Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #28
Enam bulan kemudian.
Abi dan Anaya sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah Alvarendra, Abi sengaja meminta agar Naya mengantarkan dirinya juga untuk pergi ke kantor. Saat baru setengah jalan, Abi memijit pelipisnya dan dia menyandarkan tubuh di bangku mobil. Naya yang heran langsung bertanya, dia merasa jika ada sesuatu yang Abi pikirkan.
"Mas, apa kamu ada masalah?" Naya bertanya sambil memegang pundak Abi.
Abi melirik Naya dan mengangguk. "Ada tangan nakal yang sengaja ingin menghancurkan perusahaanku."
Al yang saat itu sedang bermain game langsung tidak meneruskan permainannya karena mendengar perkataan sang Papa, dia tetap memegang ponsel tetapi kali ini hanya diam saja.
"Aku yakin di dalam perusahaanku ada seorang pengkhianat, untuk saat ini beberapa anggotaku sedang mencari pengkhianat itu tetapi belum mendapatkan hasil." Abi memijit pelipisnya karena satu demi satu para penanaman saham menarik kembali saham mereka.
"Aku hanya bisa bantu doa supaya masalah ini cepat selesai, Mas."
Abi pun mengangguk sementara Al sedang memikirkan bagaimana caranya menangkap pengkhianat yang Papanya katakan.
'Aku harus bisa membantu Papa, ada ponsel keluaran terbaru yang eyang buyut berikan waktu itu. Aku yakin melalui ponsel itu pasti semuanya akan bertambah mudah.' batin Al tidak sabar ingin mencari pelaku kejahatan.
Sesampainya di sekolah, Al langsung turun dan mencium punggung tangan milik kedua orangtuanya. Dia melambaikan tangan sambil berjalan masuk ke dalam sekolah.
Mobil milik Abi pergi dari area sekolahan Al.
Anaya mengelus kepala Abi yang bersandar di bahunya, Abi selalu melakukan ini jika sedang dilanda bingung dan tertekan. Namun, baru saja sampai di tengah jalan Naya merasakan jika perutnya sangat sakit. Dia memegangi perut sambil meringis.
Abi terkejut karena mendengar desisan yang keluar dari mulut Anaya, dia segera menegakkan tubuh dan menatap wajah Naya yang terlihat pucat. Dirinya mengangkup wajah itu sambil menatap dengan lekat.
"Sayang, ada apa?"
"Mas, perutku sakit. Ssh!" Naya memegangi perutnya yang sangat melilit dan dia kemudian membekap mulut lalu meminta sopir agar menghentikan laju mobil.
Anaya segera keluar setelah mobil berhenti, dia memuntahkan semua isi perutnya karena rasa mual yang mendera. Dirinya memejamkan mata sejenak, lalu menghela nafas berat. Abi yang penasaran langsung menghampiri Anaya dengan raut wajah kekhawatiran.
"Sayang, kamu masuk angin?" Abi memijat tengkuk milik Anaya.
"Sepertinya iya, Mas." jawab Naya dengan suara lirih.
"Kita ke rumah sakit sekarang ya? Aku tidak tega melihat kamu seperti ini." pinta Abi dengan sedikit memaksa.
Anaya menolak dengan halus tetapi Abi tetap bersikeras membawanya ke rumah sakit terdekat, Abi tidak peduli jika dia akan terlambat sampai di kantor karena kesehatan sang istri lebih penting dari segala-galanya.
Sepuluh menit dalam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Abi pun menggendong Anaya ala bride style, sebenarnya Naya sangat risih tetapi Abi berkata jika dia tidak ingin Anaya semakin sakit nantinya.
Sesampainya di ruangan Dokter, Abi dan Anaya duduk di kursi yang berseberangan dengan Dokter tersebut. Anaya pun mulai mengatakan keluhan akan sesuatu yang dia rasakan belakangan ini, Dokter yang sudah mengetahui gejala itu hanya tersenyum tipis. Dia memberikan Anaya sebuah wadah kecil dan Naya harus mengisinya dengan air seni.
Tiga menit kemudian, Dokter tersenyum karena dia sudah mendapatkan hasil untuk pasiennya hari ini. Dokter itu memberikan testpack bergaris dua kepada Anaya dan Abi. Mereka berdua sempat terkejut tetapi sedetik kemudian Naya langsung menghambur ke dalam pelukan Abi.
"Dok, ini benarkan? Hasil ini tidak bohong 'kan, Dok?" Abi seperti masih belum percaya karena Anaya dinyatakan positif hamil.
"Hasil ini sangat akurat, Pak. Tetapi, jika Bapak kurang yakin mungkin Bapak dan Ibu bisa memeriksanya langsung ke Dokter kandungan." ucap Dokter umum tersebut.
Abi terus tersenyum senang karena apa yang dia inginkan akhirnya tercapai, jika Naya memang hamil maka dia akan menjaga Anaya dan calon bayinya dengan sangat hati-hati.
🌺🌺🌺🌺
Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, Elvira masih setia berada di dalam mobil karena dia sedang menunggu seseorang. Dirinya mengembangkan senyum ketika melihat seseorang yang dia tunggu sudah menampakkan batang hidungnya.
El dengan cepat turun dari mobil dan menghampiri Alvarendra.
"Hai, Al!" seru Elvira ketika sudah berada di dekat Al.
Alvarendra melirik Elvira dengan heran, pasalnya dia sama sekali tidak mengenal wanita seusia sang Papa yang saat ini berada di hadapannya.
"Al, tante datang kesini karena ingin menjemput kamu." ucap El dengan senyum dibibir.
"Tante siapa? Aku gak kenal sama tante."
"Tante ini teman Mama kamu, Mama kamu tidak bisa menjemput karena dia sedang menyiapkan makan siang untuk Papamu."
Al mengangguk. "Tapi 'kan tante, Mama bilang aku gak boleh percaya gitu aja sama orang asing."
"Orang asing? Siapa? Kamu bilang tante ini orang asing? Tante ini teman Mama kamu, masa gak percaya sih." El tersenyum tipis. "Nama Mamamu Anaya, Papamu Abimanyu. Kami berteman sejak lama dan baru kali ini tante akan berkunjung untuk menemui orang tuamu lagi." lanjutnya berkilah.
Al yang masih kecil hanya percaya dengan ucapan Elvira, dia mengikuti El masuk ke dalam mobil.
Pukul sebelas siang, Anaya baru saja selesai menyiapkan makan siang untuk Abi. Setiap hari, Anaya selalu membawakan bekal makan siang untuk Abimanyu. Hari ini dia memasak sayur lodeh ayam dan sambal terasi, Naya tidak peduli dengan ucapan orang lain karena melihat masakan yang dia buat sangatlah sederhana. Namun, menurut Anaya yang terpenting bisa mengenyangkan perut dan patut di syukuri.
Anaya bersiap untuk pergi menjemput Al ke sekolah lalu setelah itu mengantarkan bekal Abi ke kantor. Tetapi, saat dirinya sampai di sekolah milik Al dia dikejutkan karena melihat teman-teman Al sudah tidak ada lagi di dalam sekolahan.
Naya berjalan menghampiri satpam, dia bertanya barangkali satpam itu melihat Alvarendra. Namun, jantungnya seakan ingin berhenti berdetak ketika satpam itu mengatakan jika Al sudah pulang sedari tadi dan dijemput oleh seseorang.
Anaya yang kebingungan segera berjalan cepat masuk ke dalam mobil, dia menghubungi Abi tetapi tidak ada jawaban. Dirinya berpikir jika Abi saat ini pasti sedang menjalani meeting penting di kantornya sehingga tidak bisa menjawab panggilan dari Anaya.
Dua puluh menit dalam perjalanan akhirnya Naya sampai di kantor Abi, dirinya segera masuk ke dalam kantor tersebut. Sesampainya di ruangan milik Abi, dia tidak melihat sang suami yang menandakan jika Abi belum selesai meeting. Anaya sangat bingung dan khawatir dengan keadaan Alvarendra saat ini.
"Al, kamu dimana? Ya Allah, tolong lindungi anak hamba dimana pun dia berada." lirih Anaya berdoa sambil menitikkan air mata.
•
•
•
TBC