Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mencaritahu penyebab kecelakaan mommy
Wiliam melajukan mobil mewahnya berlalu dari parkiran sekolah, dia tidak bersama Alena,gadis itu pulang bersama sahabatnya Vallerio. Mobil Wiliam tidak langsung pulang ke mansion, pria itu pergi ke markas ayahnya.
hingga tak berapa lama mobilnya kini sampai di sebuah rumah tua di sudut kota. Tampak dari luar rumah itu seperti rumah kosong tak berpenghuni. Rumput liar tumbuh dengan subur di halaman, Wiliam keluar dari mobil, kaki panjangnya berjalan masuk ke dalam rumah tua itu.
Sampai di depan pintu,para anak buah deddynya menunduk hormat saat melihat Wiliam. bagian dalam rumah itu sungguh terlihat jauh berbeda dengan bagian luarnya. Suasana di dalam terlihat begitu luas dan tertata rapi.
"selamat datang tuan muda" sapa mereka,Wiliam mengangguk.
"Dimana dia?" tanya Wiliam dengan wajah dinginnya.
"dia ada di ruangan bawah tanah tuan" jawab mereka sembari mengiringi langkah Wiliam untuk menuju ruangan bawah tanah yang dimaksud.
.
.
Alena saat ini tengah mondar mandir di kamarnya,sejak pulang dia masih memikirkan langkah awal,belum juga terlintas cara yang bagus menurutnya.
"kemarin Mak tiri pergi ke rumah sakit dan terlihat akrab dengan ibu panti, ibu panti datang ke ruangan ku dengan tujuan menjenguk katanya, aku adalah Nadine kalau kata Nadira, ada benang merahnya nggak ya?" dia terus bertanya pada dirinya sendiri, "hufthhhh harusnya aku caritahu bukti cctv di jalan Raya taman kota kali ya,tapi bukankah itu sudah empat belas tahun lalu? Cukup mustahil ini"
Lama dia berpikir sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah opanya. Alena mengambil ponsel untuk menghubungi opa Abigail memberitahu tentang rencananya berkunjung.
.
"mau kemana kamu?" mommy Melisa bertanya tak kala melihat Alena yang sudah bersiap dengan jaket hitamnya. Entah kenapa akhir akhir ini anak itu suka sekali berkeliaran tanpa seizin mereka. Alena memang begitu, terbiasa dengan kehidupan seorang diri jadi dia menempatkan posisinya di rumah itu seperti hidupnya sebelum ada di tubuh Nadira.
"emang penting banget saya memberitahu anda kemana saya pergi?" bukan menjawab, Alena malah bertanya balik membuat mommy Melisa tentu saja naik pitam.
"tentu saja penting Nadira, kamu kalau mau kemana itu harusnya beritahu dulu sama orang rumah, sama mommy gitu,mau jadi apa kamu nanti jika seperti ini terus kelakuanmu? Mau jadi wanita panggilan? Jangan pikir mommy tidak tahu semalam kamu pergi kemana ya, kamu pacaran sampai tidak pulang kan?" ujar mommy Melisa panjang lebar benar benar ingin memposisikan dirinya sebagai ibu sambung untuk Nadira, mendengar tuduhan tak berdasar seperti itu membuat Alena tersenyum tipis. Entah dari mana opini itu berasal,tapi yang jelas Alena salut bahwa mommy tirinya ternyata begitu memperhatikannya.
"apa katamu? Wanita panggilan? anda tahu arti wanita panggilan nyonya? Sekali lagi berbicara omong kosong seperti itu tidak lagi aku tolerir ya, lagipula tahu dari mana anda bahwa semalam aku tidak pulang karena pacaran? Ada buktinya?" tidak menjawab,tidak pula memberikan bukti. Alena berdecak pelan kemudian berlalu dari hadapan ibu tirinya begitu saja.
belum benar benar keluar Alena menoleh sekilas "oh iya aku izin keluar, mau mencari tahu penyebab kecelakaan mommy" ujar Alena kudian benar benar keluar menghampiri motornya yang baru dua jam tadi diantar oleh Jerry,sahabat Wiliam.
....
Sedikit terhenyak mendapati perkataan Alena barusan, mommy Melisa panik sendiri. Tapi tidak lama kemudian dia tersenyum miring, memang apa yang bisa di buat oleh gadis bodoh seperti itu? Lagi pula kecelakaan itu sudah berlalu selama empat belas tahun dan jejaknya pasti sudah tidak ada sama sekali, pikir mommy Melisa dalam hatinya.
harusnya kamu juga di lenyapkan,tapi tunggu umurmu dua puluh tahun! Wanita paruh baya itu meninggalkan ruang tamu,pergi menuju kamarnya.
Sampai di kamar dia mengambil ponselnya,kembali hendak menghubungi seseorang.
"ikuti dia dan caritahu semua apa yang akan dia lakukan" ujarnya kepada orang di seberang telepon.
'siap nyonya' Mommy Melisa kembali tersenyum miring usai memutuskan sambungan teleponnya.
"coba aja caritahu, kamu itu berbeda dengan kembaranmu Nadira, kamu bodoh sedangkan dia pintar, maka dari itu kamu yang kupertahankan!" gumannya dengan lirih.
.
"kamu ternyata sangat berani!" Wiliam dengan tatapan tajamnya seolah ingin menguliti dia yang membuat Wiliam datang siang siang kesini.
"persiapkan semua alat alatnya, sudah cukup lama aku tidak bermain seperti ini lagi!" tambah Wiliam memerintah pada para anak buah deddynya. Mereka langsung menurut mengambil bahan bahan yang akan di butuhkan oleh Wiliam saat ini.
"kalian mendapati obatnya?"
"sudah tuan muda, obat yang dia gunakan bertujuan untuk melumpuhkan pasien secara perlahan dan tidak akan terbangun dari komanya, resikonya sangat tinggi,bisa saja nanti nona memang tidak bisa bangun lagi" jelas para anak buah tersebut berhasil membuat aura gelap Wiliam kian pekat.
Dia melihat satu persatu alat alat tersebut, mulai dari yang paling kecil yaitu silet, pisau lipat,cambuk besi, pencapit, rantai,dan masih banyak lainnya.
ada pula pistol bermacam macam merek,tinggal pilih saja mana yang hendak dia pakai.
"sekarang aku tanya sekali lagi sama kamu, mau bekerja sama denganku atau siap mati hari ini??" sudah beberapa kali dia bertanya pada pria yang memakai jas putih di depannya,tapi jawabannya sedari tadi masih sama, dia tetap menggeleng.
"aku tawarkan uang seratus kali lipat dari yang dia berikan,tapi kamu harus mengaku sekarang!" masih dengan sabar dia berujar tapi tidak berhasil merubah tekad pria tersebut.
"baiklah memang harus di mulai dengan siksaan rupanya.."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...