NovelToon NovelToon
Cinta Rasa Kopi Susu

Cinta Rasa Kopi Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kopi, Kebetulan, dan Obrolan Tengah Malam

Bab 4: Kopi, Kebetulan, dan Obrolan Tengah Malam

Malam itu, setelah menutup kafe, Rania memutuskan untuk berjalan kaki pulang. Udara dingin menusuk, tapi dia merasa tenang. Langkahnya pelan, menikmati sepi jalanan kota. Di tangan kanannya, masih ada draft cerita Bintang yang tadi dia baca ulang. Beberapa bagian yang dia beri catatan malah membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tiba-tiba, suara motor menderu pelan di belakangnya. Rania menoleh, menemukan Bintang dengan helm setengah dipasang. Dia melambai, berhenti di pinggir jalan.

“Mbak Barista, mau nebeng?” tanyanya dengan senyum yang terlalu lebar untuk orang yang baru saja mengkritik kopi pagi tadi.

Rania mendengus, tapi senyum tetap tersungging. “Nggak usah manggil ‘Mbak Barista’ terus, Mas Pahit.”

Bintang tertawa kecil. “Oke, Rania. Serius, lo jalan kaki malam-malam gini? Bahaya, lho.”

“Biasa aja, kok. Lagian, gue udah biasa.”

“Biasa nggak berarti aman. Yuk, naik. Gue anterin.”

Rania ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. “Oke, tapi kalau lo kebut-kebutan, gue loncat, ya.”

“Deal. Tapi lo tanggung sendiri kalau loncat di tengah jalan.”

Mereka tertawa bersama sebelum motor melaju pelan.

---

Di atas motor, Rania merasa aneh. Bukan karena dingin, tapi karena suasana ini terasa terlalu... nyaman. Biasanya, dia selalu canggung kalau dekat orang baru. Tapi dengan Bintang, semua terasa alami. Seperti ngobrol sama teman lama.

“Ngomong-ngomong,” suara Bintang memecah keheningan, “kenapa lo kerja di kafe? Bukannya lo mau buka kafe sendiri?”

Rania menghela napas. “Itu mimpi gue. Tapi, ya, masih jauh. Gue kerja di kafe ini buat nabung dan belajar. Kalau cuma modal nekat, kafe gue nggak bakal bertahan lama.”

Bintang mengangguk-angguk. “Pinter juga lo. Banyak orang yang langsung buka bisnis tanpa mikir panjang.”

“Ya, karena mereka punya modal. Gue? Modal dengkul.” Rania tertawa kecil. “Tapi nggak apa-apa. Kalau udah waktunya, gue yakin kafe gue bakal berdiri.”

“Gue yakin juga.”

“Serius?”

“Serius. Lo punya passion. Dan orang yang punya passion pasti berhasil.”

Rania tersenyum kecil, merasa tersanjung meski mencoba menyembunyikannya.

---

Setelah sampai di depan kos Rania, mereka duduk sebentar di atas motor, menikmati angin malam yang dingin.

“Lo sendiri gimana?” tanya Rania. “Masih kejar-kejaran sama deadline editor?”

Bintang menghela napas panjang. “Gue kayak main petak umpet sama waktu. Kadang nemu ide, kadang buntu total. Tapi ya, begitulah hidup penulis.”

“Pasti capek, ya.”

“Capek sih, iya. Tapi gue suka. Nulis itu satu-satunya hal yang bikin gue waras.”

Rania tertawa kecil. “Waras? Lo yakin?”

Bintang ikut tertawa. “Oke, mungkin nggak terlalu waras. Tapi setidaknya, gue nggak gila total.”

Mereka tertawa bersama, merasa dunia jadi lebih ringan meski hanya untuk sementara.

---

“Eh, ngomong-ngomong,” Rania memecah keheningan, “lo percaya sama takdir?”

Bintang terdiam sejenak, merenung. “Gue nggak tahu. Tapi gue percaya kalau setiap orang punya jalannya sendiri. Lo gimana?”

Rania mengangkat bahu. “Gue nggak yakin. Tapi kadang, hal-hal aneh yang kebetulan terjadi bikin gue mikir: mungkin, ada yang ngatur semua ini.”

“Kayak pertemuan kita?”

Rania tertegun, lalu tertawa kecil. “Mungkin. Tapi jangan GR dulu, Mas.”

Bintang tersenyum. “Tenang aja. Gue nggak gampang GR.”

Mereka tertawa lagi, dan malam itu terasa lebih hangat meski udara semakin dingin.

---

Saat akhirnya mereka berpisah, Bintang meninggalkan pesan singkat di chat:

“Thanks for tonight. Sometimes, a simple conversation can make life feel lighter. Good night, Rania.”

Rania membaca pesan itu sambil tersenyum kecil. “Good night, Mas Inspirasi Mandek.”

Dia menutup ponselnya dan merebahkan diri di kasur. Entah kenapa, malam ini terasa berbeda. Lebih tenang. Lebih manis. Seperti secangkir kopi susu hangat di malam yang dingin.

To be continued...

1
໓աiɛ🌸
novelnya ringan....aku suka cara penulisan dan tata bahasanya..
Zycee
Makasih
anggita
oke lah👌👍
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: semangat buat up nya🙏✌
total 1 replies
anggita
oke👌thor.. terus berkarya tulis. semoga novelnya sukses. salam buat mbak Rania barista kopi😊.
anggita
jadi ingat, klo ga salah dulu ada film judulnya Filosofi Kopi🤔
anggita
like+iklan 👍☝
anggita
Bintang⭐💻📝... Rania☕🍵
Fitria Mila astuti
bagus bahasa nya dan alur ceritanya...ringan tapi menarik. 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!