1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Di mana ini?" Mariam menatap sekeliling ruangan.
Kamar tidur yang didominasi warna coklat dan lampu kuning pada langit-langit tersebut menciptakan kesan mewah nan klasik. Sangat maskulin. Jelas ini kamar cowok.
Tapi kamar siapa? Mariam tidak pernah menginjakan kaki di kamar ini sebelumnya.
"Sudah bangun? Cepat cuci mukamu dan sarapan." lalu pandangannya jatuh ke Garra yang nongol dari luar pintu kamar. Pria itu sudah rapi. Tangannya setia di dalam saku celana sambil memandangi Marian. Mata Mariam melebar tapi hanya sepersekian detik, karena setelah itu ia langsung berubah senang.
"Garra, jadi ini kamar kamu? Wah ... mimpi apa aku semalam! Astaga, aku ada di rumah laki-laki masa depanku. Ini benar-benar bukan mimpi?" serunya heboh. Seperti biasa, kalau tidak heboh dan dramatis, bukan Mariam namanya.
"Jangan terlalu heboh, aku tunggu di meja makan." ujar Garra datar. Padahal dari tadi ia terus menahan tawanya.
"Tunggu, kok aku bisa ada di sini? Semalam kan aku di restoran bersama Cinta dan teman-teman SMA." kata Mariam lagi jadi heran.
Langkah Garra terhenti. Ia berbalik kemudian melangkah masuk ke dalam mendekati perempuan itu. Kedua tangannya terlipat di dada.
"Semalam waktu aku telpon, kau mabuk berat, lalu aku menjemputmu di restoran. Sengaja membawamu ke sini karena tidak ingin mamamu mengomel sepanjang malam, tidak baik untuk kesehatannya." pria itu menjelaskan panjang lebar.
Mereka saling bertatap-tatapan. Lalu Mariam mengerucutkan bibirnya. Oh jadi begitu. Dia pikir Garra sengaja membawanya ke sini karena ingin merawat dia yang sedang mabuk berat.
"Tapi nggak terjadi apa-apa kan semalam? Sebenarnya terjadi juga nggak apa-apa sih, aku malah suka. Tapi kalau melakukannya aku harus sadar." kata Mariam blak-blakan. Tak ada rasa malunya. Tentu karena dia adalah Mariam, Garra tidak akan heran lagi.
"Kamu nggak ngapa-ngapain aku kan semalam?" tanya Mariam lagi dengan menyilangkan kedua tangan di dadanya sambil mendongak ke Garra dengan sorot mata curiga.
Garra tercengang. Bukan dirinya yang melakukan apa-apa, tapi sebaliknya.
"Coba kau ingat-ingat lagi. Menurutmu apa yang terjadi semalam?" balas pria itu. Mariam berpikir keras. Apa ya? Ia melihat penampilannya masih utuh, selangkangannya pun tidak sakit. Kan kalau baru pertama kali melakukannya katanya akan perih. Ngilunya akan terasa sampai pagi hari. Berarti memang tidak terjadi apa-apa antara mereka. Ia sama sekali tidak ingat. Hal terakhir yang dia ingat semalam adalah dirinya di paksa minum minuman pahit yang rasanya sangat tidak enak.
"Aman, aku memang nggak ingat apa-apa. Tapi aku tahu nggak ada yang terjadi." ucap Mariam akhirnya sembari tersenyum lebar ke Garra. Lelaki itu jadi gemas sendiri melihatnya.
Dalam hati kecilnya dia ingin Mariam mengingat apa yang sudah gadis itu perbuat semalam. Enak saja sudah bikin dia sampai orgasme hebat tapi tidak ingat apa-apa, namun di lain sisi Garra pasrah saja.
"Cepat cuci muka sana," katanya kemudian.
"Siap bos!" Mariam duduk tegak dan sengaja hormat ke laki-laki itu, sebelum akhirnya ia masuk ke kamar mandi yang ada dalam kamar tersebut. Garra menggeleng-geleng kepala. Ingatan tentang kejadian semalam kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Namun hanya sebentar, karena ia keluar kamar sesudahnya.
_________________
"Kau ingat apa saja yang dilakukan teman-temanmu semalam selain minum-minum, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?" tanya Garra menatap lurus ke Mariam yang asyik mengunyah roti. Gadis itu mengangkat wajah menatap Garra.
"Mm, nggak tahu. Aku nggak perhatikan. Kan baru sampe aku udah dipaksa minum." balasnya. Rahang Garra mengetat. Brengsek. Kenapa Mariam bergaul dengan orang-orang seperti itu. Ia tidak peduli kalau itu orang lain, tapi kalau Mariam, Garra tidak suka gadis itu minum-minum. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dan dia tidak ada di sisinya?
"Dengar, jangan bergaul dengan mereka lagi. Jauhi teman-temanmu yang suka minum-minum dan pesta miras. Orang-orang seperti itu bisa menjebakmu dan memberimu pengaruh buruk." ujar Garra tegas. Dia pernah mendapati kasus yang begitu. Dan ia takut kalau-kalau hal yang sama menimpa Mariam.
Mariam menatapnya lama, kemudian menampakan senyuman paling lebar.
"Cieee, cieee ... Ada yang mulai peduli nieee ... Ayo ngaku, kamu sebenarnya suka aku kan? Cieee ...." godanya senang.
Garra berdeham salah tingkah. Mariam ini paling bisa membuatnya kehabisan kata-kata. Tapi dia tidak boleh kalah, masa iya seorang Garra yang terkenal sangat dingin kalah sama perempuan bar-bar ini. Dia harus tetap terlihat berwibawa.
"Aku hanya mencoba menjauhkanmu dari orang-orang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai kau terjebak. Sudah kubilang kan jangan terlalu berpikir berlebihan." elaknya. Mariam menyipitkan matanya menatap pria itu. Dalam hati ia tertawa. Mau coba mengelak? Coba saja. Ujung-ujungnya pria itu pasti akan jatuh ke dalam pelukannya.
"Garra, apa sebelumnya kamu pernah pacaran?" Mariam bertanya kemudian. Ia penasaran. Pria itu menggeleng.
"Sama dong, aku juga. Eh lupa, pernah pacaran sekali." Garra langsung menatap gadis itu. Ada rasa tidak rela dalam hatinya mendengar Mariam pernah pacaran.
"Siapa?" tanpa sadar ia bertanya.
"Ada deh. Aku bilang juga kamu nggak kenal. Kok kamu nanya? Kepo ya? Kan kamu nggak suka aku, nggak mau pacaran padahal sudah aku kejar sepenuh jiwa dan raga. Kenapa malah kepo?" alis Mariam naik turun. Berhasil. Sepertinya pria itu termakan pancingannya.
"Dia mantan pacar aku yang paling baik, paling lembut, paling suka manjain aku, paling pinter dan ..."
"Sudah habis makan? Cepat berdiri. Aku antar kamu pulang sekarang." potong Garra cepat. Ia merasa sedikit cemburu mendengar Mariam memuji laki-laki lain di depannya.
"Kenapa? Aku kan masih pengen ngobrol, pengen curhat tentang masa lalu aku sama calon ..."
"Aku harus kerja Mariam. Cepatlah." potong Garra lagi. Mariam berubah manyun. Dasar laki-laki kulkas. Terpaksa dia berdiri karena Garra sudah berjalan ke pintu keluar.
"Bisa nggak kamu ganti password apartemen kamu jadi tanggal ulang tahun aku? Biar nanti aku gampang masuknya. Apartemen kamu sangat nyaman, apalagi kamar kamu. Jadi pengen tidur di sini terus." ucap Mariam melihat Garra menutup pintu.
Ya ampun, nggak ada habis-habisnya ini perempuan. Garra menoyor kepalanya.
"Jangan mimpi." katanya.
"Cih." Mariam berdecih. Ia mengikuti langkah Garra dari belakang sambil mencak-mencak sendiri. Ia tidak sadar Garra sedang mengulum senyum di depan sana.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh