NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:914
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18_Napi

"Apaan sih, berisik," ucap Ainsley menarik bantal di bawah kepalanya itu dan meletakkan bantal tersebut di atas mukanya.

Suara sirine itu terganti dengan suara pengumuman "PENGUMUMAN. PENGUMUMAN. DIBERITAHUKAN SATU JAM DARI SEKARANG KEGIATAN AKAN BERLANGSUNG KEMBALI. DIHARAPKAN PARA PETUGAS SEGERA BERSIAP-SIAP." Setelahnya suara tersebut tergantikan kembali dengan suara sirene.

Mereka semua terbangun dari tidurnya kecuali Anz yang masih tiada pergerakan, tubuh tertutupi selimut dan muka tertutupi buku. Sedangkan rekan Anz yang lain sudah pada duduk, mengusap kepalanya pusing.

"Menyebalkan," ucap Felix bangun dan berdri mengambil peralatan mandi, beranjak keluar menuju kamar mandi. Sedangkan yang lain satu persatu mulai mengikuti.

Tinggal Abi, Albert dna Anz yang masih belum beranjak dari tempat tidur mereka.

"Sayang," panggil Albert tanpa ada respon dari Anz sedangkan Abi hanya melirik sekilas yang kemudian beranjak bangun, menuju kamar mandi.

Albert juga ikut beranjak bangun merapikan tempat tidur yang ia tiduri dan kemudian duduk di ranjang yang di tiduri Anz, mengusap kepala Anz sayang "sayang bangun yuk."

Tidak ada respon dari Anz.

Albert memindahkan buku yang letaknya terbuka dan telungkup itu dari atas wajah Anz itu.

"Haaaa," menarik napas panjang Anz,membuangnya cepat, terkejut dan langsung terbangun, duduk dengan napasnya sedikit terengah-engah.

"Maaf,"

Pandangan mata Anz teralih pada Albert yang menatap dirinya cemas. "Aku tidak apa-apa, hanya saja mimpi tadi."

Albert tersenyum "mimpi apa?" Tanyanya.

"Kita semua yang ada di sini akan berada dalam bahaya dan kamu," terjeda "kamu akan mati sayang. Kamu akan meninggalkan aku." Anz terdiam, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya setelahnya.

"Mimpi hanya bunga tidur jangan terlalu percaya," memeluk hangat Anz.

Setelah Albert rasa emosi Anz terasa normal kembali. Getaran di badannya Anz perlahan sudah menghilang, Albert mengusap wajah Anz dengan jempol tangannya usapan lembut di pipi Anz "aku tidak akan kemana-mana sayang. Aku akan tetap ada di sini," menunjuk dada Anz.

Anz menunduk, melihat dadanya sendiri.

"Aku akan tetap ada di sini, di hatimu sayangku."

Anz mengangguk.

"Ayok bangun. Kita mandi ya!"

...****************...

Seluruh para napi telah berbaris di lapangan serba guna lapas Albrataz. Para napi yang berbaris itu terbagi menjadi dua regu yaitu regu laki-laki dan regu perempuan. Dua regu ini berdiri terpisah dan memberi jarak.

Para napi tersebut berdiri menghadap sepuluh para petugas yang juga ikut berdiri berbaris memanjang. Di tengah-tengah mereka terdapat Luth Saldika Pram selaku pemimpin lapas Albrataz dan di sebelahnya terdapat asistennya bernama Batsya Oran Ahmed

Luth berdiri di atas podium kecil dan sedikit tinggi, tepat di hadapannya terdapat satu microfont yang terpasang di alat khusus seperti kayu penyangga yang terbuat dari besi.

"Hallo. Selamat pagi semua!" menatap para napi.

"Pagi," jawab para napi serentak.

"Kalian pasti bertanya-tanya alasan saya mengumpulkan kalian semua di hari ini tanpa adanya peringatan apa-apa! Dan kalian juga pasti bertanya-tanya siapa orang-orang yang berbaris di belakang saya ini," melihat sekilas ke belakang yang terdapat sepuluh orang yang merupakan Anz dan rekan.

Tidak ada jawaban yang terdengar dari para napi itu, hanya raut wajah datar, acuh tak acuh, tidak peduli yang mereka lihat itu.

Luth tersenyum singkat "di belakang saya ini adalah petugas baru lapas ini."

Senyap. Tidak ada sepatah kata yang terdengar. Luth tidak mempedulikan para napi-napi itu, entah mereka memberi respon atau tidak ia hanya menjalan tugasnya saja.

Luth menghadap ke belakang, mengangguk kepala singkat "silahkan maju ke depan, perkenalkan diri kalian masing-masing, dimulai dari Anda nona."

Anz maju terlebih dahulu. Pandangan mata Anz tertuju pada napi laki-laki, hembusan napas dalam Anz lakukan, dan rasanya, dada Anz terasa sesak. Kedua alis Anz terangkat bersamaan dan kemudian tersenyum singkat melihat napi laki-laki yang berpakaian hampir telanjang itu "selamat pagi dan selam sejahtera untuk kita semua."

Keheningan menguasai tidak ada satu katapun yang merespon. Pandangan mata Anz teralihkan pada napi perempuan tidak ada bedanya, monolog Anz.

Anz memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama lengkap dan nama panggilannya serta status, umur dan tempat tinggalnya. Pandangan mata Anz sering tertuju pada napi perempuan, Anz merasakan keanehan dengan tatapan yang ia terima, namun ia tidak terlalu mempedulikannya.

Sesi perkenalan terus berlanjut sampai semuanya selesai memperkenalkan diri mereka masing-masing.

Luth mengambil alih kembali microfont "terimakasih," ucapnya dan tersenyum pada Albert dan rekan kecuali pada Anz. "Semoga dengan kehadiran junior di sini mampu mengevaluasi permasalahan yang ada di sini. Saya Luth Saldika Pram mengucapkan selamat datang dang selamat bertugas."

Sepuluh petugas itu yang merupakan Anz dan rekan, memegang dada kirinya dengan tangan kanannya dan kemudian menunduk singkat dan kembali berdiri tegap kembali dan juga bibir mereka semua yang tersenyum singkat.

Luth menyerahkan microfont pada Ahmed yang kemudian Ahmed membacakan peringatan peraturan-peraturan yang meski mereka patuhi pada napi. Aturan tersebut berisi hak dan kewajiban.

Setelah semuanya selesai, Ahmed membubarkan barisan, para napi mulai sibuk bergotong royong membersihkan dan mulai sibuk bekerja.

Para napi pulau Albrataz ini diberikan fasilitas untuknya bekerja sesuai dengan skill yang mereka miliki. Tidak ada satupun napi yang terlihat santai, berleha-leha, ongkang-ongkang kaki semuanya pada sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.

Sedangkan Anz dan rekan, mengikuti Luth dan Ahmed menuju ruangan. Mereka langsung ditunjukan pada meja kerja mereka masing-masing sesuai kebutuhan yang di butuhkan di sana.

Ruang tempat kerja mereka dilapisi dinding kaca dan pintu roda dorong. Ruangan mereka hanya seukuran satu koma lima meter kali satu koma lima meter. Dalam ruangan tersebut tersedia masing-masing satu komputer di atas meja kayu berwarna coklat dan kursi busa empuk berwarna hitam.

Kaca yang melapisi dinding ruang kerja mereka tidaklah tebal dan juga tidak terlalu transparan hanya bayangan saja yang terlihat dari luar. Ruangan itu tidak juga terlalu tinggi, jika mereka berdiri, tinggi ruang dinding kaca itu hanya sebatas bahu mereka saja.

Sebagian mereka langsung berkutat dengan komputer, mata mereka fokus memandang layar monitor dan jari mereka yang saling menari-nari di atas keyboard.

Dentingan suara jam berdenting keras di dalam ruangan tanpa ada suara kata percakapan yang terdengar.

Ruang kerja Anz dan Kays berdampingan "Anz," panggil Kays sedangkan Anz yang terlalu fokus pada kerjanya malah terlonjak kaget. Anz melihat datar Kays yang mengintip dari atas ruang dinding kaca itu "udah siang nih, ke kantin yuk!"

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!