuruh ajudannya jemput gue!”
“Wah itu perhatian tandanya Ghina.”
“Itu bukan sebuah perhatian, tapi mencekal ruang gerak gue. Takut gue melaporkan pernikahannya dengan Kiren ke Opa dan Oma.”
“Ada benarnya juga sih, tapi ya sudahlah loe gak usah pikirin.”
“Buat apa juga gue pikirin.”
“Abis makan, kita nonton yuk ... ada film baru,” ajak Rika.
“Ayuklah, kita happy happy ajalah hari ini,” balas Ghina.
Mereka kembali menyantap makan siang sampai habis.
🌹🌹
Jam 2 siang di hotel ...
Akad nikah dan resepsi pernikahan Edward dan Kiren telah selesai.
“Kiren, ayah bangga sama kamu, pintar memilih suami. Pria yang tampan dan tentunya kaya," ucap Pak Bowo.
“Iya dong Yah, Kiren gitu loh ... anak ayah yang cantik dan pinter,” puji diri sendiri.
“Duh ibu senang banget punya menantu lebih kaya dari kita. Ibu bisa pamer sama tetangga dan teman arisan ibu. Apalagi menantu ibu pemilik hotel bintang 5 ini,” ucap Bu Sari bahagia.
“Harus dong Bu, bangga sama menantu Ibu,” balas Kiren, wajahnya terlihat sangat bahagia.
bersambung....