ilyas nama seorang pemuda sederhana , tabib muda yang kelak akan menjadi raja disebuah negeri karena memenangkan sayembara, lalu karena tampan dan kesaktian nya dia terkenal sampai kerap menjadi idaman para gadis-gadis, khusus nya dikalangan bangsawan, mulai dari anak raja sampai rakyat jelata, dan karena itu pula terkadang yang menjadi konflik yang membuat perjalanan nya sebagai seorang prabu penuh dengan cobaan dan tantangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Brayen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan ki ageng dengan paryanto dan ilyas
Dihutan perbatasan desa, ilyas telah sampai pada tebing yang ditumbuhi bunga mekar seribu, ilyas pun segera memetik bunga tersebut. Lalu dia mencari sedikit kayu bakar, untuk dibawa pulang dengan berbarengan hasil bunga yang ia dapatkan.
"Ternyata gak terlalu susah nyari tanaman obat, alam sudah menyediakan nya semua, tinggal kita saja manusia yang harus pandai memanfaatkan nya, ucap ilyas sendiri.
"Aku sekalian mencari kayu bakar saja " gumam ilyas sendirian.
"Setelah kayu bakar dan bunga mekar seribu sudah terkumpul, maka ilyas pun bergegas meninggalkan hutan tebing dan menuju ke rumah.
Saat sudah berjalan cukup jauh, ilyas sudah mulai melihat kearah rumah ki ageng. Dan niat ingin singgah sebentar dan meminta minum karena ilyas merasa lumayan kehausan.
(Didepan rumah ki ageng)
"permisi, kiiik ageng. Kulo nuwon. Saya numpang berteduh ya, sekalian minta sedikit minum" sapa ilyas dari depan pintu rumah, sambil menunggu dipersilahkan masuk.
"iyaa silahkan masuk tuan", sahut ki ageng dari dalam rumah.
Ilyas pun masuk dan bersalaman dan mencium tangan ki ageng.
"Nah begini anak muda yang tahu tata krama dan sopan santun" ucap ki ageng merespon dari tindakan cium tangan ilyas.
"Lah katanya gak tertarik ikut sayembara tapi kok kesini juga"., saut ketus paryanto yang merasa tersaingi.
"Aku kan mampir bentar to, numpang singgah aja, sekalian mau minta minum, aku haus, aku kesini yo karena ada kamu juga to. Jadi ada temen nya. Gak terlalu menggangu. Soalnya sudah kamu duluan yang mengganggu ki ageng", ledek ilyas kepada parto.
"Hehee "sambil tertawa kecil ki ageng mengambilkan minum dari kendi yang terbuat dari tanah liat. Lalu dituangkan ke batok kelapa yang sudah dibentuk seperti wadah gelas untuk minum.
"Silahkan tuan muda diminum air nya. sambil menyuguhkan ke ilyas.
"Maaf kiik, nama saya ilyas, jangan panggil saya tuan muda, saya merasa gak enak hati kalo dipanggil begitu", ucap sopan ilyas kepada ki ageng.
"iyaa nak, walaupun kita satu desa. Tapi akii jarang berbaur karena aki sudah tua sering diam dirumah saja. Wajar saja kalo akii jarang mengenali pemuda-pemuda didesa ini". Jawab ki ageng menimpal ucapan ilyas.
"Ilyas rumah nya dimana? Tanya ki ageng lagi
"Saya rumah nya ditengah desa bandar dewa kiiik, rumah saya yang didepan nya ada pohon mangga nya yang besar. Biasa menjadi tempat singgah orang- orang berteduh kalo sudah kelelahan berjalan. Karena pohon nya yang rindang". Jawab ilyas.
"Ohh iyaa akiii tau tempat itu, itukan rumahnya kawan akiii, namanya kii alif. Beliau juga satu profesi sama akiii. Ucap ki ageng menjelaskan kepada ilyas.
"Ohh jadi akii teman lama nya kakek saya kiii, sambil tersenyum bangga, ilyas mencium lagi tangan ki ageng. Bentuk penghormatan nya kepada teman sang kakeknya..
"kenapa kawan mu ini tidak kau ajak aja belajar ilmu pengobatan kepada kakek mu, beliau malah lebih ahli daripada saya..,? tanya si kakek pada ilyas
"Wong yang terkenal ki ageng kok dikampung ini.' ya saya mending langsung ke tabib yang terkenal to', saut paryanto yang tiba- tiba memotong percakapan Ki Ageng dan ilyas
"Betul kiii yang dikatakan paryanto, kalau kakek saya hanya tabib biasa, cuma bisa obatin luka - luka kecil dan memar saja, tambah ilyas membenarkan ucapan nya paryanto.
"Justru orang yang sederhana banyak menyimpan rahasia, dia hanya tidak mau nampak dimata orang banyak. Dia cuma niat menolong tidak mencari ketenaran. Nah itu lah yang dilakukan oleh alif( kakek ilyas) beliau memang rendah hati dari dulu. Ucap sang akiiik yang mengagumi alif, teman lamanya..
"Pokoknya saya sudah mantap sama akiii aja, saya mau nya belajar sama kii ageng saja. Gak mau sama yang lain,.tegas paryanto untuk meyakin kan bahwa dia sudah mantap dengan pilihan nya.
"Aku ini tidak membuka kursus atau menerima murid, ilmu ku ini ilmu turun temurun, yang diwariskan oleh buyut dan kakek moyang ku terdahulu, jadi aku tidak mau mengajarkan mu". ucap ki ageng yang menolak permintaan paryanto.
"Berapapun akan ku bayar kiik, asal aku akii terima jadi murid akiii", rayu paryanto kepada ki ageng. Sambil ia menggerakan gestur badan memohon.
"Murid kok maksa, mana ada, yang ada itu guru yang maksa murid" , ledek ilyas sambil tertawa kecil, yang mengolok Paryanto karena terlihat sangat memaksa ki ageng.
"Husss,!!.diem, kamu gk usah ikut campur! bentak paryanto kepada ilyas.
"Eee kok malah marah , ledek ilyas lagi kepada paryanto , yang mulai kesal.
"Saya tidak yakin kamu mampu mempelajari ilmu pengobatan saya , karena saya sendiri saja dari kecil belajarnya sampe setua ini. Kamu tiba- tiba datang, ngomong mau mempelajari sehari dan besok langsung ke istana., yoo opo gak lewat, ucap ki ageng yeng meledek paryanto.
"Kalo gitu tambah jadi seminggu kiiik, saya nanti baru berangkat ke istana. Ucap paryanto lagi.
"Boro-boro seminggu, sepuluh tahun aja belum tentu kamu bisa", imbuh sang akii sambil menjelaskan bahwa ilmu pengobatan ini memang susah dipelajari.
"Yasudah kalo begitu, lanjut tawar -menawarnya, aku tak pamit dulu ya, aku mau nganterin hasil pencarian ku kepada kakek., ucap ilyas kepada paryanto.
Ilyas pun pamit pergi untuk pulang menuju kerumah nya. Sang akiiik dan paryanto pun masih lanjut saling meminta dan menolak, dan singkat cerita akhirnya ki ageng mau mengajarkan ilmu pengobatan nya kepada paryanto, karena paryanto berhasil merayu ki ageng. Terjadilah kesepakatan diantara kedua belah pihak untuk kembali bertemu dirumah ki ageng pada esok hari, dan paryanto pun pamit untuk pulang kerumah nya.
Selanjutnya berada dikediaman rumah temenggung munsir, ronggo atau nama pelayan nya temenggung sudah selesai mempersiapkan semua bekal dan keperluan yang akan dibawa untuk menuju kerumah ki ageng, karena jarak yang lumayan cukup jauh dari kediaman temenggung dan desa bandar dewa yang diperkirakan akan memakan waktu seminggu. Ronggo pun melaporkan kesiapan semuanya.
"Lapor temenggung, untuk semua bekal dan keperluan sudah siap semua tuan, selanjutnya kita sudah siap untuk berangkat". Ucap ronggo kepada temenggung
"Kalo begitu ayoo segera kita berangkat, lebih cepat maka lebih bagus". jawab temenggung munsir menanggapi laporan pelayan nya
Akhirnya temenggung pun berangkat dengan menggunakan kereta kuda dan pelayan nya dengan membawa beberapa prajurit pengawal. Temenggung pun berangkat dengan memakai pakaian mewah yang menandakan bahwa ia dari kalangan terhormat istana, agar saat diperjalanan ia akan mendapat penghormatan dari orang-orang yang menemui nya. Memang sifat temenggung munsir ini sangat menunjukan bahwa betapa angkuhnya dirinya dengan jabatan dan kekayaan ia miliki, padahal banyak dari hasil hartanya itu adalah hasil keringat rakyatnya yang ia paksa untuk membayar pajak tinggi dengan semena- mena.