NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Saka duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah lampu kota yang memancar dari balik jendela kamar hotel. Kata-kata Jian An terus terngiang di telinganya, "Aku Jian An, kamu lupa?" Kalimat itu terasa lebih dari sekadar pernyataan; ada sesuatu di dalamnya yang menembus hatinya.

Ia memijat pelipisnya, mencoba mengusir pikiran-pikiran yang mengganggunya. Namun, bayangan wajah Jian An tak henti-hentinya muncul dalam benaknya. Senyum wanita itu yang anehnya terasa familiar membuat dada Saka berdesir. Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? pikirnya, meskipun ia yakin tak pernah berurusan dengan seseorang seperti Jian An.

Saka merebahkan tubuhnya di atas kasur, tetapi rasa kantuk tak juga datang. Setiap kali ia menutup mata, ia membayangkan Jian An dengan pakaian hianfunya, mata wanita itu penuh kesedihan, seolah meminta sesuatu darinya. Namun apa? Dan kenapa wanita itu begitu yakin bahwa mereka saling mengenal?

Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, menatap langit malam yang bertabur bintang. Ada sesuatu yang mengusik hatinya, sesuatu yang tak bisa ia pahami. "Jian An…" gumamnya pelan. Nama itu begitu asing, tetapi di saat yang sama terasa begitu akrab.

Malam itu, Saka memutuskan untuk tidak memikirkan segalanya terlalu jauh. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa Jian An bukan sekadar wanita aneh yang ia temukan di sumur tua. Ada cerita di balik kehadiran wanita itu, dan Saka yakin dirinya akan segera menemukan jawabannya entah ia siap atau tidak.

Malam itu, ketika Saka masih terjaga, telepon di meja samping tempat tidurnya berdering. Suara dering itu memecah keheningan malam, membuat Saka terkejut. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia meraih ponselnya dan menatap layar. Nama yang tertera di sana adalah nama yang tak asing, Pak Joyo.

Segera ia mengangkat telepon itu, dan suara cemas Pak Joyo terdengar di ujung sana. "Tuan Saka, saya... saya baru saja mendapatkan kabar buruk. Kakek Anda masuk rumah sakit, katanya serangan jantung. Namun kondisinya tidak terlalu parah, tapi kami sangat khawatir."

Denyut jantung Saka terasa melambat, namun kecemasan langsung mengalir dalam dirinya. Meskipun diberitahukan bahwa kondisi kakeknya tidak terlalu buruk, ia tahu betul bagaimana pentingnya keberadaan kakeknya dalam keluarga mereka. Kakek adalah fondasi yang selama ini menjaga keharmonisan keluarga dan bisnis batik yang telah mereka bangun turun-temurun.

"Apa yang terjadi dengan kakek?" tanya Saka dengan suara yang sedikit tersendat.

"Dia saat ini berada di rumah sakit, kami sedang menunggu kabar lebih lanjut dari dokter," jawab Pak Joyo. "Tuan, saya sarankan Anda segera datang ke sini."

Saka menghela napas panjang dan menatap langit malam melalui jendela. Kakek yang selalu menjadi panutannya, yang selalu penuh dengan kebijaksanaan, kini terbaring lemah di rumah sakit. Tanpa berpikir panjang, Saka segera mengambil keputusan. "Aku akan segera ke sana," jawabnya tegas, lalu meletakkan telepon dengan perasaan campur aduk.

Namun, di dalam hati Saka, perasaan cemas tak hanya tentang kakeknya. Ada rasa gelisah yang tak bisa ia pungkiri, terkait dengan Jian An. Apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita itu? Dan kenapa wajahnya terus terbayang dalam pikirannya? Mungkin, malam ini akan membawa jawaban baik untuk kakeknya, maupun untuk pertanyaan-pertanyaan yang berputar dalam dirinya.

***

Sesampainya di rumah sakit, Saka langsung menuju ruang perawatan kakeknya. Pintu ruangannya terbuka, dan ia bisa melihat sang kakek yang sedang terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Namun, meski terlihat tak berdaya, mata kakek itu masih memancarkan ketegasan dan ketenangan yang selalu Saka kagumi.

"Sudah datang, Saka?" suara kakek itu terdengar serak, namun masih penuh wibawa.

Saka duduk di sisi ranjang kakeknya, menyentuh tangan kakeknya yang tampak lemah. "Kakek, kamu harus lebih banyak istirahat. Jangan terlalu banyak berpikir tentang urusan keluarga atau bisnis," ujar Saka dengan lembut, meski hatinya juga diliputi kecemasan.

Kakek Saka hanya tersenyum tipis. "Aku sudah tua, Saka. Semua urusan itu harus diselesaikan oleh generasi berikutnya. Tapi, ada satu hal yang belum selesai... Gusti Ratih. Dia kabur, kan?"

Saka mengangguk pelan, memikirkan kejadian yang baru saja ia dengar. "Iya, Kakek. Gusti Ratih kabur dan tidak bisa dihubungi. Dia tidak ingin dijodohkan dengan saya. Saya sudah mencoba menghubunginya, tapi semuanya sia-sia."

Kakek Saka terdiam sejenak, lalu menatap Saka dengan mata yang tajam. "Apa yang akan kamu lakukan, Saka?"

Tiba-tiba, dengan penuh keyakinan, Saka berkata, "Sebenarnya, saya sudah memiliki calon, Kakek. Lusa, kami akan menikah."

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Saka, meski sebenarnya ia sendiri merasa terkejut dengan pernyataannya. Dia tahu bahwa pengumuman ini akan mengejutkan kakeknya, yang mungkin tidak pernah membayangkan bahwa Saka sudah memiliki pilihan lain di luar perjodohan yang telah diatur.

"Benarkah?" Kakek Saka memandangnya dengan intens. "Siapa dia? Apakah dia layak menjadi bagian dari keluarga kita?"

Saka menatap ke luar jendela rumah sakit, merenung sejenak sebelum akhirnya berkata, "Namanya Jian An. Dia berbeda dengan yang lain, Kakek. Saya merasa dia adalah orang yang tepat untuk saya."

Kakek Saka mengangguk perlahan, meskipun ekspresinya masih penuh tanda tanya. "Kalau itu pilihanmu, Saka... aku tidak akan menghalangi. Tapi pastikan kamu yakin dengan keputusan ini. Jangan sampai kamu menyesal nantinya."

Saka hanya mengangguk, meski dalam hatinya ia merasa berat. Keputusan ini, meskipun didorong oleh berbagai faktor, tetap bukan hal yang mudah untuk diputuskan. Namun, perasaan yang ia rasakan terhadap Jian An tak bisa dibohongi. Ia tahu, meskipun semuanya masih baru dan membingungkan, Jian An adalah bagian dari takdir yang telah menuntunnya ke jalan ini.

***

Pagi itu, Jian An terbangun perlahan, cahaya matahari yang lembut masuk melalui jendela kaca, menerangi kamar hotel yang elegan. Ia merasa ringan, meski ingatan tentang malam sebelumnya masih samar. Tidur yang cukup memberinya sedikit ketenangan setelah serangkaian peristiwa yang membingungkan. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati udara pagi yang segar dan aroma bunga dari vas di meja samping tempat tidur.

Dengan perlahan, senyum mulai terbentuk di wajah Jian An. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya setelah kejadian-kejadian yang menimpanya. Meskipun masih banyak hal yang belum ia pahami, Jian An merasa bahwa di sini, di tempat yang asing ini, ada rasa nyaman yang mulai tumbuh, terutama setelah pertemuannya dengan Saka. Wajah Saka yang tampak familiar, seperti Banyu, sering terlintas dalam pikirannya. Namun, ia memilih untuk fokus pada hari ini, untuk menikmati momen yang diberikan hidup.

Layanan kamar datang beberapa menit kemudian, dengan seorang pelayan yang membawa sarapan yang tampak lezat. Jian An berterima kasih, sambil mengamati dengan penuh minat hidangan yang disajikan di meja makan. Sesekali ia menyeka air matanya yang hampir tumpah, meski ia berusaha untuk tidak membiarkan emosinya menguasai dirinya terlalu lama. Hari ini, ia memutuskan untuk tetap tegar.

Sambil menikmati sarapan yang disajikan dengan penuh perhatian, Jian An merasakan semacam kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pagi ini terasa berbeda, seolah dunia yang begitu berat mulai terasa lebih ringan. Namun, ia tahu ada banyak pertanyaan yang harus dijawab, terutama tentang masa depan yang kini terasa lebih misterius dari sebelumnya. Apa yang sebenarnya akan terjadi pada dirinya dan pada hubungan yang mulai terbentuk dengan Saka?

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!