Judul: The Fatalis
Nazzares, pemuda dengan mata merah yang dilahirkan untuk memburu raksha, memegang pedang abhiseka sebagai simbol takdirnya. Bersama istrinya, Kandita, yang telah bersamanya sejak usia 15 tahun, mereka menghadapi dunia yang penuh perang, pengkhianatan, dan rahasia yang tak terungkap. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang penuh kejutan dan plot twist yang mengubah segalanya.
The Fatalis adalah kisah aksi, intrik, dan pengorbanan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
akademi majapahit
"Maaf, anak muda, dari mana kau?" tanya seorang perajurit yang menjaga pintu gerbang dengan tatapan curiga.
"Maaf, tuan, saya dari desa Gousan," jawab Nazzares dengan sopan.
"Gousan?" Perajurit itu tampak bingung, mengingat desa itu sudah hancur satu tahun yang lalu.
"Siapa namamu? Jika ada pendatang, maka harus melewati pemeriksaan dulu," ucap perajurit dengan tegas, menjaga kewaspadaan.
"Namaku Nazzares Abhiseka," jawab Nazzares dengan tenang.
"Nazzares Abhiseka?" Perajurit itu terkejut. Dia mengenali nama itu dan menyadari bahwa bocah tampan dengan perawakan tinggi ini adalah murid dari salah satu Laksmana kerajaan, Laksamana Vitjendra.
"Baiklah, kau masuk saja," kata perajurit itu, akhirnya memberikan izin.
"Bagaimana dengan pemeriksaannya?" tanya Nazzares, sedikit heran dengan kelancaran proses masuknya.
"Tidak diperlukan, anak muda," jawab sang perajurit, tersenyum sedikit.
"Baiklah, tuan," jawab Nazzares dengan hormat.
Lalu, ia melanjutkan langkahnya memasuki pintu gerbang kerajaan sambil menarik kereta kuda dengan tangannya.
"Kak Zares!" terdengar suara seorang anak laki-laki dari kejauhan.
"Wah... Samsul, Ibu, Kakak!" teriak Nazzares, kaget dan bahagia melihat keluarganya.
kandhita yang mendengar langsung berlari keluar dan memeluk mereka dengan penuh haru. Semua rasa rindu dan kebahagiaan berkumpul dalam satu pelukan hangat.
dikediaman kakak jumanto..
Suasana bahagia tergambar di ruangan Kak Jumanto dan istrinya, Murtini, yang kini dikaruniai seorang putri berusia 10 bulan.
"Ayok sini, Falguni!" kandhita yang sedang bermain bersama keponakannya itu, dengan penuh kasih sayang.
"Maaf, Zares. Aku menamai dia Falguni," ucap Jumanto kepada Nazzares.
"Wah, Kakak, tidak apa-apa. Ibuku pasti senang mendengar itu," jawab Nazzares sambil tersenyum, merasa senang dengan nama yang dipilih oleh kakaknya.
"Sepertinya kedai milikmu sangat ramai, Kakak," tanya Nazzares, melihat keramaian di kedai.
"Ya, aku sangat bersyukur. Semua ini berkat resep masakan Ibu," jawab Jumanto, penuh rasa syukur.
"Kau akan ke akademi, bukan?" tanya Jumanto, sambil menatap Nazzares.
"Iya, tentu. Seminggu lagi aku dan istriku akan segera mendaftar," jawab Nazzares dengan penuh semangat.
"Untuk sementara waktu, tinggallah di sini," ucap Jumanto, memberikan tawaran dengan hangat.
"Baik, Kakak. Aku juga ingin mencari-cari tempat yang cocok untuk tinggal," jawab Nazzares.
"Baiklah, nikmati waktumu di sini," jawab Jumanto dengan senyum, merasa senang bisa menyambut keluarga dengan hangat.
keesokan harinya..
Di tengah kota yang ramai, dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang dan para Fatalis yang menunggangi hewan mistis, Trowulan tampak seperti kota dalam dongeng.
"Waaah, indah sekali tempat ini!" ujar kandhita, matanya berbinar-binar kagum melihat sekitar.
"Mau cari apa hari ini?" tanya Nazzares, menatap istrinya.
"Niat kita yang pertama, kan? Mencari tempat tinggal," jawab kandhita dengan senyuman.
"Ya, kau ingin sebuah penginapan atau rumah?" tanya kandhita memberi pilihan.
"Kau sendiri?" tanya Nazzares kembali, ingin tahu pendapat istrinya.
"Kalau aku sih penginnya rumah, soalnya lebih leluasa untuk belajar," jawab kandhita, memikirkan kenyamanan yang lebih.
"Baiklah, mungkin Guru Vitjendra bisa membantu kita," jawab Nazzares, mengingat seseorang yang bisa memberi mereka bantuan di kota ini.
Setelah menemukan rumah..
"Kuharap kalian akan cocok di rumah ini," tanya Guru Vitjendra dengan senyum hangat.
"Ini sudah lebih dari cukup, Guru," jawab Nazzares dengan penuh rasa syukur, sementara itu kandhita sedang membuat teh di belakang.
"Mungkin aku akan sedikit merubahnya. Rumah ini juga dilengkapi dengan ruangan bawah tanah. Majapahit memang mengagumkan, mereka seperti 100 tahun lebih maju dibandingkan kami, orang-orang desa," ujar Nazzares, terkesima dengan kemajuan yang ada di sekitarnya.
"Hahahaha, ya, aku pun berpikir seperti itu," jawab Guru Vitjendra, tertawa kecil, merasa sependapat.
"Tapi, bersiaplah. Dua hari lagi, kau akan masuk akademi," ujar Guru Vitjendra, mengingatkan dengan nada serius.
"Jangan terlalu puas dengan kekuatanmu saat ini. Diluar sana, masih banyak kekuatan yang belum pernah kau bayangkan"
"Baik guru, aku akan berusaha terus menjadi kuat dan kuat" jawab nazzares.
"Baiklah, tapi mungkin hubungan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku tidak boleh sering sering bertemu dengan mu" ucap sang guru.
"Aku sangat mengerti, kau pasti punya keterikatan yang tidak bisa dilanggar dikerajaan ini." Jawab nazzares.
"Ternyata kau sudah sedikit dewasa" jawab sang guru.
"Ya.. mungkin karena aku sekarang adalah seorang suami" jawab nazzares.
kandhita mengantarkan teh yang sangat harum. Dengan secangkir kayu yang sangat cantik itu membuat teh yang disuguhkan sangat menggoda.
"Silahkan guru" kandhita yang duduk disebelah suaminya.
"Aaaakkkhhh, ini enak sekali kandhita, segala makanan dan minuman jika kau yang membuatnya pasti enak" pujian dari sang guru.
"Aaahh kau berlebihan guru" sambil tersenyum kandhita menjawab.
"Melihatmu begitu cantik kandhita, berhati hatilah jika kau bertemu dengan putra mahkota" ucap sang guru.
"Kenapa guru" tanya kandhita.
"Bisa saja dia memintamu untuk menjadi selirnya. hahaha" jawab sang guru.
"Hahaha jika itu terjadi, aku akan langsung menghajarnya, dan aku tidak keberatan jika seluruh kerajaan ini akan menjadi musuhku" jawab zares.
"Uuuuu.. bagus sekali muridku kau terlihat menakutkan sekarang" jawab sang guru.
"Aku tidak akan berpaling darinya, aku juga ingin cepat cepat mengandung anaknya, kita sedang berusaha keras untuk itu" jawab kandhita.
"Setelah aku lama bersama Kalian. Aku merasa kalian sudah seperti anaku sendiri, jadi, cepatlah aku juga ingin menggendong cucu" ucap sang guru.
"Haha baiklah guru" jawab kandhita dengan senyum manisnya.
"Jadi kau masih akan melanjutkan masuk ke ilmu pengobatan? kandhita" tanya guru vitjendra.
"Entahlah, aku sudah mempelajari semuanya dari ayah ditambah buku yang diberikan guru juga semuanya sudah diajarkan oleh ayah abail." Jawab kandhita
"Waaww.. abail memang sangat hebat, baiklah mngkin, kau akan lebih cocok untuk ke ilmu sastra nuswantorra. Disana, kau akan belajar tentang ide, gagasan dan kebebasanmu dalam berpikir. Banyak pilihan jika kau berada disini, jangan sampai salah pilih ya.." ujar sang guru coba mengarahkan.
"Waaww guru itu hebat, namun, aku lebih ingin belajar ilmu sperti perhitungan, setelah aku membaca buku buku yang kau berikan" jawab kandhita.
"Itu ilmu tersulit, bahkan, sangat sedikit yang bisa lolos dari tes masuknya, mmmm.. kau yakin" tanya sang guru.
"Iya guru, aku sudah mempersiapkannya selama 2 tahun ini" dengan muka yakin kandhita menjawab.
"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi, aku ingatkan padamu! Tidak seperti devisi Fatalis. jika kau seorang Fatalis, kau akan otomatis diterima. Karena, seorang Fatalis itu sendiri adalah talent. dan talent, selalu dicari serta dibutuhkan. Sebaliknya Jika sepertimu, kau itu mencari talent, bukan dicari. Kau membutuhkan talent, bukan dibutuhkan. Setelah kau mencari dan belajar untuk bertalenta. Maka, kau akan menjadi seorang bertalenta yang dicari dan dibutuhkan. Mmmm, Hanya itu yang bisa ku sampaikan jika aku seorang ayah.." jawab panjang lebar dari dang guru.
"Terimakasih banyak ayah. Kata katamu tadi akan ku ingat seumur hidupku" ucap kandhita.
"Apa kau bilang" tanya kembali guru vitjendra.
"Terimakasih ayah" jawab lagi kandhita yang tersenyum manis.
Dengan mata yang berair guru vitjendra menahan tangis "kata kata bodoh macam apa itu, haaaaa, kau pikir aku akan menangis" sambil menangis guru vitjendra menjawab.
kandhita dan nazzares hanya bisa tersenyum melihat gurunya meminum teh lalu menangis lagi "enaak putriku haaaaaa..." ;(
Malam berlalu, guru vitjendra pun lekas pergi dari rumah muridnya itu.
Dua hari kemudian penerimaan pelajar baru dari semua devisi telah dibuka dipagi yang cerah nazzares dan kandhita bersiap.
"Istriku, baru pertama kali aku melihatmu memakai celana, karena terbiasa melihatmu menggunakan balutan kain. Celana yang kemarin kita beli seperti sangat cocok untukmu" ucap nazzares.
"Iya ini juga saran dari guru untuk melepaskan kebiasaan berapakaian lamaku. Nanti jika aku diterima juga pihak akademi akan memberikan seragam bukan?" Jawab kandhita.
"Baiklah ayok berangkat" ucap sang suami.
"Baik ayok sayang" jawab sang istri.
Mereka pun berpamitan dengan keluarga dan meminta restu.
"Dadah kakak, semoga berhasil" teriak samsul sampai kakaknya tak terlihat di persimpangan jalan.
"Mau terbang?" Jawab nazzares
"Mm. Ya tapi, pelan saja yah ini masih pagi banget kok" jawab kandhita
"Okey istriku"
setelah sampai diatas akedemi majapahit..
"Sayang lihatlah bangunan nya besar sekali seperti sebuah gunung" ucap kandhita yang terheran heran dengan pemandangan dibawahnya.
"iya tapi lihatlah, semua orang orang yang mengantri ini sangat banyak tapi masih terlihat longgar" jawab zares melihat begitu banyak remaja dari semua ras untuk mengikuti pendaftaran.
"Baiklah aku akan mengantarmu dulu ke tempat yang akan kau ikuti" ucap zares.
"Terimakasih suamiku. Emuachh" jawab kandhita lalu mencium pipi suaminya.
Nazzares mengantarkan istrinya ke gerbang ke sembilan. "Baiklah pulang nanti kita bertemu di gerbang utama okey" ucap nazzares.
"Baik lah sayang" jawab kandhita. Zares mencium kening kandhita. "Bekerja keraslah" lalu pergi ke barisan devisi fatalis.
Diketahui akademi akademi majapahit adalah sistem pendidikan yang sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Sudah banyak pemabruan yang terjadi dalam beberapa dekade. Dan akhirnya dibagi menjadi 9 devisi akademi.
Dan pembagian devisi nya adalah
Arsitektur
Sastra
Ilmu pengobatan (medis)
Ilmu maritim
Teknik perahu
Pasukan Militer (prajurit)
Fatalis
Ahli senjata
Sains (teknologi)
Mereka bersatu padu untuk memajukan kerajaan majapahit di tanah nuswantorra dan dunia.
Bersambung..
yuk mampir juga dinovelku jika berkenan