"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar gembira
JLEB
Ponsel Ria di non aktifkan langsung oleh Ghina, telinganya sudah budek dengar suara Edward.
“Maaf mbak Ria , handphonenya saya nonaktifkan dulu. Mohon bantu saya, saya sedang tidak ingin bicara dengan Om Edward.” Ghina mengembalikan ponsel Ria.
“Baik Non, nanti kalau Tuan Besar kembali menghubungi akan saya sampaikan. Kalau begitu pamit ke dapur lagi,” pamit Ria.
“Saya ikut ya mbak, bosan sendiri di kamar.”
“Boleh Non.”
Ghina ikut Ria menuju dapur, sudah ada chef yang sedang memasak di bantu Tia. Ria dan Ghina turut bergabung.
Sesekali mereka sambil membantu chef masak, membahas hal hal yang ringan ringan. Gelak tawa mereka pun terdengar dari dapur.
Untuk kali ini Ghina melepas penatnya dengan bercengkerama bersama beberapa pelayan di mansion Edward.
Di lain tempat, Edward mulai frustasi tidak bisa mendengar suara Ghina, membuat hatinya tak karuan.
🌹🌹
Pagi menjelang.....
Jam 6.30 Ghina sudah terlihat rapi dengan pakaian seadanya karena dia tidak banyak membawa baju banyak ke mansion Edward, hari ini dia akan ke sekolahan mengambil surat kelulusannya.
“Pagi Non Ghina, udah rapi nih........mau pergi ya?” tanya Ria.
“Iya mbak, hari ini saya harus ke sekolahan mau ambil hasil kelulusan.”
“Wah semoga hasilnya lulus ya Non dengan nilai memuaskan.”
“Amin.”
“Ya udah sebelum berangkat, sarapan dulu.” Ria menyiapkan nasi goreng di meja dapur.
“Makasih mbak.” Ghina segera menyantap sarapan paginya, sambil mengecek ponselnya.
Ting....suara pesan masuk di ponselnya
✅ 0812xxxxxxxx
Pagi ini, saya akan menikah dengan Kiren.
“Cih.....bodo amat.....loe mau kawin....mau mati kek......bukan urusan gue,” gumam Ghina sendiri.
Edward yang telah mengirim pesan ke Ghina, tampak menunggu jawabannya. 5 menit, 10 menit tetap tidak ada balasan dari Ghina.
Edward meraup wajahnya, benar benar butuh kesabaran tinggi menghadapi Ghina.
Di kamar hotel tempat Edward menginap, sudah mulai terlihat sibuk. Terlihat beberapa karyawan menyiapkan baju pengantin pria ala sunda. Edward masih menikmati sarapan paginya, namun terasa tidak nikmat saat menelannya. Dan entah kenapa dia membuka galeri foto yang berada di ponselnya, di tatapnya foto dirinya dengan Ghina saat bersanding di pelaminan.
Kamu cantik....
Edward menghela napas panjang, hatinya tiba-tiba bergejolak tak menentu.
“Maaf Tuan.....sudah selesai sarapannya kah. Saya mau mulai merias Tuan,” ujar sang MUA.
“Tunggu sebentar, saya habiskan sarapannya dulu,” jawab Edward.
“Baik Tuan.”
🌹🌹
“Mbak Ria, mbak Tia.....saya berangkat dulu ya,” pamit Ghina, lalu melenggang keluar dari pintu mansion.
“Non Ghina mau ke mana?” tanya Denis sang ajudan Edward yang sedang bertugas di area depan pintu.
“Mas Denis gak lihat saya udah rapi begini.”
“Iya Non, maksud saya mau pergi ke mana?” tanya ulang Denis.
“Ada urusan ke sekolah,” jawab Ghina datar.
“Sudah bilang ke Tuan besar belum Non?” Denis berusaha sopan bertanya.
“Astaga Mas Denis, harus ya saya melapor ke mana saya pergi ke Tuan Besar nya mas Denis!” jawab ketus Ghina.
“Iya Non, kalau begitu sekalian saya antar Non,” tawar Denis.
“Gak perlu di antar, saya udah pesan ojek online.”
Ghina lanjut melangkah menuju gerbang mansion, habis waktunya kalau menanggapi semua pertanyaan ajudan Edward.
“Duh Non Ghina cari gara-gara lagi, saya harus bilang apa sama Tuan Besar, kalau hari ini Non keluar dari mansion,” keluh Denis yang melihat Ghina sudah keluar dari gerbang mansion Edward.
Netra Ghina kembali cerah saat dia keluar dari mansion Edward, seakan bebannya sejenak lepas begitu saja.
Dengan ojek online nya dia menuju sekolahnya, penuh semangat dan rasa senang.
1 Jam kemudian...
Suasana SMKN 1 tampak riuh dengan para siswa siswi kelas 12. Hampir 2 minggu mereka tidak bertemu, sekarang mereka lepas kangen dengan teman temannya.
Termasuk Ghina dan Rika, walau kemaren Rika sudah bertemu dengan Ghina saat acara pernikahannya. Sekarang beda tema, ini acara sekolahan.
“Akhirnya kita bertemu lagi,” ucap Rika.
“Iya my bestie, kita ke ruangan dulu yuk. Kayaknya sudah pada masuk,” ucap Ghina.
“Yuklah.....”
Mereka berdua ikut temannya yang lain masuk ke kelas masing-masing.
Ghina dalam hatinya berdoa semoga lulus dengan nilai memuaskan.
Guru wali kelas sudah mulai memanggil satu persatu muridnya sesuai absen masing-masing.
“Ghina Farahditya,” panggil Bu Euis wali kelasnya.
“Ya Bu.,” Ghina bergegas ke meja guru.
“Ini surat kelulusannya, setelah ini nanti kamu ke ruang kepala sekolah ya.”
“Baik Bu Euis, terima kasih.”
Ghina kembali duduk di bangkunya, dengan hati yang berdebar debar dia membuka surat tersebut.
“Masya Allah.......ya Allah........benarkah ini.” Rasa syukur dan terkejutnya menjadi satu.
“Ghina.....loe ngak pa-pa kan?” tegur Rika.
Bu Euis yang melihat dari kejauhan, ikut merasakan kebahagiaan Ghina. Rika yang tak sengaja melihat surat tersebut terbelalak melihat nilai Ghina.
“Ya Allah...Ghina.....selamat ya nilai loe hampir sempurna.” Rika langsung memeluk Ghina yang masih belum percaya melihat nilai yang diperolehnya.
“Ya Rik, gue bahagia banget.” Ghina membalas pelukan Rika dengan uraian air mata kebahagiaan.
“Gue juga turut bahagia.”
“Ehhh.....gue di suruh ke ruangan kepala sekolah Rik, tapi gue nunggu loe dulu. Nama loe kan belum di panggil,” ujar Ghina.
“Ya... Tunggu in gue ya, nanti gue temenin.”
“Oke!”
Tidak butuh waktu lama, giliran nama Rika yang di panggil. Walau hasilnya tidak sesempurna seperti Ghina, tapi buat Rita cukup memuaskan berdasarkan kemampuannya.
🌹🌹
Ruang Kepala Sekolah.
“Selamat Pagi......permisi Pak Jaka, saya Ghina dari kelas XII C di minta Bu Euis menghadap Bapak,” ucap Ghina.
“Oh Ghina ya, masuk sini......duduk dulu!l,” jawab Pak Jaka, pria berkumis Pak Raden julukan yang diberikan para siswa/i.
“Makasih Pak.” Ghina langsung duduk di hadapan meja kerja kepala sekolah.
“Begini nak Ghina, Bapak mau menyampaikan ini,” Pak Jaka menyerahkan map biru ke tangan Ghina.
“Ini apa ya Pak, kalau boleh saya tahu?”
“Di buka aja,” jawab Pak Jaka
Ghina mulai membuka map biru tersebut.
“Surat Undangan Peserta Didik Universitas U-----!”Ghina membaca pelan pelan surat tersebut.
“Pak......surat ini beneran.” Rasanya tangan Ghina gemetaran mendapat surat ini.
“Selamat ya Ghina, Bapak bangga saya kamu. Terpilih menjadi mahasiswa di Universitas U Jogjakarta melalui jalur prestasi dan full kamu dapat beasiswa.”
“Masya Allah.” Sujud syukur Ghina lakukan. Hari ini dia benar benar bersyukur mendapat kebahagiaan atas mimpi yang dia inginkan selama duduk di bangku SMKN.
“Terima kasih banyak Pak Jaka, atas kabar baik ini. Saya tidak bisa membalas semua ini.” Ghina kembali meneteskan air mata kebahagiannya.
“Semua ini berkat kerja keras kamu selama sekolah Ghina. Dan jangan lupa kamu wajib hadir acara prosesi perpisahan nanti.”
“Insya allah Pak Jaka, saya akan hadir. Kalau begitu saya pamit dulu Pak,”
“Iya Ghina, selamat ya sekali lagi.”
“Terima kasih banyak Pak,” balas Ghina sambil memberi salam takzim ke Pak Jaka.
n