Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 ~ Mulai Dari Ayam Goreng
"Anak ini sedang bermain apa?" gumam Gray saat membaca chat sang putra. Pria itu langsung membuka CCTV yang terhubung di ponselnya. Dan terlihatlah seorang wanita yang tengah menemani Cedric di ruang keluarga.
"Freya?"
...
"Bibi, aku lapar," adu Cedric sembari memandang Freya dengan wajah memelas. Padahal di tangan anak itu saja masih ada kue yang Freya beli.
Freya tersenyum, wanita itu langsung mengambil ponsel. "Lapar? Kamu mau makan apa, Sayang?"
Cedric menyentuh dagunya dengan jari telunjuk. Anak itu tampak berpikir, cukup lama hingga Freya harus menambah stok kesabarannya yang setipis tisu. "Gimana? Sudah tahu mau makan apa?"
"Aku mau ayam goreng saja Bibi."
Freya mengangguk. "Aa, ayam goreng ya? Tunggu sebentar, ya! Akan bibi pesankan dulu."
Cedric menggeleng berulang kali dengan ekspresi cemberut. "Aku engga mau yang dibeli. Aku mau yang rumahan, Bibi bisa memasak untukku, kan?" tanya anak lelaki itu penuh harap.
Sementara Freya sebenarnya enggan. Wanita itu bahkan jarang masuk ke dapur, kemampuan memasaknya juga hanya sebatas masak mi instan. Itu pun sudah lama tidak ia lakukan sejak menjadi seorang selebriti.
"Maaf, Sayang. Tapi bibi tidak bisa memasak," akui Freya dengan jujur.
"Kita pakai pesan aja, ya. Tidak lama kok, pasti lebih cepat daripada masak sendiri."
Cedric mendesah kecewa, anak lelaki itu menunduk kemudian menggumam namun dengan suara cukup nyaring. "Baiklah kalau memang Bibi tidak bisa memasak. Jika itu mommy pasti sangat hebat, daddy bahkan sangat menyukai ayam goreng buatan mommy."
"Apa? Daddy kamu suka makan ayam goreng juga?" tanya Freya tampak tertarik. Bukankah kata orang mendapatkan hati seorang pria berawal dari kepuasan perut? Sepertinya ia harus coba.
Cedric mengangguk, anak itu kembali menatap Freya. "Iya, daddy sangat menyukainya."
"Hem, sebenarnya kalau ayam goreng, bibi bisa membuatnya. Apakah ada bahannya di dapur?"
"Sepertinya ada, nenek Erin membeli banyak bahan makanan sebelum pergi. Tapi daddy tidak bisa memasak, jadinya kami makan makanan luar terus. Sebenarnya aku juga rindu masakan rumahan, karena itu aku meminta Bibi untuk membuatkannya. Tapi kalau Bibi tidak bisa juga tidak papa, kita beli saja."
"Tidak! Bibi bisa, bibi bisa. Kamu tunggu sebentar ya, ayam goreng yang super enak akan siap segera." Freya bangkit berdiri, mengacak sedikit rambut Cedric sebelum melangkah dengan penuh semangat. Wanita itu tidak tahu, diam-diam anak yang ditinggalkannya itu menarik senyuman misteri.
...
"Ini bagaimana? Yang benar saja, masa ayamnya masih utuh begini," sungut Freya saat melihat ayam mentah yang masih seekor. Ia mengambil pisau, lalu mencoba memotong ayam itu.
"Kenapa sulit sekali?" gerutunya lagi saat pisaunya tidak bisa memotong tulang, padahal sudah ia kerahkan seluruh tenaga.
"Astaga, bodoh! Seharusnya ambil dagingnya saja." Wanita itu mulai mengiris, memisahkan daging dan tulang ayam dengan susah payah.
"Kukuku," rengeknya sembari menatap tangan. Wanita itu hampir menangis saat kukunya yang baru dirawat itu terkelupas. Sialan sekali, jika saja tidak ingin mengambil hati Grayson, ia tidak akan melakukan hal merepotkan seperti ini.
Hingga akhirnya Freya tersenyum bangga di saat melihat ayamnya yang berhasil terpotong dengan bentuk beragam. Ia mencucinya, setelah itu mulai mengeluarkan tepung.
"Huek, bau!" sungutnya lagi saat mencium tangannya. Wanita itu mencuci tangannya dengan sabun hingga berkali-kali, namun bau khas daging ayam itu tidak hilang-hilang. Sial, seharusnya ia memakai sarung tangan tadi.
"Arghh, aku benar-benar tidak tahan! ... Tapi demi Gray, tidak papa, tidak papa. Freya, kamu pasti bisa!"
Ia lalu membuka beberapa bungkus tepung, kemudian menuangkannya langsung pada ayam goreng. Wanita itu ia langsung mencampurnya hingga menurutnya rata.
"Huh, tidak begitu sulit. Memang dasarnya aku bisa melakukan apa saja asal mau."
Wanita itu lalu memasukkan minyak ke dalam penggorengan. Berikutnya juga daging ayam tadi.
Sementara di samping pintu dapur, Cedric tengah mengintip. Anak itu tertawa di saat mendengar teriakan Freya yang terciprat minyak. Ia bahkan harus menutup mulutnya menggunakan tangan agar suaranya tidak terdengar oleh wanita yang tengah menderita itu.
"Oh, tidak! Baru ditinggal sebentar kenapa jadi hitam begini?" pekik Freya dan langsung mematikan kompor. Wanita itu langsung mengangkat ayam gorengnya. Lalu menaruh ke dalam piring.
"Tidak begitu hitam, masih bisa dimakan. Ya, tidak papa. Justru rasanya mungkin lebih gurih."
Ia mengangkat piringnya, Cedric pasti sudah menunggu sampai kelaparan. Namun saat berbalik, anak itu sudah di depannya. Wanita itu tersenyum. "Cedric, ayam gorengnya sudah siap. Ayo makan."
"Tidak perlu lagi, Bibi. Aku sudah makan tadi, paman Al mengantarkan banyak makanan yang dipesankan daddy." Cedric berkata dengan tersenyum, anak itu juga tidak memasang wajah bersalah sama sekali.
Namun Freya yang mendengarnya mengeraskan rahang. Alisnya berkerut dengan marah. "Kamu! ...."
"Oh, iya. Daddy mengatakan terima kasih pada Bibi karena sudah mau menemaniku. Dia juga memuji bibi yang ternyata hebat memasak."
Mendengar itu, mendadak Amarah Freya lenyap entah kemana. Wanita itu tersenyum malu. "Bagaimana daddy kamu bisa tahu kalau bibi hebat memasak?"
Cedric menunjuk ke atas dengan dagu. "Itu, seluruh rumah ini terpasang CCTV, jadi daddy bisa melihat semuanya."
"Apa? Semuanya?" Cedric mengangguk, sementara Freya menciut. Itu berarti Gray pasti melihat ia yang payah memasak. Argh, sial!
.
.
.
Wajah Clara memuram di saat melihat status media sosial yang baru saja diposting Freya. Sepertinya ia harus mengusir Elodie pulang. Walau dia tidak menyukai Grayson, tapi bukan berarti wanita lain boleh merebut milik sang sahabat.
Gadis itu meraih kertas desain dan tasnya dari atas meja. Ia berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa sadar menubruk seseorang. Pinggangnya diraih pria itu, namun kertas-kertas yang ia pegang tidak terselamatkan. Justru terbang hingga menghujani keduanya.
Dalam posisi itu Clara bisa melihat jelas wajah pria itu. Rahang tegas, alis yang tebal, juga mata biru yang membuat Clara tidak bisa berpaling.
"Halo, kau tidak papa?" Semakin takjub rasanya Clara saat mendengar suara dalam itu.
Ia mengangguk, namun setelahnya menggeleng. "Tidak papa," balas gadis itu dengan suara lembut yang dibuat-buat.
"Kalau begitu apa sudah bisa kulepaskan?"
"Oh, maaf." Clara langsung melepaskan diri, ia tersenyum canggung kemudian berjongkok untuk memungut kertas-kertasnya. Pria itu juga turut membantu.
"Terima kasih sekali lagi, maaf juga karena aku tidak sengaja menabrakmu."
"Tidak masalah." Pria itu memberi kode, membuat Clara melihat seorang wanita yang duduk di sudut kafe melambai padanya.
"Aku duluan, ya." Clara mengangguk, ia tersenyum meski sedikit kecewa.
...
"Elli. Elli. Elli. Kamu di mana?" Clara berteriak-teriak ketika sampai di rumah.
"Ada apa, Ara? Kenapa berteriak seperti itu?"
"Ini, kamu lihat ini! Kalau masih tidak mau pulang, aku khawatir suami dan anakmu akan segera dicuri wanita lain."
"Astaga, aku kira kenapa? Bukankah bagus? Dengan begitu dia akan menceraikanku."
Clara termangu dengan respon santai Elodie. "Bukan, kamu sungguh ingin bercerai? Tidak cinta Grayson lagi?"
Elodie mengangguk yakin. "Lihatlah, aku sudah dua hari di sini tapi tidak merasa rindu. Bukankah berarti aku tidak memiliki perasaan padanya lagi?"
Clara jadi tidak bisa berkata-kata, ia menggeleng. "Terserah, asalkan nanti kalau menyesal, kamu jangan merengek padaku."
.
.
.
sbnarnya apa sih alasannya El kawin SM lakik model dajall itu
kyknya ada sngkut pautnya SM tmennya si El deh
trus si mertua ada dendam apa sama El ya smpai benci gitu
ksihan si el
emang siapa lagi yg pkai kekerasan dn TDK pyk pri kemanusiaan 😤🙄😒🤬😡😠🤭🤭
jgn mau d rendahkan muku🙄
punya Daddy g ada pendiriannya
tp buat gray kalang kabut biar nyaho😁🤭