NovelToon NovelToon
Aku? Jadi Suami Pengganti?

Aku? Jadi Suami Pengganti?

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nur dzakiyah

ig: nrz.kiya

Farel Aldebaran, cowok yang lebih suka hidup semaunya, tiba-tiba harus menggantikan posisi kakak kembarnya yang sudah meninggal untuk menikahi Yena Syakila Gunawan. Wanita yang sudah dijodohkan dengan kakaknya sejak bayi. Kalau ada yang bisa bikin Farel kaget dan bingung, ya inilah dia! Pernikahan yang enggak pernah dia inginkan, tapi terpaksa harus dijalani karena hukuman dari ayahnya.

Tapi, siapa sangka kalau pernikahan ini malah penuh dengan kekonyolan? Yuk, saksikan perjalanan mereka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5: Sebuah Perintah

Bi’ Nia tersenyum, lalu pergi meninggalkan mereka. Yena menutup pintu dan menoleh ke Farel yang masih berdiri dengan wajah seperti anak kecil yang dipaksa belajar matematika.

“Yen, gue capek. Lagian ngapain sih makan malam bareng? Gue kan udah kenyang.”

Yena menghela napas panjang. “Farel, lo sadar nggak? Ini pernikahan lo, dan lo harus tunjukkin kalau lo menghargai keluarga lo sendiri.”

“Pernikahan gue? Yen, lo lupa? Gue cuma backup! Gue di sini cuma karena tugas, bukan karena gue mau,” Farel menjawab sambil menunjuk dirinya sendiri dramatis.

“Ya udah, gue bilang aja ke ayah lo kalau ‘backup’-nya nggak mau ikut makan malam,” Yena menjawab santai, sambil memperbaiki rambut, hendak membuka pintu.

“Eh, eh, jangan gitu dong!” Farel langsung panik. “Ayah gue kan otoriter banget. Kalau gue nggak ikut, bisa-bisa kartu kredit gue yang jadi korban!”

Yena menahan tawa, menikmati kepanikan Farel. “Makanya, cepetan rapi'in baju lo. Jangan sampai ayah lo nunggu.”

Farel mendengus kesal, tapi akhirnya menyerah. Dia menatap dirinya di cermin, mencoba menata rambutnya yang berantakan. Tapi semakin dia mencoba, semakin parah hasilnya.

“Yen, rambut gue kenapa kayak singa habis kena hujan?” keluh Farel.

Yena menoleh, menatap Farel sambil tersenyum kecil. “Lo udah cakep kok, Farel. Gaya berantakan lo tuh sesuai banget sama kepribadian lo.”

Farel mendengus lagi, lalu menyisir rambutnya asal-asalan. “Ya udah, deh. Biarin aja.”

Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya keluar dari kamar menuju ruang makan. Farel berjalan dengan langkah malas, sementara Yena berjalan di sebelahnya dengan tenang.

“Yen, lo tau nggak, gue nggak ngerti kenapa keluarga gue ini selalu punya ide-ide aneh. Lo bayangin, gue dijadiin suami pengganti, sekarang disuruh makan malam kayak pernikahan ini nyata saja.”

Yena tersenyum kecil, lalu menjawab santai. “Farel, mungkin ini cara Tuhan buat ngajarin lo jadi lebih dewasa. Lo nggak bisa terus-terusan hidup semau lo.”

Farel mendadak berhenti berjalan, menatap Yena dengan tatapan horor. “Lo barusan ngomong kayak ayah gue, loh. Serem banget, Yen. Jangan-jangan lo sebenarnya sekongkol sama dia?”

Yena tertawa kecil sambil melanjutkan langkahnya.

“Farel, lo kebanyakan drama.”

Di ruang makan, keluarga sudah menunggu mereka. Pak Syaiful duduk di ujung meja dengan tatapan tegas seperti biasa. Farel menelan ludah, mencoba menenangkan diri.

“Semoga malam ini nggak ada ceramah,” gumam Farel pelan sebelum menarik kursi dan duduk di sebelah Yena.

Tapi melihat senyum kecil di wajah ayahnya, Farel tahu, malam itu tidak akan sesantai yang dia harapkan.

Ruang makan itu terasa sunyi. Hanya suara sendok dan garpu yang sesekali beradu dengan piring. Yena, dengan wajah tenang dan sikap penuh perhatian, menyiapkan makanan ke piring Farel.

“Ini, biar lo makan lebih banyak,” kata Yena sambil menaruh lauk tambahan di piring Farel.

Farel, yang masih berusaha terlihat angkuh meski kenyataannya sudah mulai lapar, melirik makanan di piringnya.

“Yena, gue udah gede. Gue bisa ambil sendiri, tau.”

Yena hanya tersenyum kecil. “Iya, tapi nggak salah kan kalau gue bantu? Bukannya lo suami gue sekarang?”

Farel terdiam, mendengus kecil. Dalam hatinya, dia tahu Yena benar, tapi mulutnya terlalu gengsi untuk mengakui.

Namun, suasana tenang itu langsung berubah ketika Pak Syaiful, yang duduk di ujung meja dengan sikap wibawanya, berdehem keras.

“Ehem.”

Farel, yang sedang menikmati makanan pertamanya, langsung terhenti. Tangan yang memegang sendok pun menggantung di udara. Jantungnya mulai berdegup lebih cepat. Dia menoleh perlahan ke arah ayahnya, yang sekarang menatapnya dengan ekspresi serius.

“Farel,” panggil Pak Syaiful. Suaranya berat dan penuh makna, seperti akan mengumumkan hukuman mati.

Farel menelan ludah, mencoba tersenyum kaku.

“Iya, Ayah?”

“Sekarang kamu sudah menikah,” kata Pak Syaiful dengan nada mantap.

“Ya... ya, Ayah,” jawab Farel sambil mengangguk kecil. Dalam hatinya, dia sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini.

“Jadi,” lanjut Pak Syaiful, “apa rencana kamu selanjutnya? Sebagai seorang suami, kamu harus mulai bekerja. Kamu tidak bisa terus hidup semaumu seperti anak kecil.”

Yena menoleh ke arah Farel dengan alis sedikit terangkat, seolah ikut menunggu jawaban suaminya.

Farel memasang senyum kaku. “Kerja? Maksud Ayah kerja di mana?”

“Di perusahaan keluarga, tentu saja,” jawab Pak Syaiful tanpa ragu. “Kamu harus mulai belajar tanggung jawab.”

Farel langsung bersandar di kursinya, mengangkat kedua tangannya seperti orang yang baru dituduh tanpa bukti. “Waduh, Ayah! Tunggu dulu. Ini kan terlalu cepat. Gue baru nikah tadi pagi, loh! Nggak bisa kasih gue waktu buat adaptasi dulu, gitu?”

Pak Syaiful tetap menatapnya dengan tenang. “Adaptasi? Kamu sudah cukup ‘adaptasi’ dengan hidup seenaknya selama ini.”

“Ayah, serius? Gue kan belum siap mental buat kerja. Lagian, ayah tau kan gue tuh orangnya kreatif. Gue butuh kebebasan!”

“Kebebasan?” Pak Syaiful mengulangi kata itu dengan nada datar.

“Ya, kebebasan. Tau kan, Ayah, gue punya jiwa seni. Kalau gue disuruh kerja di perusahaan, itu bakal bunuh kreativitas gue. Nanti gue malah jadi robot!” Farel menjelaskan dramatis sambil melambai-lambaikan tangannya.

Yena hanya bisa menahan tawa, berusaha tetap tenang. Namun, sudut bibirnya jelas menunjukkan bahwa dia menikmati pemandangan ini.

“Farel,” kata Pak Syaiful dengan nada tajam. “Cukup dengan alasan-alasanmu. Besok pagi, kamu mulai bekerja di perusahaan.”

“Ayah, nggak bisa! Gue kan baru aja... baru aja...” Farel berhenti sejenak, mencari alasan baru. “Baru aja... menikah! Gue butuh waktu buat jadi suami yang baik dulu!”

Pak Syaiful menyipitkan matanya, tatapan penuh kewibawaan yang langsung membuat Farel berkeringat dingin. “Farel, ini bukan negosiasi.”

“Negosiasi? Ayah, ini lebih ke arah ultimatum!” Farel mulai menunjuk ke arah piringnya dengan dramatis. “Ayah, tau nggak, makan malam gue ini udah kehilangan rasa gara-gara pembicaraan ini.”

“Farel, jangan lebay,” sela Yena akhirnya, sambil menahan tawa.

“Lebay? Yena, lo nggak ngerti. Gue ini korban!” Farel langsung menunjuk dirinya sendiri. “Korban sistem keluarga ini! Kenapa harus gue yang kerja? Kenapa nggak Bi’ Nia aja?”

“Farel!” bentak Pak Syaiful dengan nada tegas.

Farel langsung diam, menunduk seperti anak kecil yang baru saja dimarahi gurunya. Dia melirik Yena, berharap mendapatkan dukungan, tapi Yena hanya mengangkat bahunya dengan senyum kecil.

“Baik,” Farel akhirnya menyerah dengan napas berat. “Gue bakal ke perusahaan besok. Tapi jangan harap gue bakal pakai dasi!”

Pak Syaiful menggelengkan kepala, sementara Yena hanya bisa tertawa kecil di dalam hati, melihat betapa dramatis suaminya ini.

Setelah makan malam yang terasa lebih berat daripada makanan yang mereka santap, Farel dan Yena berjalan beriringan menaiki tangga menuju kamar pengantin. Namun, suasana yang seharusnya hening berubah karena gerutuan Farel yang tidak berhenti mengalir seperti keran bocor.

“Kenapa sih hidup gue begini amat? Gue tuh baru aja nikah, tapi Ayah udah bikin agenda kayak gue mau jadi presiden besok pagi,” Farel memulai keluhannya.

1
Angel Ine
semangat terus, ceritanya gak berhenti bikin ngakak, selalu mendukung karya k.thor
Angel Ine
Lanjut terus k.thor semangat dalam berkarya
Ana
Pokonya baca semua karya kakak, bisa jadi inspiratif yg baik, karya yg ini tema beda tapi tdk jauh banget dri ciri khas kakak,, ngakak abiss jg bacanya
El
Mampir lagi.. seperti biasa karya kakak luar biasa, apa lgi kali ini tema berbeda..
El
Bener" yee nih farelll...🤦🏻‍♀️😂
Ddek Aish
ada2 aja grup anak spesial. kirain anak disabilitas yang spesial taunya 😂😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: hahaha.. 🤣🥰
total 1 replies
Agnan
Kocak sih ini, keren.. keren..
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih kak, atas dukungannya dan komen positifnya🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
PuputMega Shelviana SuJanii
bahasanya kurang ngena thor, masa ank ngomong nya gue2 k ayahnya, giliran ayahnya jh bz sopan pakex saya
ᏦᎨᎽᎯ~: wajar sih kak, melihat sifat farel ya gtulah.. adapnya kurang🤣 jdi mon maap klw krng nyaman🙏🏻 tp terima kasih udh baca🫶🏻
total 1 replies
Ddek Aish
mampir lagi
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih ya kak, atas dukung setiap karyaku, bakal semakin semngt nihhh🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
Agnan
Haha Kocak si farel😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: beh gercep ya, tenkyu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!