Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bom 18 CEMBURU.
proses pengobatan general pun dimulai, sebelum memijat Zaenal Mbah Salam membuatkan air terlebih dahulu untuk diminum. air tersebut berfungsi sebagai penyejuk dan penawar rasa sakit ketika Zainal sedang dipijit oleh pemasaran. setelah air diminum lalu didiamkan sebentar, barulah proses pemijatan pun dimulai. ternyata betul saja ketika sedang dipijat Zaenal sama sekali tidak merasakan sakit, bahkan dia merasakan nyaman dan kegelian dengan adanya pemijatan dari Mbah Salam itu.
sementara itu Yuli teringat pada seorang temannya yang bernama Shinta, dan kebetulan tadi pagi mereka ketemu, Sinta berpesan agar Yuli memberitahunya jika Mbah Salam berada di rumahnya dikarenakan cinta pun ada sebuah kepentingan kepadanya.
Yuli pergi ke kamarnya lalu mengambil ponselnya.
setelah ketemu apa yang dicarinya barulah dia membuat panggilan kepada cinta.
tut tut tut panggilan pun mulai tersambung,
"halo yul apa kabar ada apa ya?"
"sin kamu mau ketemu dengan Mbah Salam nggak?, kebetulan dia sedang ada di sini di rumah gue, lu ke sini aja deh jika ada perlu ditunggu ya'
"Oke Yul gua entar ke situ dah terima kasih ya udah ngasih kabar"
"oke sama-sama"
tut tut tut
telepon terputus.
beberapa menit kemudian Sinta datang dengan membawa ibunya, setelah mengucapkan salam sinta dan ibunya kemudian mengajak berjabat tangan atau bersalaman dengan Mbah Salam.
Yuli menyambut kedatangan mereka dengan senang hati, lalu Yuli mempersilahkan mereka untuk duduk bergabung bersamanya.
setelah pengobatan Zainal selesai, Mbah Salam beristirahat sejenak sambil minum kopi dan membakar rokoknya ,Mbah Salam menghisap rokoknya dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya ke udara. hal itu sengaja dilakukan hanya untuk memberi rasa rileks pada urat dan sarafnya sehabis melakukan pemijatan terhadap Zainal.
setelah menghabiskan rokok 1 Batang Mbah Salam kemudian memanggil Pak Aep untuk diperiksa kembali, Pak Aep menghampirinya lalu dia berhadapan dengan bahasa salam.
Mbah Salam kemudian bertanya sambil mengamati tulang yang akan dia pijat,
"sekarang bagaimana rasanya Pak, apa masih sakit pegal-pegal ataukah sudah agak ringan?"
"Alhamdulillah Mbah sekarang saya sudah merasa ringan dalam langkah, namun saya belum bisa berlari sebab masih takut".
"oh nanti juga bisa berlari, bekerja kembali, membawa mobil kembali dan mungkin bisa menikah lagi hehehe"
"put jangan atuh Mbah kalau menikah mah bahaya, bisa-bisa nantinya saya nggak dibukain pintu oleh mamahnya hahaha"
"hahaha ya biasalah humor jangan terlalu serius apalagi kita dalam pemijatan ini perlu ketenangan'
"ya Mbah maaf"
Mbah Salam memeriksa dan memijat kaki tangan sampai kepala bapak Aep. ternyata semuanya sudah berangsur-angsur sembuh. setelah selesai pemeriksaan bapak EV dinyatakan sudah sembuh total dan tidak akan diperiksa lagi tinggal sedikit pemulihan saja.
setelah selesai memeriksa dan mengobati bapak Aep kemudian bahasa Lampung mengadakan jeda terlebih dahulu, dikarenakan ia merasa kelelahan .
setelah cukup beristirahat, barulah wassalam bertanya kepada mamah Shinta, Mama cinta itu biasa dipanggil dengan sebutan ibu lina. Mbah salam berkata,
"maaf Ibu namanya siapa?"
"nama saya Lina Mbah"
"oh namanya Lina, ada apa bu ya jadi saya agak kurang enak nih"
"maaf Mbah saya malu mengatakannya"
"sudahlah katakan saja jangan malu-malu, sebab Mbah tidak mau mengobati orang yang malu-malu dan tidak jujur dengan penyakitnya, akui saja penyakit tersebut meskipun kita merasa malu sebab itu adalah ujian buat kita dari Tuhan yang maha kuasa".
"baik Mbah, Saya ingin mengobati putri saya yang bernama Shinta, Dia mempunyai penyakit benjolan di payudaranya"
untuk sementara Mbah Salam merasa kaget, karena mengobati benjolan di gunung kembar itu bukan perkara mudah tapi memerlukan ketelatenan dan kesabaran.
"maaf sebelumnya Bu anak Ibu gadis apa janda?"
"ya gadis Mbah lihat aja wajahnya dan tampangnya"
"iya juga sih, tapi maaf biasanya penyakit kayak gini dialaminya oleh orang yang sudah berumah tangga"
"iya Mbah ini juga saya juga merasa aneh, anak saya masih gadis kok sudah mempunyai penyakit kayak begini".
"yah ibu yang sabar aja lah sekarang mah, mending serahkan saja sama Tuhan siapa tahu Putri Ibu bisa sembuh lagi seperti biasanya amin"
"amin.
"tapi Bu untuk pengobatan kayak gini, saya tidak bisa mengobatinya di luar kita harus melakukannya di dalam kamar supaya tidak kelihatan oleh publik, tahu sendiri kalau yang melihatnya itu bujangan wow bisa bahaya Bu. Saya butuh saksi terutama ibu untuk mendampinginya. selain ibunya Sinta siapa lagi yang ikut menjadi saksi dalam pengobatan sinta"
"saya Mbah"
Yuli datang menghampirinya.
"Oke kalau begitu mari kita masuk ke kamar terlebih dahulu, tapi kamar siapa ya Mbah di sini kan tamu bukan rumah mbah hahaha".
"di kamar depan aja mbah, di kamar Yuli"
mereka berempat pun masuk ke dalam kamar..
perasaan sinta takut bercampur malu pada embah, namun demi kesembuhannya ya pun memaksakan semuanya. rasa malu pun hilang berganti dengan rasa ingin sembuh.
setelah di dalam kamar, Sinta disuruh Mbah Salam untuk membuka bajunya,kebetulan waktu itu Sinta memakai kaos lengan pendek berwarna pink. setelah bajunya dibuka terlihat paya gantung Shinta yang besar padat berisi namun berdiri tegak seolah-olah memberi tantangan kepada orang yang melihatnya. gunung kembar tersebut masih tertutup oleh kain yang terikat berwarna hitam.
Mbah salam memperhatikan benjolan yang ada di antara dua buah payu gantungnya. setelah meminta izin kepada Sinta dan ibunya, kemudian Mbah Salam mulai memegang benjolan tersebut. pada awalnya sinta meringis kesakitan,namun lama kelamaan rasa sakit itu berangsur-angsur hilang.
benjolan awalnya keras, namun kini benjolan itu berangsur-angsur mulai lembek. sebetulnya Yuli merasa cemburu ketika Mbah Salam meraba pepayanya gantung Sinta,Yuli ingin sekali merasakan sentuhan seperti apa yang di lakukan pada Sinta.
tidak lama kemudian Mbah Salam menyuruh Sinta untuk membuka penutup pepaya gantungnya, dia ingin melihat seberapa jauh akar daripada benjolan tersebut. Shinta pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh Mbah Salam, kini terlihat jelas semua bentuk asli daripada pepaya gantungnya milik sinta. tanpa sengaja Mbah salam kemudian meremas anunya sebelah kanan sinta.dia pun meringis merasakan kesakitan yang luar biasa, namun lama kelamaan rasa sakitnya berangsur-angsur pula hilang. Yuli pun semakin merasa cemburu kepada Sinta wajah Yuli sedikit berubah, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. melihat perubahan mimik wajah Yuli Mbah salam pun semakin mengerti dan paham apa yang ada di benak pikiran Yuli. kini dia melakukan aksinya kembali dengan memegang dan meremas pepaya gantung Sinta sebelah kiri, Sinta agak sedikit mendesis merasakan kenikmatan akibat sentuhan tangan Mbah Salam.
setelah hampir 30 menit pengobatan pun selesai dilakukan, kini sinta merasa tidak terlalu sakit dengan penjualan yang ada di dekat anunya. setelah semuanya selesai mereka pun mereka keluar dari kamarnya.