Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Kebulatan Tekad
"Untuk memperbaiki keluarga saja kau tak mampu dan kau hendak menjadi pemimpin keluarga lain? Kuulangi lagi, dasar tak tahu malu!!" kembali pendekar bertopeng itu mencela.
"Huh?" Hu Tao jelas menampakkan ekspresi terkejut mendengar pernyataan itu.
Jelas dia terkejut karena mendengar perkataan orang itu. Menyelamatkan keluarga? Mengapa dia bisa tahu, begitulah pikirnya.
Pendekar bertopeng yang menyerangnya itu bukan lain adalah Lin Tian. Pemuda ini telah melihat semuanya.
Dari saat Hu Tao duduk termenung di batu taman sampai pesta itu selesai. Lin Tian telah melihatnya. Awalnya dia ingin membunuh Tuan muda itu, akan tetapi setelah mendengar ratapan dan keluh kesah Hu Tao ketika sedang berada di batu taman itu, Lin Tian mengurungkan niat dan memilih untuk tetap mengawasi.
Dan ketika dirinya berada di atas genteng untuk melihat pesta itu. Hampir terbalik jantungnya saking terkejut dan heran. Pemandangan yang dia lihat sungguh mengerikan, semua peserta pesta itu tak ada bedanya dengan binatang. Bagaimana tidak, mereka berhubungan badan di tempat umum seperti itu tanpa malu sedikitpun.
Dan saat itu Lin Tian mengalihkan pandangannya untuk melihat reaksi Hu Tao. Ternyata pemuda itu menampakkan ekspresi yang hampir sama dengannya. Wajahnya memerah menahan marah melihat kekacauan itu.
Tahulah ia jika Tuan muda itu bukanlah orang jahat seperti semua orang yang ada di sana.
Lin Tian sedikit lega hatinya mengetahui jika sang Tuan muda keluarga Hu masih berjalan di jalan lurus. Maka saat itu juga di berkata dalam hati, "Aku harus membantunya!!"
Lin Tian tidak menyangka, kalau Tuan muda keluarga Hu yang rencananya akan menggantikan pemimpin keluarga Xiao, ternyata bukanlah orang yang seperti dia pikirkan.
Dia mengira pemuda albino itu tak ada bedanya dengan ayahnya yang telah bersekutu dengan Aliansi Golongan Hitam dan mungkin hendak memberontak. Ternyata dia salah!! Hal ini ditunjukkan dengan keluh kesahnya di taman dan ekspresi wajahnya ketika dia berada di pesta itu.
Makin yakinlah hatinya jika pemuda itu memang orang baik-baik.
Dan saat ini Lin Tian menyerangnya adalah untuk menguji kepandaian Tuan muda itu. Ternyata kempandaian pemuda itu cukup tinggi juga karena mampu menghindari dua kali serangan berturut-turut darinya.
"Kau bilang...untuk memperbaiki keluarga? A-apa maksudmu?" Hu Tao bertanya dengan sedikit gugup.
"Aku tahu...kau tidaklah senang dengan keluargamu yang sekarang. Tadi malam aku juga melihatmu berbicara seorang diri di taman, benar kan?"
"Kau....siapa kau?" kembali Hu Tao bertanya, saat ini suaranya sedikit bergetar karena menahan tangis.
"Aku bukan siapa-siapa. Intinya, jika kau ingin merubah keluarga ini, aku akan membantumu sampai akhir! Kau bisa percaya padaku." jawab Lin Tian tenang.
"Aku adalah seseorang yang telah diberi banyak kebaikan oleh keluarga Xiao, dan untuk membalas budi itu, aku harus menghentikan pergantian pemimpin dan penggabungan dua keluarga ini!" kembali Lin Tian berkata tegas.
Tak terasa air mata menetes melalu kelopak mata Hu Tao. Dia merasa senang sekaligus terharu, pasalnya selama beberapa tahun terakhir, akhirnya ada seseorang yang akan paham dengan isi hatinya. Dan orang itu juga hendak membantunya, bagaimana bisa dia tidak merasa senang.
Hu Tao yang masih terduduk lemas itu menangis seperti anak kecil setelah mendengar semua penuturan Lin Tian.
"Terima kasih....terima kasih banyak....hiks" hanya itulah ucapan yang keluar diantara isak tangisnya.
"Siapa namamu?"
"Hu Tao..."
"Nama cukup bagus."
Lin Tian hanya mampu memandangi Tuan muda itu tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun. Sebenarnya dia juga bingung harus mengatakan apa untuk menenangkan pemuda di depannya itu.
"Tuan muda!! Ijinkan kami untuk ikut membantu anda!!"
Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakang Hu Tao. Tuan muda itu terkejut karena mengenali suara orang tersebut.
Kamudian dia bergegas bangkit dan menengok. Ternyata yang datang itu adalah empat orang pelayannya yang paling setia.
"Kalian..." gumam Hu Tao merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Tidak!! Kalian tidak boleh membantu!! Ini sangat berbahya, jika kalian ikut, aku khawatir kalian akan mati nantinya." perintah Hu Tao tegas kepada empat orang pelayannya itu.
Empat pelayan itu lalu berlutut dan salah satu dari mereka yang paling tua berkata, "Maaf Tuan muda, kami tidak bisa terus membiarkan anda menderita. Sudah terlalu lama kami hanya berpeluk tangan melihat semua kesengsaraan yang anda alami, sekaranglah saatnya bagi kami untuk membantu Tuan muda keluar dari bencana keluarga ini."
"Oh bagus!! Semakin banyak orang semakin baik." celetuk Lin Tian tiba-tiba.
"T-tapi Tuan, ilmu kepandaian tidak seberapa, jika mereka ikut aku tak bisa menjamin mereka akan selamat." ucap Hu Tao membantah pernyataan Lin Tian
Lin Tian diam sejenak, kemudian melangkah maju untuk menghampiri keempat orang itu.
"Kalian semua!! Apa kalian siap mati untuk perang saudara kali ini?" tanya Lin Tian dengan menekankan setiap perkataannya.
"Kami siap mengorbankan nyawa kami untuk Tuan muda dan keluarga Hu!!" jawab pelayan yang berumur paling tua.
"Bagus!! Memang begitulah seharusnya, dan kutekankan lagi, musuh yang kita lawan kali ini adalah orang sendiri, apa kalian akan mampu membunuh mantan teman-teman kalian itu?"
"Mereka bukan lagi teman-teman kami!! Mereka adalah pengkhianat keluarga Hu, mereka adalah orang yang telah merendahkan keluarga ini serendah-rendahnya. Mereka bukan teman kami! Bukan pula saudara kami! Mereka semua adalah musuh!!" kembali pelayan itu menjawab tegas dan mantap.
"Kau lihat? Jangan mengecewakan kebulatan tekad mereka. Mereka sudah siap mengorbankan jiwa raga untuk kebangkitan keluarga ini, jika kau menolak, sebagai lelaki tentu saja hal itu menodai nama mereka karena seperti dianggap pelayan tak berguna. Terima sajalah." Lin Tian menyarankan kepada Hu Tao.
Hu Tao terlihat mengerutkan kening, dia bingung hendak bagaimana.
Akhirnya ia pun menjawab, "Baiklah, kalian akan ikut membantuku, tetapi aku benar-benar tidak bisa menjamin keselamatan kalian."
"Terima kasih Tuan muda!!" jawab mereka serempak penuh semangat.
"Dan perkenalkan Tuan ini..." ucapannya berhenti karena pemuda itu bingung hendak memperkenalkan Lin Tian dengan sebutan apa.
"Lin Tian" kata Lin Tian yang tahu akan kebingungan Hu Tao.
"Tuan ini adalah Tuan Lin Tian, dia adalah saudara angkatku!! Kalian juga harus memanggil Tuan muda padanya!!" Hu Tao berucap sambil merangkul pundak Lin Tian.
"Baik Tuan Muda!!"
"Jangan panggil aku tuan, cukup dengan Lin Tian saja." balas Lin Tian dengan nada malas.
"Dan juga, kita ini baru saja bertemu, sejak kapan aku menjadi saudaramu?" Lin Tian bergumam dalam hati sembari melirik pemuda albino itu.
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan." Lin Tian bertanya langsung ke inti permasalahan.
Mendengar pertanyaan itu, Hu Tao melepas rangkulannya dan mengerutkan keningnya, terlihat sedang berpikir keras.
Kemudian pemuda itu mengarahkan jari telunjuknya kearah kuil di atas bukit itu.
"Kita harus menyelamatkan para tetua dan pendekar keluarga Hu yang dikurung di sana, mereka akan menjadi pasukan yang kuat bagi kita."
Lin Tian heran dengan ucapan pemuda itu. Bukankah kuil itu adalah markas perguruan Tapak Suci? Mereka ditahan di sana? Apa para tetua dan pendekar itu telah melakukan kesalahan? Tanya Lin Tian dalam hati.
"Apa maksudmu? Di sana itu kan markas perguruan Tapak Sakti. Bagaimana mereka bisa dikurung di dalam sana?" akhirnya Lin Tian bertanya.
"Begini ceritanya...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG