aku tidak tahu apakah pernikahanku akan berjalan sempurna atau tidak...
aku juga tidak tahu apakah aku mampu melewati pernikahan ini hingga akhir atau tidak...
hanya Tuhanlah yang tahu akhir kisah cinta pernikahanku ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama Kalinya
"Alishba !" suara memanggil dari ruangan makan ketika Alishba berada didekat sana.
Alishba sedang menata bunga di dalam vas kaca yang ada di atas meja besar.
Seorang perempuan melongok keluar dari arah ruangan makan.
"Alishba", panggilnya sekali lagi.
"Ya, umi", sahut Alishba seraya menoleh.
"Tolong kamu ambilkan pesanan roti di toko kue langganan kami, toko Hemeti", kata umi.
"Baik, umi, aku akan mengambilnya kesana", sahut Alishba.
"Kau akan diantar oleh sopir, rotinya buat acara nanti sore, akan ada tamu datang ke rumah ini, karena mereka tidak sempat datang ke acara pernikahan kalian jadi menggantinya hari ini", ucap umi.
"Ya, umi", sahut Alishba singkat.
Alishba segera menyelesaikan pekerjaannya menata rangkaian bunga di dalam vas kaca.
"Tinggalkan saja ! Biar pelayan yang menyelesaikannya ! Pergilah sekarang, karena toko masih sepi di jam pagi begini !" kata umi.
"Baik, umi", sahut Alishba patuh sembari berlalu pergi dari arah meja di dekat ruang makan.
"Tunggu, Alishba !" panggil umi.
Alishba langsung menghentikan langkah kakinya saat umi memanggilnya.
"Ya...", sahut Alishba seraya memutar tubuhnya, menghadap ke arah umi.
"Jangan lupa bawa kartu atm ini !" ucap umi seraya memberikan sebuah kartu atm warna hitam kepada Alishba.
Umi tersenyum simpul sembari berujar.
"Bagaimana kau akan membayar pesanan roti nanti, jika tidak membawa kartu atm untuk pembayaran, ini ada kartu atm khusus untukmu dan kamu bisa menggunakannya sesuka hatimu", ujar umi.
"Aku akan mengembalikan kartu atm ini setelah pulang dari mengambil pesanan, umi", sahut Alishba yang bersikap dingin.
"Tidak perlu kamu kembalikan kartu atm ini, sebab kartu ini sengaja dibuat teruntukmu, Alishba", ucap umi sembari tersenyum simpul.
"Tapi aku tidak membutuhkannya, umi", kata Alishba.
"Suatu waktu nanti, kamu pasti akan membutuhkannya, untuk keperluanmu nanti, jadi simpanlah baik-baik kartu atm ini khusus untukmu, Alishba", ucap umi.
"Terimakasih...", sahut Alishba.
Alishba meninggalkan rumah dengan langkah anggunnya, sebuah mobil telah menunggu dia keluar dari rumah.
Tampak Alishba melangkah naik ke dalam mobil.
Toko Hemeti...
Alishba telah sampai di sebuah toko kue terkenal yang ada di pusat kota besar.
Toko Hemeti namanya, toko ini menjual berbagai macam kue serta roti dengan aneka varian bahkan sangat laris.
Alishba melihat toko dalam keadaan sepi, diliriknya jam yang ada di dinding toko sekilas.
"Masih pukul delapan pagi", ucapnya bergumam.
Alishba memandang ke arah etalase toko yang telah tersedia aneka kue meski belum lengkap isinya.
"Selamat datang !" sapa seorang laki-laki tampan dengan senyum lembutnya kepada Alishba sambil melambaikan tangannya.
Alishba membalas dengan senyuman ramah seraya menganggukkan kepalanya lalu melangkah mendekat.
"Aku mau mengambil pesanan rotiku", kata Alishba sembari memberikan bukti nota pengambilan roti kepada laki-laki tampan itu.
"Pesanan milik keluarga Harmam, ya", sahut laki-laki tampan itu dengan ramahnya.
"Ya, benar", kata Alishba.
"Oh, ya, aku akan mengambilkan pesanan milikmu, tunggu sebentar", sahut laki-laki itu ramah.
"Ya...", kata Alishba sambil mengangguk pelan.
Laki-laki di toko Hemeti itu lalu melangkah masuk ke dalam ruangan di dalam toko.
Alishba berdiri menunggunya, tepat di depan etalase toko.
"Hmmm, banyak sekali macam-macam kue yang dijual disini, cantik-cantik juga bentuknya", ucap Alishba.
Tak lama laki-laki penjual roti keluar sambil membawa kotak besar, pesanan Alishba.
"Kenapa tidak diantarkan saja kesana, biasanya keluarga Harmam memintanya seperti itu pada kami", kata laki-laki itu.
"Mungkin umi lupa, jadinya dia meminta tolong padaku, untuk mengambil pesanan kemari", sahut Alishba agak terkejut.
"Dibayar tunai atau memakai kartu ?" tanya laki-laki itu.
"Digesek saja", sahut Alishba sembari mengeluarkan kartu atm dari tasnya.
"Mmm, baiklah...", ucap laki-laki penjual toko kue seraya mengambil mesin EDC dari atas meja kasir.
"Apa masih bisa memesan kue lagi ?" tanya Allishba.
Alishba menggesekkan kartu atm di tangannya ke arah mesin EDC saat laki-laki penjaga toko kue memberikannya.
"Bisa, apa mau pesan ?" sahut laki-laki penjaga toko kue Hemeti.
"Ya, aku ingin memesannya, mungkin kue untuk sebuah hari ulang tahun", kata Alishba.
"Rupanya anda akan berulang tahun ?" ucap laki-laki penjual toko kue.
"Bukan untukku, tapi untuk kesialanku yang menikah kemarin dan aku akan merayakannya sebagai hari ulang tahunku karena aku akan hidup panjang disana", kata Alishba asal.
"Oh !?" ucap laki-laki penjual toko kue Hemeti tertegun.
Laki-laki itu terlihat bingung dengan ucapan Alishba yang berkeinginan merayakan hari ulang tahunnya yang bukan menjadi hari lahirnya.
Timbul kecemasan dalam hati laki-laki tampan itu saat memperhatikan ke arah dua mata Alishba yang bengkak.
"Apa kamu habis menangis ?" kata laki-laki itu.
Laki-laki penjual toko kue buru-buru meralat ucapannya.
"Maaf, maksudku, kenapa dengan kedua kelopak matamu yang membengkak itu, nyonya", katanya gugup.
"Ya, aku memang habis menangisi nasib pernikahanku", sahut Alishba.
Alishba meraba pelan ke arah matanya dengan malu-malu.
Pandangannya agak tertunduk saat membalas tatapan laki-laki penjual toko kue di hadapannya.
"Maaf, apa jadi memesan kue ulang tahunnya, tapi aku sarankan anda tidak merayakan hari kesialanmu sebagai hari lahirmu, sangat tabu kedengarannya", ucap laki-laki itu sedikit khawatir.
Laki-laki penjual toko kue Hemeti memberikan nota pembayaran kepada Alishba setelah membayarnya tadi lewat mesin EDC.
"Bagaimana kalau anda membawa kue yang telah jadi disini ?" kata laki-laki itu sambil melangkah ke arah etalase kaca.
Laki-laki penjual toko kue Hemeti membuka pintu etalase, untuk mengambil kue yang ada disana.
"Ini ada kue ka'ak yang sangat lezat jika disantap dengan susu coklat panas, mungkin kunafa akan lebih sesuai dengan gaya hidupmu sebagai nyonya besar", kata laki-laki itu sambil mengeluarkan beberapa sampel kue dari etalase kaca.
"Aku tidak terlalu suka kue manis", ucap Alishba.
"Oh, begitu ya...", sahut laki-laki berwajah tampan itu agak terkejut.
"Bagaimana bisa kamu menilai gaya hidupku sebagai nyonya besar ?" tanya Alishba.
"Dari cara berbusanamu yang tampak anggun dengan balutan gaun yang tidak murah harganya jika orang menilainya", sahut laki-laki penjual toko kue Hemeti sambil melirik ke arah gaun panjang warna merah dari kain sari sutra halus yang dikenakan oleh Alishba Rayaz saat dia berkunjung ke toko kue Hemeti ini.
Alishba terdiam tanpa bereaksi, hanya memandangi ke arah etalase kaca dengan tatapan kosong.
"Jika tidak suka yang manis-manis, bisa diganti dengan yang asin-asin, kami punya beberapa aneka jajanan asin", kata laki-laki penjual toko kue Hemeti sambil mengawasi Alishba.
"Tidak, aku juga tidak menginginkannya, karena yang aku mau tetaplah kue ulang tahun", ucap Alishba.
"Oh, begitu, ya...", sahut laki-laki itu terlihat cemas saat memperhatikan ke arah Alishba.
"Bisa membelinya sekarang atau mungkin bisa memesannya, kue ulang tahun itu", kata Alishba sambil mengangkat kartu atm di tangannya.
"Tentu saja, bisa memesannya, besok juga bisa diantar", sahut laki-laki penjual toko kue Hemeti sambil mengambil nota pemesanan dari dalam laci meja kasir.
"Aku akan mengambilnya sendiri di toko ini, besok", ucap Alishba.
"Umm, baiklah, kue ulang tahun akan jadi besok dan bisa diambil di jam toko buka", sahut laki-laki tampan itu.
"Ya, aku akan datang besok", kata Alishba.
"Kue ulang tahun dengan bentuk mana yang akan dipesan, ada katalognya, dan bisa dipilih", lanjut laki-laki dari toko kue Hemeti.
Laki-laki itu memberikan katalog berisi macam-macam bentuk kue ulang tahun dengan daftar harga yang tercantum sesuai jenis kue di katalog kepada Alishba.
"Yang paling murah", sahut Alishba sekenanya.
"Baiklah", kata laki-laki penjual toko kue Hemeti dengan wajah kakunya kemudian memberikan mesin EDC kepada Alishba untuk membayar pesanannya.
serem amat nikah kayak gini, thor !
aliansi pernikahan, gak ada tulus-tulusnya, gak ada cinta juga klo nikah seperti iniiii...