NovelToon NovelToon
TRAGEDI KASTIL BERDARAH

TRAGEDI KASTIL BERDARAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

abella dan sembilan teman dekatnya memutuskan untuk menghabiskan liburan musim dingin di sebuah kastil tua yang terletak jauh di pegunungan. Kastil itu, meskipun indah, menyimpan sejarah kelam yang terlupakan oleh waktu. Dengan dinding batu yang dingin dan jendela-jendela besar yang hanya menyaring sedikit cahaya, suasana kastil itu terasa suram, bahkan saat siang hari.

Malam pertama mereka di kastil terasa normal, penuh tawa dan cerita di sekitar api unggun. Namun, saat tengah malam tiba, suasana berubah. Isabella merasa ada yang aneh, seolah-olah sesuatu atau seseorang mengawasi mereka dari kegelapan. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin malam, perasaan itu semakin kuat. Ketika mereka semua terlelap, terdengar suara-suara aneh dari lorong-lorong kastil yang kosong. Pintu-pintu yang terbuka sendiri, lampu-lampu yang padam tiba-tiba menyala, dan bayangan gelap yang melintas dengan cepat membuat mereka semakin gelisah.

Keesokan harinya, salah satu teman mereka, Elisa, ditemukan t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Bayang-Bayang Kematian

Darah segar yang menetes dari tangan Isabella jatuh ke lantai kastil yang dingin. Keputusan yang ia buat beberapa saat lalu telah mengubah segalanya, tetapi bukannya memberikan akhir, keputusan itu justru membuka babak baru yang lebih kelam. Kastil kini tampak lebih hidup, seolah-olah merespons pengorbanan yang baru saja terjadi. Dinding-dindingnya tampak bergerak, memancarkan suara seperti napas panjang.

Di depannya, Ella kini benar-benar terdiam. Jika tadi ia masih memiliki harapan untuk hidup, kini tubuhnya telah menjadi dingin dan kaku, tergeletak tanpa nyawa di altar. Liontin di leher Isabella bersinar lebih terang, seolah menertawakan apa yang telah ia lakukan.

“Selamat, Isabella,” kata pria bertopeng itu dengan suara penuh ironi. “Kau telah membuat pilihan. Tetapi kau harus tahu, kastil ini tidak pernah selesai mengambil.”

“Apa maksudmu?!” Isabella menatapnya dengan mata penuh kebencian.

Pria itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia melepaskan topengnya untuk pertama kali. Di balik topeng itu, wajahnya bukan manusia—melainkan sesuatu yang lebih menyeramkan. Wajahnya berlubang, kulitnya membusuk, dan matanya seperti kobaran api yang tak pernah padam.

“Kau pikir kau akan bebas setelah ini?” tanya pria itu dengan senyum lebar yang tidak wajar. “Kau baru saja menjadi bagian dari siklus ini.”

---

Terror Dimulai Lagi

Tiba-tiba, lantai di bawah Isabella mulai retak. Ia melompat mundur, tetapi celah-celah besar muncul, menciptakan jurang yang menganga di tengah ruangan. Dari jurang itu, suara jeritan dan tangisan terdengar, suara dari jiwa-jiwa yang terjebak di dalam kastil.

Bayangan-bayangan yang sebelumnya menghilang kini kembali, tetapi kali ini mereka lebih nyata. Bayangan itu membentuk tubuh-tubuh teman-teman Isabella yang sudah mati. Mereka berjalan perlahan ke arahnya, wajah mereka yang hancur dipenuhi ekspresi dendam.

“Isabella... ini salahmu...” suara Alex terdengar, penuh kebencian.

“Kenapa kau tidak menyelamatkan kami?” desis bayangan Lia, matanya kosong dan penuh darah.

Isabella mundur, menggenggam belati di tangannya lebih erat. “Kalian semua sudah mati! Jangan menyalahkanku! Aku tidak tahu ini akan terjadi!”

Namun, bayangan itu terus mendekat. Tangannya yang dingin mencoba meraih tubuh Isabella, menariknya ke dalam kegelapan.

“Tidak!” Isabella berteriak, mengayunkan belatinya. Tetapi setiap kali ia melawan, bayangan itu hanya bertambah banyak, memenuhi ruangan dengan wujud yang lebih menyeramkan.

---

Lari dari Kejaran Kematian

Isabella berlari sekuat tenaga, meninggalkan altar dan pria bertopeng itu. Ia berlari melewati koridor-koridor kastil yang tampak lebih panjang dari sebelumnya, seperti labirin yang tak berujung. Dinding-dindingnya kini dipenuhi ukiran-ukiran aneh yang tampak bergerak, menggambarkan adegan-adegan pembunuhan dan penyiksaan.

“Isabella, kau tidak bisa lari dariku,” suara pria bertopeng itu menggema di seluruh kastil.

Di belakangnya, suara langkah kaki yang berat terdengar, semakin dekat. Isabella menoleh dan melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Bayangan hitam besar, lebih besar dari apa pun yang pernah ia lihat, sedang mengejarnya. Sosok itu memiliki cakar tajam dan wajah yang tidak jelas, tetapi matanya bersinar merah seperti bara api.

Isabella memaksa kakinya untuk berlari lebih cepat, tetapi kastil itu seolah-olah memanipulasi jalannya. Setiap lorong yang ia masuki berakhir di dinding buntu atau membawa kembali ke tempat yang sama.

“Aku tidak akan mati di sini!” teriaknya dengan putus asa.

Ia mencoba membuka pintu-pintu di sepanjang lorong, tetapi semuanya terkunci. Akhirnya, ia menemukan satu pintu yang terbuka dan segera masuk ke dalamnya.

---

Ruangan yang Tersembunyi

Ruangan itu berbeda dari yang lain. Tidak ada simbol-simbol aneh atau dinding berlumuran darah. Sebaliknya, ruangan itu tampak seperti perpustakaan kecil, dipenuhi buku-buku tua yang tersusun rapi. Di tengah ruangan, ada sebuah meja kayu dengan sebuah buku besar terbuka di atasnya.

Isabella mendekati meja itu, napasnya masih terengah-engah. Ia melihat halaman yang terbuka, tetapi tulisan di dalamnya tidak menggunakan bahasa yang ia mengerti. Namun, di bagian tengah halaman itu, ada sebuah gambar yang menarik perhatiannya: sebuah lingkaran besar dengan liontin seperti miliknya di tengahnya.

“Liontin ini...” Isabella menyentuh liontin di lehernya.

Sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah kaki terdengar mendekat. Pintu ruangan itu mulai bergetar, seolah-olah ada sesuatu yang mencoba menerobos masuk. Isabella panik, mencari tempat untuk bersembunyi, tetapi ruangan itu tidak memiliki tempat persembunyian.

Pintu itu akhirnya terbuka dengan keras, dan pria bertopeng itu berdiri di ambang pintu, kali ini membawa sebuah kapak besar.

“Sudah kubilang, Isabella. Kau tidak bisa lari,” katanya sambil melangkah masuk.

---

Pertarungan Terakhir

Isabella mengambil buku besar di meja dan melemparkannya ke arah pria itu. Pria bertopeng itu menghindar dengan mudah, tetapi gerakannya memberi Isabella waktu untuk mengambil belatinya.

“Aku tidak akan menyerah tanpa perlawanan!” teriak Isabella.

Pria bertopeng itu tertawa. “Kau tidak melawan aku. Kau melawan kastil ini. Dan kastil ini tidak pernah kalah.”

Pertarungan antara mereka berlangsung sengit. Isabella mencoba menyerang dengan belatinya, tetapi pria itu terlalu cepat. Kapaknya berayun dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan meja dan rak buku.

Namun, saat pertarungan berlangsung, liontin di leher Isabella mulai bersinar lagi. Cahaya itu semakin terang, sampai akhirnya memenuhi seluruh ruangan.

“Apa yang kau lakukan?!” teriak pria bertopeng itu, matanya membelalak.

Isabella tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ia memanfaatkan kebingungan pria itu. Dengan satu gerakan cepat, ia menusukkan belatinya ke liontin yang menggantung di lehernya sendiri.

Liontin itu hancur, dan seketika, seluruh kastil mulai bergetar hebat. Dinding-dindingnya retak, dan suara jeritan jiwa-jiwa yang terperangkap terdengar lebih keras.

Pria bertopeng itu berteriak marah. “Kau tidak tahu apa yang telah kau lakukan! Kau menghancurkan semuanya!”

“Aku menghancurkanmu!” jawab Isabella.

---

Kastil yang Runtuh

Lantai di bawah kaki mereka runtuh, dan Isabella jatuh ke dalam kegelapan. Ia merasa tubuhnya melayang, diikuti oleh suara jeritan pria bertopeng yang semakin menjauh.

Ketika ia membuka matanya, ia menemukan dirinya terbaring di tengah hutan. Kastil itu sudah tidak ada lagi—hanya ada reruntuhan yang tersisa.

Isabella merasakan kelelahan luar biasa, tetapi ia juga merasa bebas. Untuk pertama kalinya sejak ia memasuki kastil, ia tidak lagi mendengar suara-suara atau merasakan teror yang mengintainya.

Namun, ketika ia berdiri dan mulai berjalan menjauh, ia mendengar suara samar di belakangnya.

“Isabella...”

Ia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun. Namun, di antara reruntuhan, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya kembali membeku—sebuah topeng menyeramkan yang tergeletak di tanah, memandangnya dengan diam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!