Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Kartu undangan telah di sebar. Gedung dan segala macam persiapan pernikahan telah rampung. Beberapa hari lagi, Hanin akan sah menjadi seorang istri dari pengusaha muda.
Siapa sangka, seorang gadis kampung yang kusam dan tidak berpendidikan, kini malah berjodoh dengan Pria tersebut.
Entah apa yang ada di pikiran ibu nya Abi. Jika biasa nya seorang Ibu ingin mencarikan jodoh yang sesuai dengan keluarga nya, tapi beliau, memiliki hal yang berbeda di dalam pikiran nya.
Ada yang bahagia ada juga yang berduka saat menerima undangan tersebut. Bahkan, keluarga Hanin yang ada di desa pun, turut di undang.
Mereka lumayan terkejut saat melihat undangan pernikahan Hanin yang begitu mewah. Bahkan, orang terkaya di kampung mereka saja, undangan pernikahan anak nya tidak semewah itu.
"Mewah sekali undangan pernikahan nya Hanin. Apa jangan-jangan mereka orang kaya beneran, ya." Tanya Cantika.
"Ah tidak mungkin. Masa iya, orang kaya naik becak mau lamar anak gadis orang. Trus, apa kamu tidak lihat, penampilan mereka seperti apa saat datang ke sini?"
"Iya sih. Atau mungkin mereka sengaja, mengirimkan undangan mewah hanya untuk kita saja. Supaya mereka bisa menipu kita, bu."
"Benar juga. Ibu yakin itu."
Tidak lama setelah Ibu dan anak itu berbicara, ramai orang-orang kampung yang datang ke rumah mereka.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ada apa ya, Ibu-ibu."
"Wah, kalian dapat undangan juga, ya." Ucap salah satu ibu-ibu yang melihat undangan di tangan Tante nya Hanin.
"Iya. Emang kenapa?"
"Kami juga di undang ke pernikahan nya Hanin yang ada di kota. Lihat ini. Undangan kita bahkan sama. Bukan itu saja. Hanin juga mengirimkan kami baju seragam."
Ada beberapa ibu-ibu yang datang sambil menenteng paper bag. Baik Cantika maupun Ibu nya, begitu terkejut saat melihat semua itu.
Mengapa hanya Ibu-ibu yang ada di desa yang mendapatkan baju seragam. Mengapa dirinya dan juga Cantika, malah hanya mendapatkan undangan nya saja.
Kali ini, Hanin tidak bisa di biarkan. Awas saja. Akan ia permalukan Hanin nanti di depan umum.
"Baju seragam murahan saja kalian belagu. Dasar orang kampung!"
"Sejak kapan baju merk Xx collection jadi baju murahan. Lihat ni. Hanin bahkan tahu ukuran kami semua dengan tepat. Maka nya, jadi orang itu harus baik. Mungkin ini balasan nya untuk kami, karena kami sering membantu Hanin dulu." Ucap salah satu Ibu-ibu yang hadir di sana.
Setelah memamerkan apa yang bisa mereka pamerkan, akhirnya rombongan ibu-ibu iyu pulang.
Cantika dan Ibu nya benar-benar sangat marah kali ini. Karena mereka di perlakukan berbeda oleh Hanin dan calon mertua nya.
Jika memang benar Hanin akan menikah dengan orang kaya. Berarti, mereka yang sial karena saat itu telah menghina keluarga kaya itu.
Sedangkan para Ibu-ibu yang dulu sering membantu Hanin, mereka sangatlah bahagia. Hanin benar-benar mengingat setiap orang yang dulu sering membantu nya.
"Ku-rang ajar sekali si Hanin itu. Berani sekali ia menghina kita. Kita itu keluarga nya. Harus nya ia lebih mementingkan kita daripada ibu-ibu kampung itu."
"Iya, Bu. Hanin keterlaluan. Dia udah sombong semenjak keluar dari rumah kita. Kita harus memberinya pelajaran nanti. Kita harus mempermalukan Hanin di depan semua orang."
"Kamu benar Cantika. Hanin harus merasakan akibat nya. Karena ia sudah berani macam-macam dengan kita."
Sesaat ketika mereka selesai berbicara. Pak Rahmat pulang dari kebun. Kebun milik keluarga Hanin yang ia kelola bersama Istri nya.
Semua orang juga tahu jika kebun itu milik Hanin. Namun, semua bungkam karena takut dengan Ibu nya Cantika. Wanita itu, adalah ular berbisa yang sangat licik.
Bukan itu saja, ia juga merupakan adik dari seorang lintah darat yang ada di desa sebelah. Abang nya memiliki banyak bodyguard yang siap kapan saja menghabisi siapapun yang menyakiti adik kesayangan nya.
"Ada apa sih, ribut-ribut?"
"Ini ni Pak. Si Hanin. Orang-orang kampung di kirimin undangan dan baju seragam. Sedangkan kita, hanya undangan saja. Apa ia sudah tidak menganggap kita saudara nya lagi?"
Pak Rahmat bukan nya menjawab. Beliau malah tertawa terkekeh saat mendengar apa yang dikatakan oleh istri nya itu.
" Kenapa bapak cuma ketawa aja? Ada yang lucu? "Tanya Cantika yang merasa heran dengan Bapak nya yang tiba-tiba tertawa.
" Iya. Kalian itu sungguh lucu. Bukan kah kalian berdua yang mengusir nya dari sini? Dan lagi, apa selama Hanin tinggal di sini, kalian memperlakukan nya dengan baik? Tidak kan? "
"Ya tapi, kita sudah merawat nya dengan baik selama ini."
"Kita? Nggak salah? Hanin yang udah merawat kita dan memberikan kita tempat tinggal. Tanpa Hanin, kita sudah lama jadi gembel. Ingat itu. Jadi, jangan terlalu banyak menghayal."
"Kok bapak bicara begitu sih?"
"Jadi, bapak harus bagaimana? Bukan kah karena kalian juga, bapak harus berhutang kesana kemari. Kapan kalian itu sadar? Apa tunggu bapak tiada? Kalian sungguh keterlaluan!"
Cantika dan Ibu nya terdiam. Mereka tidak ingin memperpanjang masalah lagi. Selama ini memang mereka sudah melakukan hal yang buruk pada Hanin.
Tapi, Pak Rahmat tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah di ancam oleh Abang ipar nya. Mereka akan menjual Hanin jika Ibu nya Cantika tidak di izinkan mengelola seluruh aset milik keluarga Hanin.
Pak Rahmat tidak berdaya. Ia pun tidak bisa meninggalkan Hanin. Jika bisa, sudah sejak dulu ia pergi dari desa membawa Hanin. Namun, mata-mata keluarga istri nya ada dimana-mana.
Pak Rahmat terpaksa diam di rumah itu sambil menjaga Hanin dari jauh. Kadang beliau sengaja diam-diam memberikan makan dan uang jajan.
Yang lucu nya Hanin. Karena ia tidak tahu uang dan makanan itu milik siapa, dan siapa yang memberikan nya, jadi ia tidak mengambil makanan dan juga uang tersebut.
Hingga terkadang Pak Rahmat meminta tolong pada beberapa ibu-ibu yang ada di sana untuk menolong Hanin. Dan Pak Rahmat akan memberikan mereka upah.
Ibu-ibu yang baik, mereka tidak mau melakukan nya karena upah. Hanin mereka bantu dengan suka rela.
Hanin yang baik dan rajin, membuat mereka sangat menyukai Hanin. Hanin persis dengan orang tua nya yang baik dan suka menolong.