seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 12
Biantara masih berdiri di depan jendela besar kantornya, menatap ke cakrawala dengan perasaan bercampur aduk. Laporan tentang Ayana tergeletak di mejanya, seperti duri yang menusuk hatinya. Ia merasakan dorongan yang begitu kuat untuk bertindak. Kali ini, ia tidak akan hanya diam.
Biantara berbicara dengan nada tegas
"Aku sudah cukup lama membiarkan keadaan ini menghancurkanmu, Ayana. Kau bukan hanya cinta pertama—kau adalah segalanya. Aku tahu aku salah meninggalkanmu waktu itu, tapi sekarang aku punya kekuatan. Aku punya pengaruh. Dan aku punya alasan untuk memperjuangkanmu lagi."
Dia melangkah ke meja, mengambil laporan itu dan melihat foto Ayana yang terselip di halaman terakhir. Wajahnya terlihat tenang, tapi mata Ayana menunjukkan luka yang mendalam, membuat Biantara semakin merasa bersalah.
Biantara menggenggam foto itu dan kemudian berkata
"Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Aku tidak peduli pada aturan atau tradisi. Kau pantas mendapatkan kebahagiaan, Ayana, bahkan jika itu berarti aku harus melawan seluruh dunia."
Dia duduk kembali di kursinya, menatap layar komputer yang menampilkan jadwal pertemuannya. Ia mengetikkan sesuatu dengan cepat—sebuah rencana mulai terbentuk dalam pikirannya.
Biantara berpikir keras, berbicara kepada dirinya sendiri
"Devano mungkin suamimu secara hukum, tapi apa dia benar-benar mencintaimu seperti aku? Dia membiarkanmu terpuruk, tidak melindungimu dari semua tekanan ini. Kau berhak memilih kehidupanmu sendiri, Ayana. Aku akan memastikan kau mendapatkan kesempatan itu."
Dia menghubungi sekretarisnya melalui interkom.
Biantara:
"Reni, jadwalkan ulang semua pertemuan minggu ini. Fokuskan tim untuk investigasi penuh tentang Devano Ardihartanu dan latar belakang keluarganya. Aku juga ingin tahu tentang hubungan bisnis mereka, kelemahan apa pun yang bisa kita gunakan."
Reni dengan nada terkejut
"Baik, Pak Biantara. Apakah ini terkait dengan proyek tertentu?"
Biantara nada dingin, tegas
"Bukan proyek. Ini urusan pribadi. Segera lakukan."
Dia menutup interkom dan kembali menatap laporan itu. Hatinya membara, penuh tekad untuk menebus kesalahannya. Dia memikirkan cara untuk mendekati Ayana tanpa membuatnya semakin tertekan. Biantara tahu bahwa langkah ini harus hati-hati, karena dia tidak ingin melukai Ayana lebih dalam.)
"Kali ini, aku akan menebus segalanya. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi, Ayana. Kau milikku, sejak awal dan selamanya."bian berbisik
Dia mengambil pena, menandatangani beberapa dokumen, dan melanjutkan menyusun rencana yang lebih besar—sebuah rencana untuk membawa Ayana keluar dari kehidupan yang mengekangnya. memperlihatkan Biantara yang fokus dan penuh tekad, siap mengubah jalan hidupnya demi wanita yang dicintainya.
setelah beberapa saat menunggu kini Biantara duduk di kursi kerjanya dengan ekspresi tegang. Beberapa dokumen dan laporan tentang Devano Arjuna terhampar di mejanya. Laporan yang disusun oleh tim investigasinya telah selesai, namun hasilnya jauh dari harapannya.
Reni masuk dengan hati-hati, membawa dokumen terakhir
"Pak Biantara, ini laporan lengkap tentang Devano Ardihartanu. Tim kami sudah memeriksa semua rekam jejak bisnis dan personalnya, tapi... tidak ada hal yang mencurigakan atau negatif."
Biantara mengambil laporan itu, membaca dengan seksama, lalu melemparkannya ke meja dengan frustrasi
"Jadi, dia benar-benar pria sempurna? Tidak ada kesalahan? Tidak ada celah?"
Reni dengan nada pelan
"Devano adalah pria yang bersih. Tidak ada skandal, tidak ada hubungan bisnis ilegal, dan kehidupan pribadinya pun terjaga dengan baik. Dia tampaknya sangat menghormati Ayana, meskipun..."berhenti ragu
Biantara menatap tajam
"Meskipun apa?"
Reni:
"Meskipun ada indikasi bahwa hubungan mereka tidak harmonis. Tidak ada bukti perselingkuhan atau kekerasan, hanya... mungkin kurangnya ikatan emosional dari Ayana."
Biantara terdiam, menghela napas panjang. Dia merasa seperti terjebak. Meski Devano tampaknya pria yang layak, fakta itu tidak menghapus rasa bersalah dan cinta mendalam Biantara terhadap Ayana.
Biantara berbicara pada dirinya sendiri, dengan suara rendah
"Ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia pria yang sempurna, tapi Ayana masih terjebak dalam penderitaannya? Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka?"
Reni berdiri di sana, menunggu perintah lebih lanjut. Biantara akhirnya menatapnya.
"Kita tidak bisa menyerang dia secara langsung. Cari cara lain. Aku ingin tahu lebih banyak tentang hubungan mereka, terutama apa yang membuat Ayana tetap bersikap dingin terhadap suaminya."
"Baik, Pak Biantara. Tapi... dengan semua hormat, apa Bapak yakin ini keputusan yang tepat? Jika Devano tidak bersalah, mungkin Ayana benar-benar butuh waktu untuk menyembuhkan dirinya, bukan konflik baru."
Biantara menatapnya tajam, namun ada rasa bersalah di matanya. Dia tahu Reni ada benarnya, tapi egonya tidak bisa menerima untuk berhenti di sini.
Biantara dengan nada pelan namun tegas mengatakan
"Ayana tidak pernah bahagia bersamanya. Itu kenyataannya. Aku tidak akan menciptakan konflik, tapi aku juga tidak akan diam melihat dia terus menderita. Temukan jawabannya, Reni. Aku harus tahu bagaimana aku bisa membantu Ayana tanpa menghancurkan dirinya lebih jauh."
Reni mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan. Biantara bersandar di kursinya, pikirannya penuh dengan keraguan dan rasa frustrasi. Dia tahu langkah berikutnya harus hati-hati. Kini memperlihatkan Biantara yang termenung di tengah ruangan kantornya yang besar dan sunyi.
"ohj astagaaa" bian menjambak rambutnya frustasi.
Keesokan harinya...
Reni, sekretarisnya, masuk dengan membawa sebuah dokumen tambahan. Wajah Reni terlihat sedikit pucat
Reni perlahan menaruh berkas di meja dengan hati-hati
"Pak Biantara, saya menemukan sesuatu yang... mungkin Anda ingin tahu. Ini tentang Ayana, pada malam pernikahannya."
Biantara menegakkan tubuhnya, menatap dokumen dengan alis berkerut
"Malam pernikahannya? Apa yang terjadi?"
Reni berbicara dengan hati-hati
"Saya baru saja mendapatkan laporan medis yang menunjukkan bahwa Ayana pernah mencoba bunuh diri pada malam itu. Dia ditemukan oleh seorang maid dan berhasil diselamatkan sebelum terlambat. Saat itu, pihak keluarganya merahasiakan kejadian ini, terutama ibunya."
Biantara terdiam, tubuhnya kaku mendengar kabar itu. Wajahnya berubah dari terkejut menjadi marah.
Biantara menggenggam ujung meja, nadanya penuh emosi
"Bunuh diri? Ayana? Malam pernikahannya? Kenapa tidak ada yang tahu soal ini?!"
Reni melanjutkan dengan hati-hati
"Menurut laporan, tekanan dari ibunya untuk menikah dengan Devano menjadi salah satu alasan utama. Ayana merasa putus asa karena dipaksa menikah tanpa diberi pilihan. Keluarganya, terutama ibunya, menutupi semuanya untuk menjaga nama baik mereka."
Biantara bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir sambil mencoba mencerna informasi tersebut. Tangannya mengepal, terlihat jelas kemarahannya.
"Jadi, dia dipaksa menikah, dan bahkan mencoba mengakhiri hidupnya karena itu? Sementara aku... aku hanya pergi, meninggalkan dia sendirian menghadapi semuanya."
Reni menunduk, tidak tahu harus berkata apa. Biantara berhenti berjalan, menatap Reni dengan mata penuh determinasi.
"Ini cukup. Aku tidak bisa diam lagi. Ayana sudah terlalu banyak menderita. Jika aku tidak melakukan apa-apa, itu sama saja aku mengkhianati dia lagi."
"Pak Biantara, saya mengerti Anda ingin membantu Ayana, tapi Anda juga harus mempertimbangkan kondisinya sekarang. Dia masih sangat rapuh. Langkah yang salah bisa memperburuk keadaannya."Reni sedikit ragu-ragu
Bian terdiam sejenak, lalu mengambil dokumen itu dan membacanya lebih teliti. Wajahnya menunjukkan campuran antara rasa bersalah dan tekad.
"Saya akan berhati-hati, tapi saya tidak akan membiarkan dia terus hidup dalam bayang-bayang penderitaannya. Jika Devano tidak bisa membuatnya bahagia, maka saya harus melakukannya. Tidak peduli bagaimana caranya."
Reni hanya mengangguk pelan, memahami tekad Bosnya itu ,di ruangan itu memperlihatkan Biantara yang masih memegang dokumen itu erat, tatapannya penuh dengan tekad untuk menebus masa lalu.