NovelToon NovelToon
Your Heart Is My Home

Your Heart Is My Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Bad Boy
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aniec.NM

Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.

Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.

Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 5 Di Usir

Malam ini. Sekolah begitu ramai, tepat pukul 20.00 wib acara dimulai, semua murid baris menghadap pasangan mereka masing-masing.

Dalam hitungan detik, semua lampu dimatikan hanya lampu kerlap-kerlip yang menyala sebagai suasana romantis dan alunan musik yang menambah keromantisan.

Semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka. Namun Kayra dan Vero hanya berdiam diri, tanpa melakukan pergerakan apapun. Keduanya tidak ada pengalaman berdansa.

“Malam ini lo cantik Kayra,” monolog Vero dalam hati. Ia begitu terpesona melihat penampilan Kayra yang begitu menawan dan terlihat anggun.

“Aduh.” Seseorang menyenggol Kayra dari belakang, membuat Kayra tersungkur, Vero dengan sigap menahan tubuh Kayra agar tidak jatuh.

“Lo nggak papa?”

“Nggak papa.”

**

Jalan Abu-abu No. 344

Mobil mereka berhenti tepat di nomor rumah 344, alamat keluarga Raka. Suasana rumah yang terasa sepi namun halaman begitu bersih dan terawat, mereka menyimpulkan bahwa ini berpenghuni.

Keduanya turun dari mobil, memperhatikan dari kejauhan rumah minimalis berdinding krim yang senada dengan pintunya.

Naufal melihat arlojinya, jam menunjukan pukul 22.30 wib. Ia kembali menatap Naya yang tengah sibuk mengamati rumah itu.

“Masuk?” tanya Naufal dan balas anggukan oleh Naya.

Tok! Tok! Tok!

“Assalamualaikum.”

Naufal mengetuk rumah itu berkali-kali, tak ada sahutan dari pemilik rumah.

“Ada nggak sih orangnya,” gerutu Naya sudah mulai lelah.

Tok!tok! Ketukan terakhir Naufal itu, kini dibalas bukaan pintu dari pemilik rumah.

“Waalaikumussalam.”

Wanita paruh baya dengan daster motif bunga-bunga itu terkejut melihat keberadaan Naya di depan matanya.

Sama pula dengan Naya yang terkejut serta campur bahagia, wanita paruh baya yang ia cari kini di depan matanya, Ibu dari Raka kekasihnya yang hilang.

“Ibu.” Naya langsung memberi peluk rindu kepada wanita itu.

“Aku kangen banget sama Ibu, aku nyariin Ibu tau.”

Wanita paruh baya itu masih terdiam mematung, kemudian ia mendong Naya kasar hingga Naya nyaris terjatuh, untungnya dengan sigap Naufal menahannya.

“Naya, ngapain kamu disini?” tanya wanita itu dengan wajah tak suka.

Naya terheran dengan sikap Ibu Cika, Mamanya Raka begitu sinis dengannya sampai mendorong Naya.

“Bu, Ibu kenapa?” tanya Naya.

“Naya sana kamu pergi, sebaiknya kamu jangan mencari Raka lagi, dia sudah pergi jauh,” ujar Ibu Cika.

Naya menggeleng tak percaya dengan ucapan Mamanya Raka. Sikapnya berubah tidak seperti dulu yang begitu lembut dan halus.

“Aku nggak percaya Raka uda nggak ada, Ibu tolong percaya sama aku Raka ibu masih hidup, kita bisa cari bareng-bareng,” kata Naya dengan air mata yang mungkin sudah ia tahan.

Naufal hanya bisa diam, dia tau dengan posisinya sekarang itu bukan urusannya, dia hanya membantu Naya tetapi bukan mencampuri urusannya.

Naya berusaha mencoba berbicara baik dengan Bu Cika, Bu Cika tak mempedulikan ucapan Naya, ia bersikeras mengusir Naya.

“Pergi kamu Naya, pergi!” teriak Bu Cika.

“Kini pergi aja Naya, ini bukan waktu yang tepat. Kasian tetangga terganggu.” Naufal mencoba membujuk Naya untuk pergi dari sini.

Naufal memapah Naya menuju mobil. Kemudian mereka beranjak pergi dari sana.

Naya tak berhenti menangis, rasanya campur aduk, ia hanya bisa menangis. Sedangkan Naufal fokus menyetir sembari tangan kirinya menodongkan tisu untuk Naya. Naufal tak ada meminta Naya berhenti menangis, karena dia tau menangis adalah cara yang tepat untuk meluapkan rasa kekesalan.

**

03.00 wib pagi

Mereka baru saja sampai rumah. Perjalanan yang lumayan lama itu membuat energi Naufal cukup terkuras, dirinya tidak tidur semalam karena sibuk menyetir. Naufal melihat Naya begitu pulas tidur selepas menangis selama satu jam di mobil.

Naufal menggendong Naya ala bridal style, menuju kamar. Naufal menatap serius wajah Naya yang terlihat lelah. Perlahan tangan kekarnya mengelus pucuk kepala wanita itu, tanpa sadar sebuah senyuman kecil terukir di bibir lelaki itu.

“Gue bakal ada buat lo.”

**

Brug!

Vero menjatuhkan tubuhnya di sofa, dengan mata yang terpejam dirinya berbicara tak karuan. Naufal melihat adiknya sudah terbaring di sofa dengan posisi tak biasa itu sudah menebak ada sesuatu.

“Mabuk ya lo!” sentak Naufal.

Naufal yang memang tadi tengah mengambil minuman di dapur mendengar suara motor Vero, segera melihat dan sudah menebak Vero masuk saat melihat Vero berjalan sempoyongan, lalu tersungkur di sofa.

“Emmm enak banget sih malam ini, gue bahagia banget,” kicaunya masih dengan mata yang terpejam.

**

Suara deringan alarm itu mampu membuat Naya terbangun, dengan mata yang masih terpejam Naya mematikan alarm itu.

“Berisik banget sih.” Naya kembali ingin melanjutkan tidur, namun tiba-tiba ia mulai tersadar.

Naya melihat di sekeliling, lagi-lagi tak ada Naufal. Pandangan teralihkan kepada jam yang menunjukan pukul 09.00 pagi.

“What!” Naya sontak mengambil handuk dan menunjuk ke kamar mandi.

Naufal melihat Naya sudah tak ada lagi di ranjang, bunyi kran air itu Naufal jadi tahu kalau Naya tengah mandi. Naufal memilih duduk di sofa sembari bermain handphone menunggu Naya.

Tak berselang lama, Naya keluar dengan handuk yang ia pakai menutupi tubuhnya.

“Aaaaa!” Naya terkejut melihat keberadaan Naufal di kamar, serentak Naya langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, walaupun itu tak cukup.

Naufal mengangkat alisnya satu. Merasa aneh dengan sikap Naya yang tiba-tiba berteriak tak jelas.

“Ngapain lo disini?” tanya Naya.

“Ini kan kamar gue.”

“Iya gue tau, tapi kemunculan lo itu nggak tepat, sana lo keluar!” usir Naya.

Bukannya beranjak pergi Naufal malah merebahkan tubuhnya di sofa, ia sengaja mengerjai Naya.

“Kok dia malah tiduran sih, bukannya pergi, gue kan jadi canggung mau ngambil baju apa lagi tuh lemari di depannya lagi,” monolog Naya dalam hati. Posisinya Masih berdiri di ambang pintu kamar mandi.

“Naufal!”

“Hmmm.”

“Tolong ambilin baju gue di lemari tapi harus merem.”

“Kenapa harus merem?” tanya Naufal menggoda.

“Ya merem lah, gue nggak mau lo liat gue.”

“Loh bukannya itu juga hak gue ya?”

“Ya-pokoknya lo harus merem.”

“Cepet!”

Dengan mata yang terpejam, Naufal memberikan bajunya Naya, Naya langsung bergegas kembali masuk ke kamar. Naufal tersenyum games melihat tingkah Naya. Sebenarnya sudah menjadi hak nya untuk melihat itu semua, namun jika Naya tidak mengizinkan ia tak akan menyentuhnya.

**

Setelah menangani pasien kecelakaan, Naufal ingin kembali ke ruangannya namun di jalan ia berpapasan dengan dokter Diva yaitu dokter spesialis bedah yang baru saja pulang dari tugas di luar negeri.

“Dokter Diva!”

“Apa kabar dokter Naufal?” tanya Dokter Diva tersenyum ramah.

“Baik, gimana kemarin tugasnya, lancar?” tanya Naufal membuka percakapan.

“Semuanya lancar, sumpah aku capek banget banyak banget pasien tapi aku seneng banget sih,” ungkap Diva antusias bercerita.

Naufal mengangguk paham. Dia paham menjadi dokter spesialis bedah itu bukanlah hal yang mudah, apalagi bertugas di luar kota. Naufal cukup kagum dengan sosok Diva, wanita berpenampilan sederhana itu pernah mengisi hati Naufal beberapa bulan lalu hingga dirinya tau wanita itu sudah memiliki tunangan.

“Maaf Naufal, aku udah punya tunangan. Aku nggak bisa terima kamu.”

Bayangan itu membuatnya cukup sadar diri, mencintai itu tidak harus memiliki, melihat orang yang kita cinta bahagian dengan orang lain saja sudah cukup membuat bahagia walau terasa sesak.

“Yaudah, kalau gitu saya pergi dulu.” Diva melangkah pergi.

1
kath_30
Ngakak abis!
Abigail Carmona
Penulisnya jenius! 🌟
Anik Nurmala: makasih, jangan bosen² untuk mampir ya
total 1 replies
Husna
Bikin merinding! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!