Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Gak bisa tidur, kamu sih ganggu tidur Mas. Harusnya kamu bangunkan Mas jam setengah enam aja" sahut Doni dengan ketus
"Biasanya juga Mas bangun jam lima"
"Semalam Mas gak bisa tidur, jadi wajar kalau Mas masih ngantuk"
"Bukannya semalam Mas tidur nyenyak ya setelah minta di layani, Mas langsung tidur" jelas Lita, Doni hanya mendengus kesal lalu kembali menatap HP-nya.
Kemudian Lita menanyakan tentang chat yang di kirim sang suami semalam dengan penasaran yang mengatakan di luar, sementara semalam Lita cari di luar tak mendapati sang suami.
"Mas memang ada di halaman belakang, Mas panggil-panggil kamu tapi kamu gak denger. Untung ada Desi yang denger, kalau gak mungkin Mas sudah tidur di luar semalam" jelas Doni dengan perasaan makin dongkol pada sang istri
"Hemm, perasaan semalam gak ada suara apapun deh dari halaman belakang" gumam Lita mengerutkan keningnya
Semalam Lita memang tak mengecek ke arah pintu belakang, jadi Lita gak tau saat ini sang suami berkata jujur atau tidak. Jika pun sang suami memanggilnya, tentu kedengaran.
Karena rumah mereka tidak di desain bangunan kedap suara, tak mau memperpanjang masalah Lita memilih diam saja. Cukup lama terdiam, lamunan Lita buyar saat mendengar suara sang suami.
"Pintu belakang itu kuncinya udah mulai rusak, sebaiknya nanti kamu panggil tukang untuk di ganti kuncinya dari pada ada yang terkunci di luar lagi"
Lita mengangguk dan akan menuruti perkataan sang suami untuk memanggil tukang buat mengganti kunci pintu belakang, lalu perhatian Lita terfokus ke arah leher sang suami.
"Leher Mas kok merah semua? Perasaan semalam aku gak ngapa-ngapain Mas deh?" tanya Lita heran, Doni langsung menoleh dengan tatapan tajam
"Terus kalau bukan kamu, siapa? Kamu pikir ada orang lain yang bisa menyentuh Mas" kata Doni menaikan nada suaranya
"Ya bukan gitu, Mas. Aku cuma he......"
"Kamu itu istriku, gak seharusnya kamu curiga sama aku. Kamu sendiri ingat jika selama bermain denganku itu cuma kamu" bentak Doni lalu beranjak dari duduknya
"Aku gak curiga sama Mas, aku hanya heran aja"
Doni berdecak kesal lalu melangkah keluar kamar, Lita hanya menatap punggung sang suami dengan heran. Tak biasanya sang suami marah seperti ini, bahkan sampai tega membentaknya.
Selama delapan tahun menikah dan hidup bersama, ini pertama kalinya sang suami berbicara dengan nada tinggi seperti tadi. Lita menghela napas panjang, lalu mendekati Daniel.
"Daniel sayang, bangun yuk"
Lita membangunkan putra bungsunya penuh dengan kasih sayang sembari mencium pucuk kepala putra bungsunya, Daniel pun langsung bangun dalam sekali panggil.
Daniel tersenyum memandang wajah sang mama kemudian memeluk sang mama dengan penuh rasa sayang, tak lupa mendaratkan c*uman berkali-kali di pipi sang mama.
"Papa mana, Ma?" tanya Daniel sembari menatap sekeliling kamar
"Papa udah turun duluan, kamu sih bangunnya siang terus"
"Aku juga mau tulun"
Daniel turun dari tempat tidur tapi sebelum keluar Lita mengajak Daniel untuk cuci muka terlebih dahulu. Setelahnya itu Lita dan Daniel beralih ke kamar Leon, Lita tersenyum melihat putra sulungnya sudah bangun
Bahkan Leon sudah selesai mandi, Lita melangkah ke arah lemari untuk membantu mencarikan pakaian buat Leon. Sejak tidur sendiri, Leon memang semakin mandiri.
Leon tak pernah lagi di bangunkan saat pagi, kadang sudah mandi dan berpakaian sendiri meski di hari libur panjang seperti saat ini. Libur sekolah di semester pertama sudah satu minggu, sisa satu minggu lagi.
Pukul 07.00 setelah sarapan, Lita berpamitan pada sang suami untuk ke toko miliknya bersama kedua putranya. Doni yang masih bersantai di kamar pun bertanya, tumben sang istri berangkat pagi-pagi.
"Iya, Maa. Ada barang yang mau datang, katanya tadi udah di jalan kecamatan dan bentar lagi sampai. Kasihan kalau sampai toko belum ada siap-siapa, aku udah nelpon Disa tapi dia masih mau mandi" jelas Lita, Doni mengangguk tanda mengerti.
"Ya udah hati-hati ya, Sayang. Jangan ikut-ikutan angkut barang, biar karyawan aja yang urus"
"Iya, Mas. Nanti aku hubungi karyawan bagian gudang, buat datang lebih awal"
Setelah mencium punggung tangan sang suami dengan takzim, Lita beranjak dari kamar sembari menggandeng kedua putranya yang sudah rapi dan wangi pastinya.
Lita yang melewati kamar Desi, hanya bisa geleng-geleng kepala karena sampai detik ini Desi belum juga keluar dari kamar. Sesampai di garasi, Lita membuka pintu samping kemudi untuk kedua putranya.
Lita mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, meski pun sedang terburu-buru karena Lita tak mau membahayakan kedua putranya. Sebelum ke toko, Lita mampir ke sebuah minimarket.
Untuk membeli susu dan cemilan untuk kedua putranya dan para karyawannya, Lita termasuk bos yang begitu royal pada para karyawannya walaupun uang makan tidak di tanggung olehnya.
Waktu kini menunjukan pukul 09.00 mobil muatan yang membawa barang baru sampai detik ini belum juga tiba, padahal mereka sudah menghubungi Lita sejak pukul 07.00 tadi.
"Kok mobilnya belum sampai juga ya, Bu" tanya Disa
"Gak tau juga, Dis. Padahal mereka tadi bilang sudah di jalan kecamatan, harusnya pukul 08.00 tadi udah tiba disini" sahut Lita yang berdiri di depan tokonya
"Mungkin pecah ban, Bu" timbal Suci
"Kalu gak mereka sarapan dulu" pikir Disa
"Harusnya mereka kasih kabar, biar kita gak nunggu kayak gini. Kalau tau mereka datangnya siang, saya gak akan buru-buru berangkat ke toko" gerutu Lita lalu melangkah masuk ke dalam toko
"Saya coba telpon supirnya dulu, masa dari tadi gak sampai-sampai. Meski pun berhenti sarapan, harusnya gak selama ini" lanjut Lita lalu meraih tasnya untuk mengambil HP-nya
"Loh HP saya gak ada, Dis"
Lita tak menemukan HP-nya di dalam tas, Disa menyahut perasaan dari tadi mereka semua belum melihat Lita mengeluarkan HP-nya sama sekali. Lita pun mengerutkan kening, apa iya dirinya belun mengeluarkan HP.
"Iya, Ma. Mama tadi cuma ambil mainan kita aja, ini" kata Leon sembari menunjukan mainan puzzle yang di pegangnya
"Coba Disa telpon nomor saya, mungkin aja jatuh" pinta Lita masih mencari di bawah sekitar kolong meja
"Nyambung, Bu. Tapi gak ada yang jawab" kata Disa
"Mungkin tertinggal di mobil, Bu" kata Suci
Lita pun meraih kunci mobil yang ada di meja kemudian berjalan keluar menuju mobil, sesampai di mobil Lita mengobrak-abrik seisi mobil tapi tak juga menemukan HP-nya.
Lanjut thor
Thor lanjut