WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Sauza Kecebur Kolam Renang
Tangan Sauza menggapai-gapai ke permukaan, sedangkan kepalanya sudah tenggelam, ia benar-benar tidak bisa berenang, hal itulah dimanfaatkan oleh Mira untuk mencelakakannya.
Nafas Sauza sudah hampir hilang, yang ada dalam kepalanya hanyalah pasrah.
"Byurrrr."
Pada saat nafas Sauza hampir habis, tubuhnya sudah ada yang mengangkat oleh sepasang tangan kekar.
"Nyonya Sauza tenggelam," teriakan beberapa pelayan terdengar dan sampai ke kolam renang. Rupanya kejadian Sauza kecebur kolam renang sudah diketahui para pelayan. Mereka turut panik karena merasa was-was takut terjadi apa-apa terhadap nyonyanya.
Sebagian pelayan sudah berada di sana, tubuh Sauza sudah diangkat dan dibaringkan Bima di atas permukaan kolam renang. Bima berusaha menghentak dada Sauza dengan pelan supaya air yang tadi masuk, keluar lewat mulutnya. Air tiba-tiba keluar dari mulut Sauza. Akan tetapi Sauza masih tidak sadarkan diri.
"Bagaimana ini?" Pelayan satu sama lain saling tatap bingung harus melakukan siapa.
"Bi Sumi, segera panggil Tuan Kendra, sepertinya Tuan sedang tidur siang. Dia tidak mendengar ada kejadian di kolam renang," titah Bi Ijum seraya melangkah menuju dapur untuk membuat ramuan jamu untuk diminumkan pada Sauza apabila Sauza sudah siuman.
"Za, bangun, Za. Kamu harus tetap hidup. Aku masih mencintaimu, Za," gumam Bima penuh harap. Bima masih menggoyang tubuh Sauza yang belum sadar, lalu dengan inisiatif sendiri, Bima segera memberi nafas buatan lewat bibir Sauza dengan mulutnya.
"Ada apa dengan istriku, Bima?" sentak Pak Kendra seraya menghampiri Sauza yang sudah diberikan nafas buatan oleh Bima.
"Uhuk, uhuk, uhuk."
Tiba-tiba Sauza sudah sadar lalu terbatuk. Dari mulutnya keluar air kembali lumayan banyak.
"Sayang." Pak Kendra meraih Sauza dan menyingkirkan tangan Bima yang sejak tadi mengungkung tubuh Sauza.
Sauza tidak menyahut, nafasnya kini terengah setelah berhasil mengeluarkan banyak air dari mulutnya.
Tubuh Sauza diangkat Pak Kendra lalu dibawa ke dalam beranda rumah dan dibaringkan dengan betul di sana, sebab kondisi Sauza masih lemah.
"Kurang ajar, rupanya perempuan penggoda papaku itu belum mati. Huhhh, ini semua gara-gara Bima yang sok jadi pahlawan kesorean," rutuk Mira di balik tembok ruang tengah, begitu kesal, karena Sauza masih hidup.
Para Pelayan sudah menyiapkan minuman juga minyak-minyakan untuk Sauza supaya Sauza cepat sadar.
"Ini Tuan, air teh hangatnya juga minyak kayu putihnya," sodor Bi Sumi, lalu meletakkan gelas itu di samping Sauza.
"Sumi, tolong usapkan ke dekat hidungnya dan urut-urut ke sekujur badan," titah Pak Kendra. Sementara Pak Kendra segera memanggil seorang dokter untuk datang ke rumahnya, karena ia takut terjadi apa-apa terhadap Sauza.
"Uwek."
Sauza kembali memuntahkan air dari dalam mulutnya, dan sepertinya ini yang terakhir kalinya. Sauza mulai bangkit dan ingin bersandar.
"Tidak perlu panggil dokter, Mas. Aku hanya banyak menelan air kolam renang dan sesak nafas. Tapi, kini sudah baikan. Aku hanya ingin minum air hangat saja," ujarnya lirih seraya menyeka keringat di dahinya.
"Apakah kamu yakin, Sayang?" Pak Kendra mencoba meyakinkan kalau Sauza benar-benar tidak apa-apa.
"Za, yakin, Mas. Za hanya ingin minum teh hangat," ucapnya lagi.
"Ini air teh hangatnya, Nyonya," sodor Bi Sumi ke arah mulut Sauza. Karena kondisi Sauza masih lemas, Bi Sumi akhirnya membantu Sauza minum.
Pada akhirnya, atas permintaan Sauza, Pak Kendara membatalkan memanggil dokter. Beberapa saat kemudian kondisi Sauza sudah berangsur baik.
Bima lega melihat Sauza sudah berangsur baik. Bima sempat menyunggingkan senyum saat ingat kejadian tadi, dirinya memberikan nafas buatan sebelum Sauza benar-benar sadar. Bima merasa bersyukur, ia bisa merasakan kembali bibir manis mantan istrinya itu.
"Bima, kenapa kamu senyum-senyum sendiri seperti orang gila? Aku tahu, itu karena kamu sudah menikmati bibir mantan istrimu itu, kan? Ternyata kamu masih berharap terhadap perempuan gatal penggoda papaku," cetus Mira tiba-tiba seraya memasang muka kesal.
"Kalau iya kenapa? Aku memang masih mencintai Sauza dari dulu, aku tahu aku sangat bodoh, kenapa aku bisa tergoda oleh perempuan ular seperti kamu? Seandainya kamu tidak hadir dalam kehidupan kami, maka sampai saat ini aku dan Sauza masih bersama dan bahagia," tutur Bima penuh emosi.
"Sudah kuduga. Itulah kenapa dulu aku menggodamu, supaya kebahagian kalian rusak," dengusnya seraya berlalu.
"Mira, dasar kurang ajar," pekik Bima kesal dan kecewa pada Mira, tapi kini yang dirasakan Bima hanyalah rasa sesal, kenapa dirinya dulu tergoda oleh Mira dan menghancurkan rumah tangga yang sedang adem ayem.
***
"Sayang, sebetulnya tadi kejadiannya seperti apa? Kenapa kamu tiba-tiba terjatuh ke kolam renang dari roof top itu, apakah kamu terpeleset dan sengaja membuka pintu pagar roof top?" tanya Pak Kendra penasaran. Mereka saat ini masih berada di dalam kamar.
"Nanti, Za ceritakan setelah kita makan saja, mumpung ada Mira dan suaminya," tukas Sauza seraya berdiri.
"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita segera turun dan makan malam. Sepertinya Mira dan Bima sudah ada di meja makan," ajak Pak Kendra seraya meraih lengan Sauza lalu menggandengnya, sesekali diciumnya rambut wangi Sauza.
Tiba di meja makan, sudah ada Bima dan Mira di sana. Mira menatap penuh benci terhadap Sauza yang kini menuju meja makan dengan bergandengan tangan dengan papanya.
"Menyebalkan sekali si janda gatal ini," rutuk Mira sebal.
Sauza duduk di samping Pak Kendra seraya berniat mengambilkan piring untuk suaminya. Tapi, Pak Kendra sudah lebih dulu meraih piring lalu menuangkan nasi dan lauknya. Piring itu ia letak di depan Sauza. Semua mata menatap perlakuan Pak Kendra terhadap Sauza dengan tatap iri dan juga kesal.
"Kenapa Papa yang ambilkan, bukannya dia yang ambilkan untuk Papa?" protes Mira mendelik.
"Tidak masalah, istri papa baru saja baikan sehabis kecebur kolam renang," bela Pak Kendra berkilah. Mira mendumel.
Sauza tidak merespon apa-apa sindiran Mira, ia justru sedang menyiapkan beberapa kalimat setelah makan malam ini usai, untuk membongkar siapa sebenarnya Mira dan Bima di depan Pak Kendra.
Makan malam pun usai. Pak Kendra menyeru agar Mira dan Bima tidak beranjak dulu.
"Kalian jangan dulu beranjak, kita ini jarang berkumpul selain di meja makan ini. Kamu juga Mira dan kamu Bima, kemarin papa dan istri papa tunggu di ruang keluarga, tapi kalian tidak ada yang datang. Padahal kami ingin bercengkrama bersama anggota keluarga. Kapan lagi kita bisa berkumpul seperti ini?" singgung Pak Kendra masih menegang.
"Betul sekali apa yang dikatakan papa kalian. Kalian seperti menghindari aku Mira dan Bi~Bima, ya?"
Mira mendelik kesal melihat tingkah Sauza yang pura-pura sok tidak kenal dengan Bima.
"Ngomong-ngomong, bayi kalian itu kenapa tidak dibawa? Bukankah suamiku bilang saat akan menghadiri resepsi pernikahan kalian di Bandung, perut kamu sudah berisi? Lalu ke mana cucu tiriku itu, Mira? Aku juga merindukan celotehan anak kecil dan ingin mencoba menggendong anak kecil?" tanya Sauza membuat Mira dan Bima tersentak saat mendapat pertanyaan tidak diduga seperti itu.
"Bayi, bayi, dasar mandul," cibir Mira dalam hati.
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.