NovelToon NovelToon
Penyesalan Suami : Istri Yang Tak Dianggap

Penyesalan Suami : Istri Yang Tak Dianggap

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Perjodohan / Poligami / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:26.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Mommy Ghina

"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.

"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.

Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.

Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkara telepon

Dua jam berlalu sudah cukup Ghina tidur melepaskan rasa letihnya, berhubung perutnya sudah mulai berdendang, di putusnya dia untuk ke dapur.

“Eh ... Non Ghina, ada yang bisa saya bantu?” tanya Tia yang berada di dapur.

“Ada makanan apa Mbak Tia, perut saya lapar?"

“Tadi pas makan siang, saya ketuk pintu kamar Non. Sepertinya sedang tidur, tunggu ya Non ... saya siapkan dulu.”

“Gak usah repot-repot, tunjukkan aja tempatnya di mana, biar saya ambil sendiri.” Gadis itu tidak ingin merepotkan orang lain.

Tia mengabaikan permintaan Ghina, dengan cekatan menyiapkan makan siang yang tertunda untuk istri tuannya.

“Makasih ya Mbak Tia,” ucap Ghina mulai menyantap hidangan yang sudah ada di meja dapur.

“Loh kok Non Ghina makan di dapur?” tanya Ria yang baru tiba di dapur mansion.

“Gak masalah makan di mana aja kok mbak Ria,” jawab Ghina santai, sembari melanjutkan makanmya

“Tapi kan Non Ghina—"

“Jangan di bahas mbak Ria,” sela Ghina sebelum Ria melanjutkan kalimatnya.

Gue bukan nyonya rumah yang sesungguhnya, yang harus berada di ruang makan saat makan!

Selesai makan, Ghina merapikan bekas makannya sendiri tanpa menerima bantuan Tia dan Ria.

“Mbak Ria, temenin saya keliling mansion yuk, saya bosen kalau di kamar aja,” pinta Ghina.

“Boleh Non, kebetulan kerjaan saya juga sudah selesai.”

Ria mulai mengantar Ghina berkeliling mansion Edward. Sesekali mata gadis itu tampak terpukau dengan interior dan furnitur yang ada di mansion Edward, sangat mewah.

“Ini kamar Tuan Besar, tapi kita tidak bisa masuk Non.” Ria menunjukkan kamar Edward yang berada di lantai 2.

“Nah kalau ini kamar Nyonya Kiren, selama satu tahun ini tinggal di sini.” Ria menunjukkan kamar yang berada di sebelah kamar Edward.

“Masuk aja Non Ghina, kamarnya baru saja di rapikan karena habis memindahkan barang Nyonya ke kamar tuan besar,” ucap Ria pelan takut Ghina tersinggung, menyebut nama Kiren dengan awal kata nyonya.

“Santai aja bicaranya Mbak Ria, saya tidak akan tersinggung.” Ghina masuk ke kamar yang di tempati Kiren, sungguh luar biasa mewah berbeda dengan kamar tamu yang dia tempati sekarang.

Dengan salah satu tangannya sambil jalan berkeliling menyentuh ranjang, lalu furnitur yang berada di kamar Kiren.

Di wajahnya tersirat senyum pilu, mengingat statusnya sekarang, terjatuh ke lubang besar. Entah dia bisa keluar atau tidaknya dari lubang tersebut.

“Pemandangannya indah ya mbak.” Sejenak Ghina berdiri di balkon, memandang hamparan yang cukup menyejukkan matanya.

“Iya Non, dari sini bisa lihat pemandangan," balas Ria.

“Aah kenapa jadi bengong, yuklah mbak Ria, kita lanjut keliling lagi.”

“Iya Non."

Mereka kembali berkeliling.

🌹🌹

Edward berkali-kali menghubungi ponsel Ghina dengan handphone dan nomor baru tetap saja tidak di angkat dan di terima oleh Ghina.

“Permisi Pak Presdir, apakah mau cek kesiapan ballroomnya sekarang,” ujar staf hotel.

“Tidak, kalian saja yang mengeceknya,” jawab Edward yang masih sibuk mencoba menghubungi ponsel Ghina.

“Ke mana kamu Ghina,” gumam Edward mulai geram.

“Ferdi, hubungi Denis lagi, suruh handphonenya kasih ke Ghina!” titah Edward.

“Baik Tuan,” Ferdi bergegas menghubungi Denis menggunakan ponselnya.

“Tuan ini sudah tersambung teleponnya dengan Denis!” Ferdi menyodorkan.

“Denis mana Ghina, kasih ponsel kamu ke Ghina!” titah Edward.

“Maaf Tuan, Non Ghina tidak mau bicara dengan Tuan,” jawab Denis.

“Berikan sekarang juga, tidak ada bantahan!” bentak Edward.

Denis kembali menatap gadis itu. “Non Ghina tolong terima telepon dari Tuan Besar,” pinta Denis pada Ghina yang sedang duduk di pinggir kolam renang.

“Tolong Non, siapa tahu penting.” Denis masih menyodorkan ponselnya ke Ghina.

Ucapan Denis masih terdengar di telinga Edward lewat sambungan teleponnya. Akhirnya Ghina meraih ponsel Denis.

BYUR

Ponsel Denis sudah berada di tengah kolam.

“Astaga Non Ghina!" seru Denis melongo ponselnya sudah nyemplung ke kolam renang.

“Minta ganti ponsel kamu sama tuan besar kamu," ujar Ghina datar.

Denis membuka sepatunya, lalu menyelam ke kolam renang untuk mengambil ponselnya.

Dan tak berapa lama ...

Hosh ... hosh

Napas kepala pelayan terengah-engah seperti habis berlari.

“Oh ... ternyata Non Ghina ada di sini, ini Tuan Besar telepon Non.” Kepala pelayan menyodorkan ponselnya.

“Bapak mau nasib handphonenya seperti punya Mas Denis juga!” balas Ghina sambil menunjukkan Denis yang sedang mengambil ponselnya di dasar kolam renang.

“Gak mau Non.” Kepala Pelayan menggelengkan kepalanya.

“Jadi bilang dengan Tuan Besar, saya tidak terima panggilan teleponnya!”

Kepala Pelayan langsung menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Tuan Besar, entah apa yang di bicarakan Edward. Yang jelas wajah sang kepala pelayan terlihat takut.

Ghina dengan santainya meninggalkan mereka berdua. Dia kembali ke kamar tamu, dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

“Cih ... buat apa loe telepon gue, gak ada urusan!” gumam Ghina setelah melihat beberapa panggilan telepon yang tak di kenal.

Derrt ... derrt

Rika Calling

“Assalamualaikum Ghina, apakabarnya pengantin baru nih?”

“Waaliakumsalam, eeehs ... pengantin baru dari hongkongha ... ha ... ha ... ha," terkekeh Ghina ketika menjawab.

“Ya namanya juga basa basi Ghin, gimana malam pertamanya sama suami?”

“Pakai nanya lagi malam pertama, uuuh pokoknya rasanya melayang deh Rik.”

“Melayang sampai bawa ke mimpi ya Ghin!”

“Ha ... ha ... ha udah ah jadi ngawur ngomongnya. Tumben loe telepon gue. Pasti ada sesuatu?”

“Cuma mau mengingatkan besok kita harus ke sekolahan, buat ambil surat kelulusan.”

“Astaga gue hampir lupa, untung loe ingetin gue.”

“Nah itu makanya gue inget ama loe yang kadang suka lupa, padahal masih muda!”

“Thanks ya Rika, berarti besok kita janjian ketemu di sekolah ya.”

“Iya nanti kita ketemuan di sekolah, gue tunggu, sekalian pengen tahu kelanjutan malam pertama loe ... hi ... hi.”

“Dasar loe, ya udah sampai ketemu besok ya ... bye.”

“Bye bye bestie.”

“Ah ... untung di ingetin Rika buat ambil surat kelulusan, semoga dapat nilai yang bagus,” gumam Ghina sendiri setelah memutuskan panggilan teleponnya.

🌹🌹

Malam di kamar hotel, Edward terlihat tak tenang. Berulang kali dia bangun dari duduknya, lalu jalan mondar mandir seperti setrikaan.

Wajahnya muram, kesal, marah semuanya menjadi satu.

“Pak Irwan, saya minta nomor ponsel Ria sekarang juga,” titah Edward kepada kepala pelayannya via sambungan telepon.

“Baik Tuan, akan saya kirim nomor hp Ria,” jawab Irwan.

Ting..

✅Irwan

Ria 0838xxxxxxx

Nomor ponsel Ria sudah di terima Edward, buru buru dia mendial nomor ponsel Ria.

“Halo Ria."

“Halo, ya Tuan Besar,” Ria sangat mengenal suara majikannya.

“Sekarang juga kamu ke kamar Ghina, saya mau bicara dengan Ghina lewat handphone kamu sekarang juga. Dan jangan diputus sambungan teleponnya!” suaranya agak tinggi.

“Ba-baik ...Tuan,” Ria bergegas ke kamar Ghina dari arah dapur.

TOK ... TOK ... TOK

“Masuk, gak di kunci kok,” ucap Ghina dari dalam kamar.

“Maaf Non Ghina mengganggu, anu Non ini tuan besar telepon.” Ria menyodorkan ponselnya.

Ghina meraih ponsel Ria yang di sodorkannya, lalu mematikan sambungan telepon dari Edward.

“Non, kok malah di matiin. Nanti Tuan Besar marah,” tegur Ria.

“Bodo amat, kalau Om Edward telepon lagi, bilang saya tidak akan menjawab teleponnya!”

Belum ada 5 menit, ponsel Ria berdering kembali dengan nomor yang sama.

“Ya Tuan, maaf Non Ghina tidak mau menerima teleponnya,” ujar Ria.

“Kamu masih di kamar Ghina, tolong ponselnya kamu loudspeaker, biar Ghina dengar suara saya!”

“Baik Tuan,” Ria memencet loudspeaker ponselnya.

“Ghina!” panggil Edward dari sambungan teleponnya.

“Apa maksud kamu tidak mau terima telepon saya, kamu udah berani melawan suami kamu sendiri ya,” tegur Edward.

“Cih," gumam Ghina mendengar teguran Edward.

Gak salah dengar ... suami ... suami apa! Suami numpang lewat!

“Ghina, kamu masih belum menjawab juga!” suara Edward mulai meninggi.

JLEB!

1
lidya makadada
Luar biasa
lidya makadada
Lumayan
genta kusuma
kan ada mobil sendiri kok .menunggu ambulan
genta kusuma
kok edwat jahat banget kalau cinta jangan sok
Nur Hidayah
semua ori bos bkn sisa
Nur Hidayah
jgn jx pebinor pak rafael
Nur Hidayah
untung anaknya laki"
Nur Hidayah
visualnya edward kelihatan tuwir dan lecek
Nur Hidayah
mg cepat dipertemukan
Nur Hidayah
cepat sadar om edward bls tuh gina
Nur Hidayah
semua ada hikmahnya
Nur Hidayah
ya gagal dpt hati dan harta bosgan.
n
Nur Hidayah
temen gak setia ckp duwitnya sj anis pecat sekalian boos tar rahasia perusahaan jg dibocorin.
Nur Hidayah
n̈ssi suds jd bubur
Nur Hidayah
hati gina benar" lapang
Nur Hidayah
terlambat sudah edward tuk mengapai gina
Nur Hidayah
puyeng edwar tuh bielikan pabrik oskadon mantep
Nur Hidayah
terpesona yg ori
Nur Hidayah
ganteng kaya tapi tuwir klu byk marah tar strok yg penting warisanya.gina muda cantik byk yg mengharap
Nur Hidayah
dasar edwar sontoloyo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!