Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15
"Ara, aku minta maaf membuatmu menjadi berurusan dengan nadien,"ucap Dimas setelah mereka berdua sampai di ruangan Dimas.
"Tidak apa-apa, kak. Ini akan menjadi pengalaman ku selama bekerja di sini,"kata Ara santai. Dia memang sudah biasa bertemu dengan perselisihan seperti ini. Dan nadien bukan yang pertama ditemuinya.
"Nadien orangnya keras kepala dan manja. Berhati-hatilah,"pesan Dimas.
"Iya, kak Dimas."
"Baiklah, kamu boleh kembali ke ruangan mu,"ujar dimas.
"Aku permisi, kak," Ara pamit undur diri dan begitu kembali ke ruangan nya dia menghembuskan napas panjang.
"Lebih menyenangkan mendesain baju daripada berurusan dengan artis-artis labil begini,"gerutu Ara.
"Ada yang sudah menyerah dengan pekerjaan ini rupanya,"suara itu membuat Ara seketika berpaling. Ternyata benar dugaannya bahwa itu adalah suara Angga, kakak tertuanya.
"Astaga, kak, kamu membuatku terkejut,"ujar Ara dengan ekspresi wajah terkejutnya.
"Apa ada masalah sehingga membuatmu cemberut begitu?"tanya Angga melihat ekspresi wajah adiknya yang sedang kesal.
"Tidak apa-apa, berurusan dengan manusia memang tidak mudah,"Ara menjawabnya dengan perumpamaan.
Angga tersenyum mendengar ucapan sang adik.
"Jangan menghindari semua manusia, dek,"kata Angga.
"Aku tahu, kakak ada apa kemari?"tanya Ara mengalihkan arah pembicaraan diantara mereka.
"Kamu ada waktu?"tanya Angga.
"Memangnya ada apa?"tanya Ara balik.
"Temani aku makan siang, sudah lama kita tidak jalan bersama,"ajak Angga.
"Enggak, aku malas,"ujar Ara sambil duduk di kursi kerjanya.
"Kakak ingin mengajakmu bertemu dengan Kevin, kamu masih ingat?"tanya Angga.
"Iya, aku ingat,"ujar Ara.
"Dia mengundang kita makan bersama,"kata Angga.
"Kakak saja yang ketemuan, aku tidak ikut, ya?"tawar Ara.
Mendengar penolakan Ara membuat Angga semakin berusaha membujuk adik bungsunya itu.
"Ayolah, kita lama tidak makan bersama, kakak ingin sekali makan bersama mu,"rengek Angga. Sikap Angga yang seperti ini tidak seperti pimpinan perusahaan yang terkenal dingin dan tegas. Ara hanya berdecak melihat kelakuan Kakak nya itu.
"Tapi jam istirahat masih lama, kak,"ucap Ara, dia tidak mau dianggap tidak profesional.
"Ya, sudah aku akan bilang ke Dimas, ijinkan kamu keluar bersamaku,"ujar Angga membuat keputusan sepihak.
Ara menghembuskan napas panjang,"Jangan, biar aku sendiri yang bilang."
"Tidak perlu, Dio akan menyampaikan nya kepada Dimas,"ujar Angga tegas.
"Iya, iya, ayo pergi,"Ara menarik tas ransel dan juga jaket nya. Dia sudah malas berdebat dengan kakaknya. Sejak kepulangan nya dari Paris, kakaknya semakin susah dikalahkan dalam berdebat.
"Ayo,"Angga sangat senang mendengar apa yang dikatakan adik bungsunya itu.
"Dio, urus ijin Ara kepada Dimas,"perintah Angga kepada asisten pribadinya.
"Ya, tuan."
"Aku hubungi Kevin dulu ya,"kata Angga. Ara hanya mengangguk saja tanpa berkata-kata.
Mereka berdua turun ke lantai dasar dengan menggunakan lift khusus pimpinan perusahaan.
"Ouh, rupanya wanita jalang itu bisa bersama dengan para petinggi perusahaan, bahkan pimpinan tertinggi pun dekat dengannya, menarik,"ujar nadien sambil tersenyum melihat Ara berjalan dengan Angga di lantai dasar.
**
"Bagaimana kabar adikmu?"tanya Kevin kepada kendra. Mereka berdua sedang santai di sebuah restoran di salah satu mall milik perusahaan keluarga Pratama.
"Baik, mereka baru saja memiliki anak kedua,"ujar kendra.
"Wah, cepat sekali, aku saja baru punya satu,"ujar Kevin sambil tersenyum.
Kendra hanya tersenyum samar,"kalau iri tambah lagi satu segera."
Kevin tertawa mendengar apa yang dikatakan Kendra,"kamu itu yang harus segera menikah. Lama membujang buat apa? Jangan bilang kamu masih mencari gadis kecil yang kamu dulu sering katakan, siapa?"tanya Kevin.
"Jangan mulai membahas masalah orang lain,"kata Kendra.
"Tapi kamu harus pikirkan juga perasaan om Steven. Beliau pasti ingin menimang seorang cucu,"ujar kevin.
"Papa sudah memiliki dua orang cucu dari Ella,"kata Kendra.
"Kamu ini penerus keluarga Daniswara, usiamu juga tidak muda lagi, kalau membujang terus sayang itu dibuang-buang percuma,"ujar Kevin membuat Kendra seketika mengumpat.
"Kurang ajar sekali ucapanmu itu, Vin. Sudah mula hilang tata Krama mu dalam berucap sekarang ya,"tegur Kendra.
Kevin hanya tertawa mendengar Kendra menegurnya.
"Kamu mencari yang seperti apa, biar aku kenalkan, mungkin saja cocok,"tanya Kevin.
"Vin, kalau kamu masih bicara saja, aku lempar sepatu lama-lama,"Kendra mulai kesal dengan ucapan Kevin yang terus menggodanya.
"Hahaha, kamu ini akan tahu rasa kalau bertemu dengan cewek yang keras kepala, dan kamu tergila-gila padanya."
"Kamu diam tidak, Vin. Dasar menyebalkan."
Kevin menahan tawanya agar tidak terlalu keras. Dia hanya tidak menyangka, sahabatnya ini sangat lucu tingkahnya.
