Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 : Jatuh cinta?
Sementara di kafetaria rumah sakit, Ezar baru saja duduk setelah memesan segelas jus buah. Dia tengah sibuk membalas pesan dari Ghina.
Melihat Ezar yang duduk sendiri, dokter Bayu datang menghampiri." Sendirian bang?"
Ezar mengangkat kepala dan moodnya seketika rusak hanya karena melihat wajah Bayu.
Ezar mengangguk dan masih asik dengan ponselnya.
" Kabar Ghina bagaimana bang, aku dengar residensi nya sudah hampir selesai. Wah akan ada acara besar ini." Kata dokter Bayu.
" Ya begitulah." Singkat Ezar.
Ezar menyimpan ponselnya, netranya beralih menatap Bayu.
" Aku dengar kau membawa koas ke kamar operasimu."
" Iya benar." Ujar Bayu.
" Apa koas itu istimewa untukmu sampai kau membawanya masuk sementara aku dengar koas mu itu baru minggu pertama stase bedah?"
" Cepat sekali gosip menyebar." Ujarnya di selingi tawa. " Kalau di bilang istimewa, untuk sekarang sih belum, tapi aku akan berusaha membuatnya istimewa. Bang Ezar mengerti maksudku kan?"
" Kau sudah menyelidiki latar belakangnya?"
" Belum sih, tapi aku akan melakukannya."
" Ku lihat koas mu ada dua, kau menyukai yang mana?" Selidik Ezar, walau sebenarnya dia sudah tau siapa yang Bayu maksud.
" Apa bang Ezar ingat gadis berjilbab besar yang berdiri di sampingmu siang tadi?"
Benar saja, sesuai dugaan Ezar. Tangan Ezar mengepal.
" Tidak juga mungkin aku tidak terlalu fokus." Kilahnya.
" Lagian, bang Ezar sudah punya Ghina, jadi tidak mungkin melirik wanita lain, tidak sama sepertiku yang masih dalam pencarian cinta." Tambah Bayu yang semakin membuat Ezar kesal.
" Tapi bagaimana jika ternyata gadis yang kau suka itu sudah menikah? Apa kau masih mau mendekatinya?" Kata Ezar sinis.
" Menikah?" Dokter Bayu tertawa. " Tidak mungkin bang, dia masih sangat muda. Lagian ku rasa dia tidak akan secepat itu untuk melepas masa lajangnya." Bantah dokter Bayu.
" Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Jodoh sudah di atur sama yang di atas. Siapa tau memang dia sudah menikah."
" Dia pintar dan tidak seperti wanita pada umumnya yanng suka jelalatan saat melihat pria tampan. Pembawaannya begitu tenang dan yang aku sangat sukai darinya adalah, pakaiannya. Sebagai wanita modern yang hidup di era sekarang, ku rasa sulit untuk memilih mengenakan pakaian tertutup seperti itu, karena di saat para wanita wanita jaman sekarang memiliki wajah cantik dan tubuh seksi, maka bertambah seksi tubuhnya maka semakin berkurang kain yang dia kenakan untuk menutupinya." Terang dokter Bayu panjang lebar.
Ezar terkesiap. Otaknya kembali memutar pembicaraannya dengan Syamil di kampus kedokteran beberapa bulan lalu. Dia mulai khawatir dengan Zara, karena sudah dua dokter yang dia kenal, dan kedua duanya itu sangat memuji kecantikan Zara.
" Namanya Zara. Begitu dia memperkenalkan diri. Nama yang cantik kan bang? Sama seperti wajahnya. Perlahan, aku akan mencoba mendekatinya, karena yang ku yakini, dia gadis yang sulit di taklukkan. Bahkan dengan wajah tampanku ini, dia belum tentu akan tertarik."
Ezar mendengus kesal, lalu mengambil ancang ancang untuk segera pergi dari tempat itu.
" Mau ke mana bang?" Kata dokter Bayu dengan mata yang mengikuti ke mana arah Ezar melangkah.
" Pulang."
" Tapi minumannya baru datang bang."
" Kau minum saja, aku sudah bayar." Kata Ezar berlalu pergi dengan perasaan dongkol.
*
*
Keesokan harinya.
Ezar menyempatkan sarapan bersama dengan Zara di ruang makan. Karena Zara yang biasa berangkat pagi sekali, Ezar mengalah dan memilih sarapan lebih awal dari biasanya.
Zara melayani keperluan Ezar, dan Ezar hanya terpaku melihat gerak gerik Zara.
" Jam berapa kamu berangkat."
" Seperti biasa dok."
" Hari ini tidak usah ke rumah sakit."
Kening Zara mengernyit." Kenapa? Ini baru hari keduaku di stase bedah dok."
Ezar menghela nafas, atas dasar apa dia melarang Zara? Bagi Zara mungkin itu terdengar aneh, tapi bagi Ezar sebenarnya itu memang benar sebuah larangan yang mutlak. Tapi masalahnya di sini adalah, siapa sebenarnya Zara baginya. Istri benar, tapi apa perlakuan Ezar ke Zara sudah benar perlakuan suami ke istrinya? Tidak, lebih tepatnya, masih banyak yang harus di lakukan Ezar untuk Zara.
" Tidak usah pedulikan." Ezar berdiri, sarapannya tidak di sentuh sama sekali.
Zara memandangi Ezar yang berlalu dengan memasang wajah bingung.
Beberapa saat berlalu, Zara menghampiri Ezar yang sedang melakukan gym di lantai dua rumah mereka.
Perlahan Zara mendekat." Dok."
Ezar menghentikan aktivitasnya, kemudian mengambil handuk dan mengusap keringat di wajahnya. " Ada apa?"
Zara membuang pandangannya ke samping, tidak langsung menatap Ezar yang hanya mengenakan celana olahraga saja, tanpa atasan.
" Boleh saya tau alasan dokter melarang saya ke rumah sakit hari ini?" Zara masih membahas tentang larangan Ezar semasa di meja makan.
" Aku kan sudah bilang tidak usah pedulikan, aku hanya salah bicara saja."
" Jadi boleh Zara ke rumah sakit?" Ijinnya.
" Apa yang kau liat di situ?" Tegur Ezar yang mendapati Zara tidak mau menatapnya.
Mau tidak mau, netra Zara kembali di pertontonkan dengan hal yang tidak biasa di lihat matanya.
" Bagaimana dok? Boleh Zara ke rumah sakit?" Tanya Zara berulang.
" Terserah kau saja, aku tidak punya hak untuk melarang mu." Kesal Ezar.
" Punya, dokter punya hak." Jawab Zara sudah berani menajamkan netranya menatap Ezar.
Mata Ezar tertuju pada netra bening Zara, dia seperti ikut di tarik ke dalam mata indah itu." Kalau aku melarang mu, apa kau tidak akan pergi?" Tanya nya sembari melangkah mendekati Zara.
Zara mundur perlahan.
Selangkah Ezar maju, dua langkah Zara mundur teratur.
Hingga tubuh Zara mentok di dinding dan tidak bisa lagi ke mana mana.
Ezar mengunci pergerakan Zara dengan menaruh tangan kanannya di samping kepala Zara.
" Kau belum jawab pertanyaan ku."
Jantung Zara berdegup kencang, Ezar mengikis jarak, bahkan nafas Ezar berembus di wajah Zara.
Kedua tangan Zara mencengkeram gamis yang dia kenakan hari ini. Gamis berwarna biru navy yang begitu kontras dengan kulit putihnya.
" Jawab."
" I.iya.."
" Berarti jika aku melarang mu, kau akan menurutinya?"
Zara mengangguk.
" Baiklah, lepaskan jilbabmu."
Mata Zara membola sempurna. Perasaan dia datang ke sini hanya untuk memastikan dia mendapat ijin atau tidak dari Ezar, tapi apa yang dia dapatkan sekarang?
" Se..sekarang?" Jawabnya tergagap.
" Iya, sekarang."
Perlahan Zara mengangkat tangannya, mencoba melepas jilbab yang dia kenakan sesuai permintaan Ezar.
Bukan hanya Zara yang jantungnya serasa mau melompat keluar, Ezar juga. Bahkan ia seperti tidak sabar menunggu Zara melepasnya.
Malam itu, malam di mana Zara menginap di mansion Pradipta lah pemicu utama nya.
Peniti jilbab terlepas, dan jelas terlihat oleh Ezar leher putih nan mulus milik Zara.
Ezar menelan kasar ludahnya sendiri. Jakunnya naik turun, hasratnya meningkat hanya dengan melihat leher Zara.
Kepala Ezar semakin rapat dengan bahu Zara. Wangi tubuh gadis cantik itu menguar menggoda indra penciuman dan pengecapannya.
Hidung Ezar kini berada tepat di leher Zara. Zara seperti berhenti bernafas, Kepalanya ia palingkan ke samping dan itu justru membuat Ezar lebih leluasa menikmati leher indah itu.
Jantung Zara berdetak tak beraturan, bahkan ia sampai menutup matanya ketika bibir Ezar mendarat sempurna tepat di lehernya.
Ezar bablas, bukan hanya mencium tapi membuat leher Zara memerah karena isapannya, jangan lupakan lidahnya yang sekali bermain di sana. Nafasnya kini memburu menandakan jika gairahnya sudah semakin membesar. Tangan Ezar naik dan menekan tengkuk Zara. Sebagai gadis yang belum pernah mengenal sentuhan lelaki, Zara refleks menghindar. Dan gerakan tubuhnya yang menjauh setengah langkah itu mampu menghentikan aktivitas Ezar.
Netra mereka kini bertemu. Tatapan sendu dari Ezar menandakan jika ia menginginkan yang lebih dari pasangan halalnya. Tapi sepertinya tidak untuk kali ini.
" Maaf. Pakai kembali jilbabmu dan kau boleh ke rumah sakit, tidak usah tanyakan tentang tadi, aku hanya salah bicara saja." Ezar berlalu meninggalkan Zara setelah membuat penampilan gadis itu jadi berantakan.
Zara kembali teringat ciuman panas Ezar beberapa hari lalu. Dan hari ini Ezar kembali melakukan hal yang sama meski ciumannya di tempat yang berbeda. Jantung Zara berdebar kuat. Ingatan demi ingatan ketika Ezar membuatnya merasa nyaman kini satu persatu merajai isi kepalanya. Bahkan sekarang, dia malu untuk bertemu dengan Ezar tapi rindu jika tidak melihatnya.
" Apa mungkin ini yang di namakan jatuh cinta?"
...****************...
dasar, ezar si mesum😂