Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resmi Tunangan
"Lo masih kelas dua SMA bukan? Kenalin gue Mahendra kelas tiga SMA," Mahendra mengulurkan tangannya.
Falisya menepisnya dan langsung turun kebawah karena merasa usahanya sia-sia, dia bingung sekali harus melakukan apa lagi. Jika dia kabur, pasti tetap saja akan bisa di temui oleh bapaknya. Falisya merengut kesal, dia berusaha menahan perasaannya dan berusaha menerima pernikahan ini.
"Kalau teman-teman aku tahu, pasti mereka mengira aku hamil di luar nikah mangkanya di nikahkan secepat ini," Gerutunya.
"Kenapa sih orang tua itu melakukan perjanjian yang tidak masuk akal begini,"
Falisya mengambil ponselnya, perasaannya benar-benar kacau untuk saat ini. Menikah di usia yang masih muda dan juga masih sekolah, falisya tidak akan mungkin menolak jika dia sudah lulus sekolah tapi kenyataannya orang tua itu maunya lebih cepat.
*** ***
Malam yang indah, kegelapan itu terlihat tidak menakutkan karena para penghuni langit itu sedang memperlihatkan cahaya bintang nya nan indah. Tidak ada terdengar suara jangkrik disini, seperti di saat falisya masih di desa. Bahkan, falisya tidak dapat melihat para tetangga yang datang menyapa, disini seolah semua acuh dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Falisya menatap langit, dan hatinya terus berdoa untuk kebaikan dan kelancaran hidupnya setelah ini.
"Tuhan, bisakah takdir ini jangan di berikan padaku? Ini terlalu sulit untuk aku terima," Lirihku.
Tanpa sadar falisya meneteskan air matanya, dia menatap jemarinya yang masih polos dan belum ada cincin yang tersematkan.
"Sebentar lagi kamu di isi sama cincin dari lelaki yang sangat asing bagiku," Ujarnya dengan nada suara yang bergetar.
"Bahkan sifatnya saja kamu tidak tahu, andaikan ini film Disney minta aja bantuan pangeran biar bisa kabur kalau ngak minta bantuan nenek sihir," Gerutunya.
"Aww," Falisya memegang dahinya yang sakit akibat di sentil oleh mahendra.
"Dasar bocah taunya cuma dongeng Mulu, jangan minta gue bacain Lo dongeng sebelum tidur ya! Kalau ngak mau gue bacain cerita hantu!" Ujar mahen sambil menatap lurus kedepan.
"Apasih, kamu ngapain disini?," Tanya falisya kesal.
" Lo di cariin! Acaranya sudah mau mulai jangan buang-buang waktu gue!" Ketus mahen.
"Kak mapen...... Kamu ngak suka kan sama aku? Kita batalin aja ya perjodohan ini, kita bisa sama-sama Cari orang yang kita cintai," Falisya memegang tangan Mahendra dan memohon padanya.
"Mapen siapa? Gue mahendra" Ketusnya.
"Biarin, aku mau nya manggil kak mapen!"
"Dasar Lo ya!,"
"Apa? Mangkanya batalin dulu semua ini baru deh aku manggilnya yang bener," Tawar falisya.
"Argh, sialan! Apa gue sejelek itu sampai Lo minta di batalin?," Tanyanya dengan emosi.
"Kenapa jadi bahas jelek atau ngakk? Aneh banget," Batin falisya.
"Kenapa Lo diam? Sudah cepetan gua tunggu disana, kalau sampai buang waktu gue lagi. Lo tidur diluar," ancam Mahendra.
Lelaki itu membalikkan tumbuhnya dan berjalan meninggalkan falisya, tanpa sadar ternyata seulas senyuman tipis terbit di wajah lelaki itu. Sedangkan falisya hanya mengumpat kesal, dan menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju ruangan yang akan menjadi tempat acara itu berlangsung.
Mereka duduk berdampingan dan memasangkan cincin tersebut secara bergantian, raut wajah mereka sama-sama datar dan tidak memberikan ekspresi apa pun. Sedangkan kedua orang tua mereka saling berpelukan bahagia karena anak mereka akan segera menikah.
Acara itu hanya di hadiri oleh kedua orang tua dan pelayan, juga sepupu terdekat Mahendra bernama afdal dan juga mamanya. Falisya terlihat sangat cantik hingga membuat semua orang terus ingin memandangi wajahnya, tetapi si pemilik wajah tersebut sedang merengut dalam hati.
"Ayo falisya fikirkan cara agar kamu bisa kabur dari acara pernikahan ini, masih ada waktu empat hari untuk memikirkan caranya," Batinnya terus menjerit.
Acara telah selesai dan falisya duduk di sebuah kursi, tangannya di letakkan di atas meja dan dia terus menatap cincin itu, cincin yang akan merubah dratis hidupnya.
"Mapen, awas ya Lo,"
"Kenapa sih harus aku?"
Dia terus memikirkan nasibnya kedepannya, ingin sekali mengadu kepada kedua orang tuanya kembali berfikir jernih dan membatalkan pernikahan ini. Tetapi, ternyata mereka terlihat sangat bahagia saat dirinya bertukar cincin dengan Mahendra.
"Gagal sudah, planning gue di masa depan,"
Falisya langsung bangkit dan berjalan menuju kasur, dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur dan berusaha memejamkan matanya. Karena besok adalah hari pertamanya masuk ke sekolah baru yang juga berisi orang baru yang tidak dia kenal sama sekali. Falisya menghembuskan nafasnya pasrah dan mulai tertidur.
Di kamar sebelah adalah kamar milik mahendra, lelaki itu juga sama gelisahnya seperti falisya. Dia menyesali perbuatan bodohnya karena menerima pernikahan itu, dia melepaskan cincin itu dan ingin membuangnya keluar. Tetapi, dia urungkan saat wajah mamanya terlintas di pikirannya.
"Arghh, Kenapa gue harus nikah sama wanita kampung itu,"
"Gimana kalau satu sekolah tahu? Bisa hancur masa depan gue!"
"Mahendra Lo bodoh banget sih,"
"Ayo berfikir........ berfikir,"
Karena merasa lelah memikirkan sesuatu yang tidak dia temukan ujungnya, kini dia berbaring di atas kasur dan memejamkan matanya.
Pagi hari, semua sudah berkumpul di ruang makan. Falisya duduk di sebelah mamanya dengan wajah yang tampak lesu, lalu topit menatap falisya dengan tersenyum.
"Falisya, nanti kamu pergi sama om ya, biar semuanya om yang urus," Ujar topit.
Falisya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Terimakasih, om,"
Eva langsung menyuruh semua untuk makan, mereka makan dengan nikmat tanpa ada suara tercipta di atas meja. Mahendra melamun karena memikirkan nasipnya di sekolah lalu dia menatap falisya dengan tajam, dia harus membicarakannya kepada wanita itu.
Setelah selesai makan, Falisya berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga Eva. Begitu pun dengan Mahendra, setelah itu lelaki itu memasuki mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumahnya.
Falisya juga ikut masuk ke mobil topit dan mobil juga langsung melaju pergi.
"Falisya, jika mahendra menyusahkanmu bilang sama om ya."
"Iya, om," Falisya tersenyum kikuk, hanya kata itu saja yang bisa terucap dari mulutnya padahal ingin sekali dia berkata jika mahendra terus saja mengganggu dirinya.
Tiga puluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di sekolah SMA Global Jaya, sekolah yang paling terkenal di kota ini. Falisya keluar dari dalam mobil dan mengikuti langkah topit menuju kantor kepala sekolah.
Banyak tatapan yang mengarah ke arah dirinya membuatnya menunduk karena merasa malu di situasi seperti ini.
Topit mengurus semuanya, falisya hanya duduk tenang di samping mertuanya itu.
"Pak topit gak perlu repot-repot datang kesini, tinggal telefon saya saja pasti semua beres," Ujar kepala sekolah.
"Kalau begitu saya pamit pergi dulu," Topit berdiri lalu menjabat tangan lelaki itu.
"Falisya, kamu nanti di antarkan ke kelas sama seorang guru, kamu tunggu disini dulu ya. Om pergi dulu, ingat jika Mahendra menyusahkanmu maka segera hubungi om, oke?" Ujar topit.
"Makasih, om," Falisya tersenyum lalu melambaikan tangannya kepada topit.
"Bu wirna, kita kedatangan siswi baru jadi tolang antarkan ke kelas XI IPS1," Pinta kepala sekolah.
"Baik, pak,"
"Namanya siapa?" Tanya bu wirna.
"Falisya, buk,"
"Falisya, ayo ikut ibu ke kelas ya nanti ibu kenalkan sama teman-teman baru kamu," Ujar Bu wirna.
Falisya berjalan mengikuti langkah Bu wirna, tapi tanpa dia sadari karena terlalu gugup hampir saja menabrak tembok dan di hadang oleh lelaki dengan menempelkan tangannya di dahi falisya agar tidak menabrak. Falisya terkejut dan langsung menatap laki-laki itu.