milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Audrey
“Bukan dia kan ? “
Audrey baru menyadari jika kedua putrinya bersama orang terkaya di negaranya. Namun, saat melihat keberadaan Chandra jantung Audrey berdegup kencang.
Mami Cellia yang melihat Audrey tersenyun ramah, “ mereka putrimu ? “
Audrey mengangguk, “ iya nyonya”
“Mereka sangat lucu, apalagi terlahir kembar” kata Mami Cellia. Audrey hanya bisa tersenyum, dalam hatinya dia takut mereka akan mengetahui keberadaan kedua putrinya.
“Eh, sini. Gabung sama kami ! “ ucap Mami Cellia menepuk tempat kosong di sebelah.
“Terima kasih, nyonya. Maaf nyonya, saya dan anak-anak akan pulang” tolak Audrey halus.
Wajah Mami Cellia menjadi murung, melihat itu Audrey menjadi tidak enak. Alana yang paling peka segera menghampiri Mami Cellia.
“Janan sedih, oma. lumah na Ana nda jauh kok dali sini, iyakan mommy ? “ seru Alana kepada Mami Cellia.
Audrey mengangguk. “ cuma empat puluh menit dali sini, nanti oma datang ke lumah ya. Alana cuguhin setelemos es lilin untuk oma, “
“Tau dali mana empat puluh menit, jentong? “ tanya Azalea bingung.
“Dali onti Tik Tik ail hujan, “ sahut Alana santai.
Lalu tatapannya kembali melihat wajah Mami Cellia yang masih terlihat muda, tidak ada goresan keriput yang menghiasi wajahnya.
“Nomol oma mana, nanti Ana cellok ya bial oma main ke lumah Ana, “ bisik Ana ditelinga Mami Cellia.
“Di jamin belum dua puluh detik Ana Cellok, “ lanjutnya membuat Mami Cellia terkekeh.
Mami Cellia memberikan kartu namanya kepada Alana dan menyelipkan beberapa lembar uang merah di tangan Alana lalu memanggil Azalea untuk mendekatinya. Tak hanya Alana, Azalea juga mendapatkan jackpot membuatnya senang, tak lupa keduanya berterima kasih.
Audrey tak bisa berbuat apa-apa, antara takut dan khawatir yang menghantuinya. Dia berharap mereka tidak mencurigai tentang kedua putri kembarnya. Chandra sedari tadi tak lepas melihat Audrey, dia seperti pernah bertemu tapi entah dimana.
Hingga suara Papi Cakro terdengar membuat Chandra mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
“Ana , Lea, ayo pamit dulu. Kita pulang sekarang ya, Onti Tika sepertinya sudah menunggu kita di mobil ! “ seru Audrey cepat.
Dia tidak ingin berlama-lama dengan keluarga itu sehingga memutuskan untuk segera pergi dari hadapan mereka.
“Omaaa Celia, Opaaa Cakelo, Om Lafal, Om Candela Ana sama Lea pamit pulang, “
“Baiklah hati-hati, jangan lupa call oma oke” ujar Mami Cellia menggunakan jarinya sebagai telepon.
“Siap oma, “
Setelah kepergian Audrey dengan kedua putri kembarnya, Mami Cellia segera menatap putranya dengan penuh selidik.
“Ngapain liat mommy nya si kembar ? Naksir kamu ? Awas, sudah punya suami. Jangan jadi pembinor ! “
“Mami, apa-apaan sih ! “ ucap Chandra kesal.
“Papi merasa familiar dengan wanita tadi, dia mirip siapa ya”
“Mirip ? Papi kenal ? “ tanya Mami Cellia penasaran.
“Nggak tahu, “ jawab Papi Cakro membuat istrinya langsung menabok punggungnya dengan kuat.
Sementara itu, Tika baru saja selesai membereskan tempat piknik mereka dan segera berjalan menuju parkiran mobil dimana Audrey dan keponakan kembarnya menunggu.
Tika dibuat kesal dengan ucapan Audrey yang mana dia tidak mengatakan alasan mengapa mereka harus pulang padahal belum lama mereka berada disana. Namun, Tika menghargai keputusan Audrey walau dia sebenarnya tidak tahu.
*
*
*
*
“Kenapa buru-buru pulang ? “ tanya Tika saat mereka telah tiba di rumah.
Audrey menghela nafas. Dia menatap sahabatnya yang sangat penasaran.
“Gue takut, Tik. “
“Takut kenapa ? “
“Gue takut mereka bakal tahu jika Ana dan Lea adalah keturunan mereka, “
“Mereka siapa ? “ tanya Tika yang belum paham sama sekali.
Audrey mulai menceritakan pertemuannya dengan Chandra, pria yang dia tolong dengan polos. Pria yang membuatnya kehilangan mahkotanya karena kepolosannya sendiri. Saat sedang bercerita tiba-tiba saja, Alana datang menghampiri Audrey untuk meminjamkan ponselnya.
Audrey mengira jika Alana ingin menonton film seperti biasa, jadilah dia memberikan ipad miliknya kepada sang putri. Alana tentu saja senang pinjam yang kecil dikasih yang layar lebar.
Melihat kepergian putrinya, Audrey kembali mengobrol dengan Tika. Sementara itu, Alana dan Azalea sudah duduk tenang di atas kasur. Ipad di hadapan keduanya telah menyala dan menampilkan gambar nomor panggilan.
Azalea memegang sebuah kartu yang memiliki nomor telepon, dan mendiktekan nomor tersebut agar Alana bisa menekan tombolnya.
“Dua puluh, dua dua. Dah, tekan tombol hijau nya Ana. Langsung telepon oma, cepat ! “ seru Azalea.
“Bentalllllll, simpan dulu nomol nya ! “ greget Alana.
Azalea menggaruk pelipisnya, dia mengangguk paham. “ simpannya gimana ? Ini bahasa planet semua, “ kata Alana bingung.
“Kall (Call) apa ini ? Contak (Contact) ? Cape (save) ini apa altinya Lea ? Ana nda ngelti bahasa planet. Cucah nyaaaa !! “ keluh Alana yang tidak mengerti bahasa inggris.
“Lea juga sama nda ngelti, “ cicit Azalea.
“Telus gimana dong ? “ Kedua bocah itu saling berpikir. Melupakan lembaran uang merah yang sudah mengintip untuk keluar.
*
*
*
*
Seorang wanita cantik sedang menatap wajahnya di depan cermin. Sesekali meraba wajahnya yang mulus bersih dari noda bekas. Bulu matanya yang lentik memberikan kesan untuk kedua matanya.
Bibirnya dipoles lipstik berwarna merah menyala. Tak ketinggalan senyumnya yang merekah tak terhenti.
“Malam ini akan ku buatkan kejutan yang sangat indah. Tak akan ku biarkan mereka bertemu, apalagi ternyata wanita itu melahirkan anak-anak yang cantik, “ ucapnya mengingat orang suruhannya memberi kabar yang mengejutkan membuat dia harus kembali ke tanah air setelah lima tahun menetap di luar negeri karena rencananya yang sia-sia.
“Sahabatku yang bodoh itu, bahkan seperti orang gila. Menyukai priaku, tapi tidak bisa mendapatkannya, “
“Sayang sekali, “ ungkapnya.
“ Kamu yakin mau mendatangi mantan kekasihmu itu ? “ tanya seorang pria kepada wanita yang masih duduk dihadapan cermin.
“Kenapa ? Apa kamu cemburu ? “ tanya wanita itu.
Pria tampan itu menggeleng, “ tentu saja tidak. Aku tahu kau mencintaiku, “
Wanita itu tersenyum. Dia berdiri dan membalikan tubuhnya menghadap sosok pria tampan yang merupakan kekasihnya saat dia masih memiliki hubungan dengan Chandra.
Kedua tangannya, dikalungkan ke leher kekasihnya. Wajah cantiknya yang sangat mempesona membuat pria dihadapannya jatuh hati. “ Aku hanya ingin melihatnya terluka, “
“Kenapa ? Bagaimanapun juga dia adikmu, “
“Adik angkat bukan adik kandungku ! “ tegasnya.
“Kenapa kamu begitu dendam padanya, sayang? Apa mengusirnya dari rumah kedua orang tuamu belum cukup membuatnya menderita ? Hmm ? “
“Bahkan dia harus bekerja part time untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, “
Wanita itu diam. Mengingat bagaimana perlakuan kedua orang tuanya membuat wanita cantik itu iri dan dengki. Kehidupannya bersama adiknya dulu sangat bahagia dimana dia sangat menyayangi adiknya seperti adik kandungnya sendiri.
Namun, semakin lama semakin membuatnya iri saat bunda nya memberikan kasih sayang berlimpah kepada adiknya. Rasa irinya tumbuh dan membuatnya menjadi tak terkendalikan, berbagai cara yang dia lakukan untuk mengusir adik angkatnya dan kedua orang tuanya membencinya. Hingga pada malam saat ulang tahun bundanya, disaat itulah rencananya berhasil mengusir adiknya dengan lancar tanpa hambatan.
“Mungkin jika bunda dan ayah tidak pilih kasih , kamu masih bersama kami Audrey.. Dan aku tidak akan sejahat ini padamu..“