Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Kedatangan Kakek Armand.
"Siapa, Louis?," tanya Maxime lagi.
"Dia-- mengaku Kakek Armand, Tuan," jawab Louis sedikit takut akan kemarahan Maxime karena beberapa bulan bekerja sebagai sekretaris Maxime. Kini Louis sedikit tahu jika pria tidak suka ada yang memasuki ruangannya tanpa persetujuan darinya.
Maxime menghentikan langkahnya membuat Louis yang berjalan dibelakang Maxime ikut berhenti. Pria itu sudah mempersiapkan mentalnya jika mendapatkan amukan dari Maxime.
"Kenapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu Louis?," tanya Maxime dengan suara yang terdengar tegas.
"Maafkan saya Tuan, tapi saya sudah menghubungi Tuan tapi tidak bisa sepertinya ponsel anda tidak aktif Tuan," jawab Louis dengan hati-hati.
Maxime kembali melanjutkan langkahnya, ponselnya memang sengaja tidak aktifkan beberapa hari ini. Dia memiliki dua ponsel dan yang aktif hanya satu, ia juga tidak bisa menyalahkan Louis sepenuhnya.
Melihat Maxime diam saja, Louis mengusap dadanya pelan dan bernafas lega karena Maxime tidak memarahinya.
Sesampainya didepan pintu Louis segara membukakan pintu ruangan Maxime dan mempersilahkan pria itu masuk.
"Louis, siapkan meeting kita satu jam lagi dan ingat aku tidak menerima kesalahan apapun dalam meeting kita kali ini," ujar Maxime pada sekertarisnya itu sebelum memasuki ruangannya.
"Baik Tuan," angguk Louis dengan pelan.
Maxime memasuki ruangannya dengan langkah tegas dan sorot mata yang terlihat dingin. Pria itu menatap Kakek Armand yang duduk di sofa ruangannya itu dengan tatapan berubah menjadikan tatapan tajam. Entah mengapa Kakeknya datang menemuinya, padahal beberapa hari yang lalu ia sudah mengatakan tidak akan pernah lagi kembali bergabung dengan Kakeknya itu.
"Cucuku, kau sudah datang?," tanya Kakek Armand dengan senyuman lebarnya menatap cucu kesayangannya itu dengan kedua mata yang berbinar.
Maxime menganguk pelan lalu duduk dihadapan Kakek Armand. Titik ada senyuman sama sekali menghiasi wajah pria itu. Tatapannya terlihat dingin dan juga penuh selidik.
"Max, Kakek sengaja datang kesini hanya untuk bertemu denganmu karena Kakek begitu merindukanmu. Ternyata cucu Kakek ini begitu sangat berbakat sekarang memimpin perusahaan sebesar ini," ujar Kakek Armand memuji Maxime.
"Katakan saja dengan jelas apa tujuan Kakek datang kesini!," jawab Maxime. Ia tahu jika tidak ada urusan penting Kakeknya ini tidak akan pernah datang menemuinya.
"Hahaha... kau benar-benar mengenali Kakekmu ini Max. Ya kau benar, ada yang ingin Kakek katakan padamu," angguk Kakek Armand terkekeh pelan.
"Hm"
"Max...Kakek ingin kau tetap bergabung dengan Kakek karena Kakek membutuhkanmu untuk menangkap Lucas. Kakek ingin dia hancur Max," ucap Kakek Armand. Ia tidak mungkin hanya mengandalkan Revan dan Alvira saja untuk itu.
"Dan jawabanku tetap sama Kek, aku tidak akan pernah lagi bergabung dengan kalian. Sudahi dendammu Kek, hiduplah dengan tenang!. Lucas juga tidak pernah melakukan serangan balik bukan?. Dan itu artinya ia tidak ingin mencari permusuhan dengan Kakek," jawab Maxime.
"Kau tidak tahu apa yang sudah dia lakukan dimasa lalu Max, hingga Kakek kehilangan sahabat terbaik Kakek yaitu Grandpa mu. Kakek harus membalas semuanya Max, jika tidak Kakek tidak akan pernah tenang," ucap Kakek Armand.
"Memangnya apa yang sudah dia lakukan dimasa lalu Kek?," tanya Maxime dengan tatapan penuh selidik.
"Dia--dia yang sudah membunuh Grandpa mu, Max," jawab Kakek Armand.
"Benarkah? ataukah ini hanya bualan Kakek saja agar aku kembali bergabung dengan Kakek?," tanya Maxime.
"Ini real, Max. Memang Kakek tidak memiliki bukti karena saat itu pasukan kita kalah telak. Hanya Kakek yang tersisa saat itu," jawab Kakek Armand
"Kenapa hanya Kakek saja yang selamat?. Apakah Kakek saat itu tidak berusaha membantu Grandpa ku sehingga sampai saat ini jasad Grandpa tidak pernah ditemukan," ujar Maxime.
"Max, keadaan saat itu begitu kacau, jika Kakek membantu Grandpa mu, mungkin Kakek saat ini juga sudah tiada lalu siapa yang akan meneruskan kelompok yang sudah lama didirikan oleh Grandpa mu?. Bisa saja Lucas itu yang mengambil alih semuanya karena memang itu tujuannya saat itu," jawab Kakek Armand.
"Ayolah Max, balaskan kematian Grandpamu. Andai saat itu kau melihat bagaimana Lucas menghabisi nyawa Grandpamu dengan kejam. Mungkin kau sendirilah yang akan menghabisi Lucas," sambung Kakek Armand.
"Maaf Kek, aku tetap tidak bisa. Jika Grandpa tewas saat itu, semua adalah karena ulahnya sendiri yang membentuk kelompok mafia," jawab Maxime. Ia tidak mempercayai sepenuhnya ucapan Kakeknya, ia harus mencari tahu sendiri apa yang terjadi. Mungkin dengan menemui Lucas itu secara langsung.
"Kau... benar-benar cucu durhaka Max," ucap Kakek Armand berusaha untuk bersikap tenang meski sebenarnya dadanya begitu bergemuruh mendengar penolakan Maxime.
"Tidak Kakek, tidak selalu perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan. Sudahi semuanya, hiduplah dengan tenang Kek!," jawab Maxime.
Brak
Kakek Armand menggebrak meja dengan cukup keras."Tidak bisa Max, hutang nyawa harus dibalas dengan nyawa. Dan kau benar benar mengecewakan Kakek, Max," ujar Kakek Armand dengan intonasi yang cukup keras lalu berdiri dari duduknya melangkah meninggalkan ruangan Maxime dengan amarah yang memuncak.
Maxime mengusap wajahnya dengan kasar. Pembicaraannya dengan Kakeknya tadi cukup membuatnya hampir terprovokasi tapi ia tidak bisa memutuskan siapa yang salah sebenarnya bersalah sebelum ia menemukan bukti kebenarannya. Ia orangnya sangat protektif dalam mengambil keputusan. Dan ia akan menyelidiki apa yang terjadi puluhan tahun yang lalu. Dan Grandmanya pasti tahu sesuatu apa yang terjadi pada Grandpanya. Memang sampai saat ini ia tidak pernah tahu dimana jasad Grandpanya di semayamkan jika memang sudah meninggal.
Maxime akan memulai penyelidikannya setelah ini, ia harus fokus pada meeting penting yang harus ia pimpin setengah jam lagi. Ia memijit pangkal hidungnya, begitu banyak masalah yang ia hadapi sendirian. Untuk menyelidiki ini ia akan melakukannya sendiri karena ia tidak percaya pada siapapun. Bisa saja orang kepercayaannya mengkhianatinya nantinya.
Tok tok tok
"Masuk!," seru Maxime saat mendengar suara ketukan pintu dari luar.
C'klek
"Tuan... semuanya sudah siap," lapor Louis pada Maxime yang masih duduk di sofa.
"Ya...", angguk Maxime singkat.
Louis segara meninggalkan ruangan Maxime tanpa berkata apapun lagi. Ia mengenali betul sifat Tuannya yang sikapnya dingin dan irit bicara berbanding terbalik dengan Bastian, Daddy dari Maxime yang begitu humble pada para karyawannya.
Maxime menyalakan layar ponselnya yang terdapat gambar Amelia yang ia jadikan wallpaper ponselnya. Pria itu ikut tersenyum saat melihat gambar Amelia yang tertawa lepas. Ia ingat sekali, gambar ini ia ambil delapan bulan yang lalu tanpa sepengetahuan Amelia dan baru beberapa hari ini ia jadikan wallpaper ponselnya.
Melihat senyuman Amelia, sejenak ia melupakan permasalahannya. Begitu sangat besar pengaruh senyuman gadis itu dalam hidupnya tapi sayangnya ia harus kembali berjuang untuk mendapatkan hati gadis itu lagi.
Ia memang sudah memiliki beberapa rencana untuk membuat Amelia tetap berada disisinya. Tapi untuk saat ini ia membiarkan Amelia untuk sendiri dulu dan tidak menganggu gadis itu dulu. Ia harus menyelesaikan semuanya dan setelah itu barulah ia fokus menata masa depannya bersama Amelia nantinya.
...****************...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman